BELAJAR AGAMA DARI WARAQAH ~ FORUM MURTADIN INDONESIA

BELAJAR AGAMA DARI WARAQAH

Diumur 25 tahun, Abu Talib mencarikan pekerjaan untuk Muhammad sebagai agen perdagangan di sebuah usaha milik wanita kaya yang juga masih saudara jauh, bernama Khadijah. Wanita tersebut telah dua kali menikah. Suami terakhirnya, seorang pedagang kaya raya, yang baru saja meninggal dan janda tersebut perlu menyewa tenaga untuk mengurus usaha dagangnya yang besar.


Khadijah memiliki sepupu bernama Waraqah ibn Nawfal. Waraqah, Khadijah, dan Muhammad, ketiganya berasal dari klan Quraish. Waraqah, putra dari Nawfal, putra Assad, putra Abdul ‘Uzzah, putera Qussayy. Khadijah, adalah puteri Khuwaylid, putra Assad, putra Abdul ‘Uzzah, juga putra Qussayy. Khadijah menjadi isteri pertama Muhammad, putra Abdullah, putra Abdul Muttalib, putra Hashim, putera Abd Manaf, putera Qussayy.

Waraqah adalah seorang hanif yang beragama Nasrani. Tidak diketahui dengan pasti apa agama Khadijah saat itu, dibeberapa riwayat dikisahkan bahwa ia seorang yang hanif, namun ia juga menyimpan patung Uzza dirumahnya. Jika melihat kedekatannya dengan Waraqah, dan dalam setiap kesempatan selalu berkonsultasi masalah agama dengan Waraqah, maka kemungkinan besar Khadijah juga seorang hanif beragama Nasrani.

Pada waktu yang sudah dijanjikan, Muhammad mendatangi Khadijah. Wanita tersebut melihat anak muda berumur 25 tahun berdiri dihadapannya. Ukuran tubuh sedang, hampir ramping, dengan kepala besar, bahu lebar dan tubuh proporsional. Rambut dan jenggotnya tebal dan hitam, tidak lurus tapi sedikit ikal. Panjang rambutnya hingga keleher, dan jenggotnya juga. Dia punya dahi yang bagus dan mata yang lebar, dengan bulu mata dan alis yang panjang melengkung meski tidak menyatu. Matanya coklat atau coklat muda. Hidungnya bengkok dan mulutnya lebar. Meski jenggotnya dibiarkan tumbuh, tapi kumisnya tidak menutupi mulutnya. Kulitnya putih tapi kecoklatan karena sinar matahari (Perincian ini diambil dari buku Martin Ling: Muhammad, hal 35).

Suaranya bagaikan sentuhan musik dan kalimat-kalimat yang diucapkan mempunyai nada seperti puisi-puisi terkenal Arabia ciptaan Labid. Pada permukaan kelihatannya bahwa Muhammad punya pribadi yang memikat yang membuat wanita berkuasa ini terpukau. Khadijah sangat terkesan dan akhirnya dia menyewa pemuda tersebut untuk menjalankan misi dagangnya.

Khadijah berumur 40 tahun, dewasa dan berpengalaman. Dia anak perempuan favorit dari ayahnya Khuwaylid. Malah Khuwaylid bergantung padanya, melebihi ketergantungan terhadap anak laki-lakinya. Khadijah adalah “anak sang ayah.” Dia rindu akan pasangan yang dapat memberi semua hal yang dia rindukan sejak suami terakhirnya meninggal. Dia telah menolak tawaran orang-orang kuat di Mekah, akhirnya pilihan jatuh pada Muhammad. Daun muda yang juga adalah pelayannya.

Meski hatinya rindu akan kemudaan yang segar dan menarik, tapi dia menahan diri sebelum mengambil langkah-langkah untuk memenuhi hasratnya tersebut. Dia harus mengatasi tradisi Arab Kuno dan keluarganya sendiri yang menghalangi wanita seumurnya untuk menikah. Ia khususnya mengkhawatirkan pamannya, Amru bin Asaad, yang tanpa persetujuannya mustahil baginya untuk menikah dengan pria idamannya. (Ayah Khadijah, Khuwaylid, telah tewas dalam peperangan) Dia perlu membuat sebuah situasi yang bukan hanya dapat membuat pria idamannya kelihatan spesial, tapi juga dapat membuat pamannya mengijinkan pernikahan dengan pemuda idamannya.

Segera sebuah kesempatan datang bagi Khadijah untuk dipergunakan. Satu siang, dia sedang diluar rumahnya bersama para pembantu, mengawasi kedatangan karavan Muhammad. Begitu hampir dekat, sekelompok awan muncul di cakrawala, menghalangi sinar matahari. Melihat kesempatan ini, dia berteriak pada pembantunya: “Lihatlah! Itu Allah tercinta yang mengirim dua malaikat untuk menjaganya!”

Para pembantunya memfokuskan mata dan mencoba melihat sejauh mereka mampu, berusaha mencari malaikat-malaikat itu, tapi tidak melihat apa2. Karena telah tahu akan hasrat majikan mereka pada Muhammad, mereka ikut-ikutan, dan berteriak keras-keras mengikuti majikannya. Tujuan ini adalah untuk menaikan derajat Muhammad, apa yang dilakukan Khadijah, seakan-akan Muhammad disertai Malaikat, juga untuk memperingatkan pamannya akan balasan dari surga jika dia menolak lamaran Muhammad untuk menikahi keponakannya.

Khadijah juga tidak mau membuang waktu dan menawarkan dirinya kepada Muhammad melalui budak kepercayaannya, Maisara. Muhammad memang sedang menunggu mukjijat, dan ketika dia mendapat tawaran ini, dia menerimanya langsung. Kini, menurut tradisi Arab, ia tinggal membuat lamaran resmi pada pamannya Khadijah, Amru bin Assad yang bertindak sebagai wali dan pelindungnya.

Mengikuti tradisi mereka, Abu Talib dan Hamzah, dua paman Muhammad, menemani keponakan mereka ke rumah Khadijah, dimana Khadijah diam-diam membuat pesta. Khadijah, kelihatannya belum memberitakan ini pada pamannya; dia sengaja membuat pamannya tidak sadar akan maksud perayaan ini. Setelah semua hadir, Muhammad meminta ijin Amru untuk menikahi keponakannya (Khaidjah). Mendengar ini, si orang tua murka dan menolaknya. Dia menjelaskan bahwa semuanya tidak cocok: umur Muhammad, fakta bahwa dia itu anak buahnya dan, diatas itu semua, dia tidak punya cukup uang untuk menikahi Khadijah yang kaya raya. Dalam pikirannya, perkawinan ini hanya akan mengurangi kekayaan Khadijah. Kejadian-kejadian dimasa yang akan datang membuktikan bahwa perkataan orang tua ini benar.

Khadijah sudah mempersiapkan diri akan reaksi pamannya ini. Dia terus menerus mengisi gelas anggur pamannya hingga mabuk. Setelah pamannya mabuk, Khadijah memberi tanda dan Abu Talib langsung berpidato, menerangkan kehebatan-kehebatan keponakannya, Muhammad, setelah itu Khadijah sendiri juga memberikan pidato, menerangkan bagaimana para malaikat telah melindungi dia dari panas matahari dan juga membesar-besarkan semua perbuatan Muhammad baginya dan keluarganya. Akhirnya, dia mendesak pamannya untuk mengakui kebaikan Muhammad, dan untuk menerimanya sebagai menantu.

Setelah Khadijah pidato, semua yang hadir meminta Amru bin Assad untuk menjawab. Sebelum dia sadar apa yang terjadi, dia telah membuat pidato yang isinya menyetujui pernikahan itu. Waraqah ibn Naufal juga menjawab; dan Muhammad langsung mengenakan hadiah jubah pada sang orang tua, yang menurut tradisi Arab, calon menantu harus memberi jubah pada calon mertua saat pernikahan. Khadijah langsung menandatangani kontrak pernikahannya sebelum sebelum pamannya sadar bahwa dia telah ditipu dan menyatakan pernikahan ini sah. Pernikahan ini dikatakan terjadi pada 595 M ketika Muhammad berumur 25 dan pengantin perempuannya 40 tahun.

Mengenai pernikahan tersebut Tabari menulis: “Khadijah mengirim pesan pada Muhammad, mengundangnya untuk mengambil dia. Dia memanggil pamannya untuk datang kerumahnya, memberinya arak hingga mabuk, memberi parfum, memakaikan pakaian pesta padanya dan lalu memotong seekor sapi. Lalu dia undang Muhammad dan pamannya. Ketika mereka datang, pamannya menikahkan Muhammad dengannya. Ketika dia sadar dari mabuknya, dia berkata “daging apa ini, parfum ini dan pakaian ini?” Dia menjawab, “kau telah menikahkanku pada Muhammad bin Abdullah”. “Aku tidak melakukan itu,” katanya. “Akankah kulakukan ini ketika orang-orang terhebat di Mekah memintamu dan aku tidak setuju, kenapa aku berikan kau pada seorang gelandangan? ” (Persian Tabari v. 3 p.832)

Pihak Muhammad menjawab dengan marah bahwa persekutuan ini telah diatur oleh anak perempuannya sendiri. Orang tua itu marah dan menarik pedang dan kerabat Muhammad juga menarik pedang mereka. Darah akan mengalir jika saja Khadijah tidak menyatakan cintanya pada Muhammad agar diketahui banyak orang dan mengaku telah mengatur semua ini. Amru bin Asaad lalu menenangkan diri, sampai akhirnya dia menyerah telah di bohongi dan kesepakatan pun terjadi.

Khadijah adalah seorang wanita berhasil dan pesolek. Dia telah menolak lamaran dari banyak orang Quraish yang kaya dan terkenal. Bagaimana orang menjelaskan seorang wanita yang kelihatan sukses dan berpikiran sehat mendadak jatuh cinta pada anak muda miskin yang 15 tahun lebih muda? Tingkah laku ini mengungkapkan adanya keanehan dalam diri Khadijah.

Muhammad butuh dukungan finansial dan emosional. Baginya, pernikahan dengan Khadijah merupakan keuntungan besar. Dari Khadijah, dia bisa mendapatkan kasih sayang keibuan yang tidak didapatkannya sejak kecil, dan juga jaminan keuangan sehingga dia tidak perlu bekerja lagi. Khadijah dengan senang hati memenuhi segala keperluan suaminya. Dia merasa bahagia dengan memberi, mengasuh, dan mengorbankan diri bagi Muhammad.

Kejadian seputar perkawinan Muhammad-Khadijah ini layak mendapat perhatian khusus, bukan hanya karena ini sebuah batu loncatan bagi calon 'nabi' ini, tapi juga karena menggambarkan posisi yang dipegang wanita yang menjalankan bisnisnya. Khadijahlah, bukan calon suaminya, yang pertama minta dinikahi. Selain Khadijah, kita juga tahu bahwa ada wanita-wanita lain dijaman sebelum islam yang bukan hanya berperan dalam urusan-urusan dagang dll di Mekah disisi laki-laki mereka, mereka juga berpartisipasi dalam perdagangan TANPA dicampuri oleh para laki-laki. Sebagian dari mereka, sering menggunakan pengaruh yang besar sebagai nabi-nabi wanita atau penulis-penulis puisi.

Fakta sejarah diatas menunjukkan luasnya kebebasan dan kemandirian wanita Arab yang dinikmati sebelum munculnya Islam dan mementahkan klaim doktor-doktor Muslim yang berkata bahwa Islamlah, yang memberi mereka kebebasan yang telah mereka nikmati dalam dunia modern kita. Kenyataannya, ini jelas bertentangan dengan fakta. Yang benar, Islam, telah merampas kebebasan-kebebasan wanita sebelumnya dan membuat mereka budak dibawah tindakan dan keinginan para lelaki.

Peran Waraqah bin Naufal juga tidak bisa dihilangkan dalam pernikahan Khadijah-Muhammad ini. Waraqah adalah pemeluk agama Musa (Yahudi) sebelum kemudian beralih ke Nasrani (Ibn Hisham, Sirah, Vol 1, hl 203). Ia mengikuti monotheisme Musa dan Yesus, yaitu didasarkan Taurat dan Injil. Quran berkali-kali menyebut para pengikut monotheis Musa dan Yesus ini;

"Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikit pun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan Al Qur'an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu"..’ (QS 5:68)

Apakah Waraqah seorang penganut Kekristenan Timur yang lurus atau ia menganut keyakinan Nasrani yang dianggap menyimpang, seperti Nestorian atau Ebonit? Tidak ada bukti pasti disini. Beberapa sejarawan Kristen melaporkan bahwa jazirah Arab sebelum lahirnya Islam adalah tempat tersebarnya berbagai macam sekte Nasrani. Beberapa diantara mereka menolak ke-ilahian Yesus, menolak kematian Yesus di tiang salib dan kebangkitannya sepeti yang ditulis dalam ke empat Injil kaum ortodoks.

Sejarawan muslim seperti Al Ya’qubi melaporkan bahwa dalam wilayah Hijaz, pra Islam terdapat sejumlah kelompok Arab yang memeluk agama Nasrani. Bahkan beberapa anggota klan Quraish. Yang paling menyolok adalah putera Qussayy, Abdul Uzzah. Ia menulis: ‘Diantara para Arab yang memeluk Nasrani adalah sekelompok Quraysh, dari Banu Assad, putera Abdul Uzzah dan Waraqah, putera Nawfal, putera Assad.’ (Al-Yaqubi, Tarikh, Vol 1, hl 257),

Sejarawan lain, Al-Azraqi mempelajari bukti2 tentang adanya gereja2 Nasrani disekitar Hijaz. Sebagian orang Quraish juga memasang di Kabah gambar2 para nabi, pohon2 dan malaikat. Anda bisa melihat gambar2 Ibrahim, Yesus dan malaikat2 di Kabah. Setelah penaklukan Mekah tahun 632 M, Muhammad memasuki daerah keramat dalam Kabah itu, memerintahkan diambilnya air dari sumber Zamzam. Ia kemudian meminta selembar kain kasar dan memerintahkan agar kain tersebut dibasahi untuk menghilangkan semua gambar. Namun, Muhammad menaruh tangannya pada gambar2 Yesus dan mengatakan ‘Hapuskan semuanya kecuali gambar2 dibawah tangan saya.’’ (Al-Azraqi, Akhbar Makkah, Vol 1, hl 165).

Al Isfahani, sejarawan Arab merujuk pada Waraqah sebagai ‘al Qiss’, jabatan bagi orang suci yaitu sebagai pendeta Kristen. Katanya, ‘Al Qiss Waraqah adalah salah seorang yang menolak penyembahan berhala dalam periode jahilyah. Ia mencari agama suci, membaca buku-buku suci dan abstain dari memakan daging berhala. Ibn Sa’ad, menyebut ‘Al Qiss Waraqah adalah salah seorang yang menolak penyembahan berhala dan daging tertentu – daging hewan yang dicekik dan darah hewan.’ (Tabaqat, hl 162)

Waraqah juga dianggap sebagai ahli tafsir kitab suci, guru dan penerjemah kitab suci kedalam bahasa Arab. Ia menjelaskan isi kitab-kitab suci, ajarannya dan mempraktekkan kewajibannya. Berikut beberapa hadist yang meriyawatkan Waraqah menterjemahkan injil kedalam bahasa Arab.

‘Pendeta Waraqah menulis kitab Ibrani. Ia menulis dari Injil Ibrani apa yang diinginkan Tuhan.’ (Sahih Bukhari 1:3)

‘Pendeta Waraqah menulis buku Arab. Ia menulis dari Injil kedalam bahasa Arab apa yang diinginkan Tuhan.’ (Sahih Muslim 301)

‘Waraqah mengganti agamanya kepada Nasrani pada jaman jahilyah. Ia menulis buku Ibrani apa yang ia ingin tulis.’ (Abu al Faraj al Isfahani, ‘Kitab al Afghani,’ Vol III, p 114)

Al Quran tidak pernah merujuk pada Injil dalam bentuk jamak karena Waraqah hanya mengenal satu Injil, yaitu Injil Ibrani (Injil Matius berbahasa Aramaik yang ditujukan pada orang Ibrani /Yahudi), satu2nya Injil yang diterjemahkan Waraqah kedalam bahasa Arab. Inilah Injil yang digunakan kaum Kristen Ebionis.

Al Qiss Waraqah, sebagai pemimpin Gereja Nasrani di Mekah, sebagai seorang pendeta tentu ia memiliki tugas untuk berdakwah mengenai Isa dan monotheisme Ibrahim. Ia harus menjelaskan Injil kepada pengikutnya yang kebanyakan tidak tahu menahu tentang masalah spiritual. Inilah yang membuatnya menerjemahkan Injil Ibrani kedalam bahasa Arab yang jelas dan mudah dimengerti. Salah satu muridnya adalah MUHAMMAD BIN ABDULLAH, sepupunya, suami Khadijah.

Hubungan keduanya memang dekat. Waraqah hadir saat Muhammad menikah dengan Khadijah ditahun 595M. Ia mengajarkannya berdoa dan semedi di Bukit Hira. Ia mengumumkan ramalannya tentang kenabian Muhammad kepada sesama kaum Arab di Mekah. Bahkan setelah kematian Waraqah antara tahun 610-611M, kata Bukhari, ‘PERSEDIAAN WAHYU BAGI MUHAMMAD MENGERING’ (Bukhari 1:3, 60:478) Mereka hidup bersama lebih dari 15 tahun. Komentar Muhammad sendiri tentang Waraqah : ‘Saya melihatnya di pusat Surga. Ia mengenakan kain putih.’ (Nasrani masuk surga???)

Para penulis Sirat, anehnya, tidak memberikan banyak fakta tentang Waraqah, kecuali asalnya dari suku Quraysh, kepemimpinannya dan misi aktifnya di Mekah. Ini aneh karena Al Quran sendiri yang menegaskan eksistensi mereka. Justru kebanyakan ajaran Al Quran tidak bisa dimengerti jika ajaran Injil Ibrani tidak dikenal. Juga, sangat sulit untuk mengerti sejarah nabi-nabi pada Bible, seperti yang dijabarkan dalam Al Quran, kalau mereka tidak ditemukan dalam kerangka dasarnya. Cerita Johanes Pembaptis, putera Zakariah, pengumuman para malaikat akan kelahiran Yohanes dan Isa, mukjizat-mujizat Isa serta pesan-pesannya dalam Injil.

Status Waraqah juga harus ditekankan dalam pernikahan Muhammad-Khadijah. Al Qiss Waraqah adalah salah satu diantara para ketua dan petinggi masyarakat Mekah. Ia menegaskan statusnya dalam perkawinan itu ketika menyatakan: “Kami para pemimpin dan ketua para Arab …” Saudara2 Arabnya menganggapnya sebagai pemimpin spiritual dan pemimpin masyarakat Nasrani.

Kedua, disebutkan bahwa Waraqah-lah yang mensahkan kontrak perkawinan ini. Ia adalah ulama utama, yang atas nama Tuhan menetapkan kontrak yang hanya bisa dibatalkan oleh kematian salah seorang dari pasangan perkawinan itu, sesuai dengan ajaran Injil versi Ebionis. Sebagai pendeta Nasrani, ia mensahkan penyatuan kedua sepupunya secara agama, Muhammad dan Khadijah. Kontrak inilah salah satu alasan mengapa Muhammad tidak berpoligami saat Khadijah masih hidup.

Ketiga, harapan Waraqah akan perkawinan ini adalah bagi agama dan kaumnya. Apakah ia hanya memberikan perlindungan dan kemapanan material bagi Muhammad yang miskin dan yatim piatu itu atau apakah ia juga ingin mempersiapkan Muhammad sebagai penerusnya, sebagai pemimpin (religius) Nasrani dan kepala kaum Quraysh ?

Keempat, partisipasi paman Muhammad, Abu Talib dalam rencana pendeta itu harus dicatat. ‘Saya bersumpah demi Tuhan, setelah perkawinan ini keponakan saya ini akan mendapatkan wahyu besar dan akan memulai peran bahaya.’ Bagaimana Abu Talib mengetahui peran masa depan keponakannya itu? Bahkan seberapapun besar cinta Khadijah pada Muhammad, tanpa pengaturan seorang anggota Quraysh yang berpengaruh dan berkuasa, mungkinkah ia akan menikahi Muhammad? Mungkinkah orang itu Waraqah? Memang, tanpa Waraqah dan Khadijah, Muhammad tidak akan berarti apa-apa.

Waraqah kemudian mengajarkan segala pengalamannya kepada Muhammad guna persiapan masa depan. Langkah pertama adalah isolasi ke Bukit Hira. Disitu ia akan mengasah kemampuannya bersemedi. Kakeknya sendiri sering bertapa ke daerah itu untuk tujuan spiritual. Waraqah dan Muhammad mencari kesepian di sebuah goa di daerah itu dan setiap sekali setahun menghabiskan waktu satu bulan untuk semedi, selama bulan puasa selama periode 15 tahun. Dalam goa Khalwah ini, Waraqah menurunkan pengetahuannya kepada Muhammad. Namun Muhammad tidak mungkin melakukan ini kalau ia tidak dibimbing orang-orang yang berpengalaman. Kakeknya, Abdul Muttalib dan pendeta Waraqah, adalah beberapa orang diantaranya. Muhammad mengadopsi contoh mereka untuk mempersiapkan mentalnya bagi misinya.

Selama bertahun2, Muhammad dan Waraqah bersama2 bekerja keras. Injil Matius yang diterjemahkan sang pendeta dari bahasa Aram kedalam bahasa Arab juga dipelajari Muhammad. Muhammad kagum bukan hanya dengan pesan Injil Yahudi, tetapi juga dengan kerja keras sepupunya, sang pendeta, dalam menerjemahkan kitab suci itu. Al Quran sendiri menunjukkan bahwa terjemahan Waraqah memperkenalkan Muhammad pada perbendaharaan kata-kata suci. Untuk mempelajari lebih lanjut hal ini, kita harus menghilangkan sangkaan bahwa Muhammad buta huruf (tidak dapat membaca dan menulis).

Lihat topik selengkapnya: MUHAMMAD TIDAK BUTA HURUF

Kepercayaan kuat bahwa Muhammad buta huruf melawan segala bukti yang ada: Ungkapan Al Quran “nabi buta huruf” bukan berarti ia tidak bisa baca tulis. Penting disini untuk mengetahui apa yang diketahui Muhammad dan apa yang tidak diketahuinya. Yang diketahuinya adalah membaca/menulis yang sudah diajarkan padanya sejak kanak-kanak. Bukti melek aksaranya sudah nampak dalam Al Quran dan buku2 lain. Apa yang TIDAK ia ketahui dan ingin dipelajarinya adalah ilmu kitab suci yang diwahyukan, yaitu ilmu spiritualitas dan hukum-hukum. Ia akan mendapatkan ilmu ini dari seseorang yang sudah memilikinya.

1) orang ‘buta huruf’ menurut Al Quran adalah seseorang yang tidak memiliki kitab suci. Yahudi, keturunan Ishak, putera Ibrahim adalah kaum Ahlul Kitab. Sementara Arab, keturunan Ismael, putera Ibrahim BELUM memiliki Alkitab. Inilah yang dimaksudkan dengan ‘buta huruf’ di jaman Arab pra-Islam.

Al Quran membuat perbandingan ini : ‘Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: "Apakah kamu (mau) masuk Islam?’ (QS 3:20) Ini menunjukkan keinginan para ‘buta huruf’ untuk mempelajari kitab suci.

‘Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka’ (QS 2:78)

Muhammad menunjukkan kebanggaannya karena Tuhan memilihnya dari antara orang2 yang tidak memiliki kitab suci itu. ‘Allah mengirimkan rasul dari antara mereka.’ (QS 7:63)

Jadi keadaan ‘buta huruf’ ini lebih menunjuk kepada status sosial, ketimbang pada kemampuan baca tulis. Ayat-ayat berikut menunjukkan bahwa Muhammad percaya bahwa ia datang dari latar belakang ‘buta huruf’ ini. ‘orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang umi …’ (QS 7:157) dan ‘maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang umi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya’ (QS 7:158).

Jadi, kaum ‘buta huruf’ adalah bangsa Arab, keturunan Ismael, yang tidak memiliki kitab suci, sementara Ahlul Kitab, adalah keturunan Ishak, yang memiliki kitab suci.

2) Malaikat Jibril menyuruh Muhammad membaca dalam ayat pembuka Surah 96:

‘BACA ('Ikrar'), dalam nama Allahmu, yang menciptakan manusia dari segumpal darah… BACA ! Karena Allahmu maha pemurah, Ia yang mengajarkanmu cara penggunaan pena dan mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.’ (1-6)

Sebagian mufasir berpendapat bahwa ini surah pertama yang turun pada Muhammad. Mereka juga bersikeras bahwa Jibril membawa buku di tangannya untuk ditunjukkan kepada Muhammad. Jika Muhammad tidak dapat membaca, maka mengapa ayat Quran ini memerintahkan nabi untuk ‘BACA’ ?

3) Muhammad mendapatkan banyak pengetahuan termasuk kemampuan membacanya dari Abu Talib. Ibn Sa’d mengomentari hubungan dekat paman dengan keponakannya. ‘Ia mencintainya lebih dari pada anakanaknya sendiri. Ketika Muhammad keluar rumah, pamannya akan menemaninya. Abu Talib memberikan cinta besar kepadanya dan menyisakan bagi Muhammad makanan yang paling baik.’

Ini jelas berarti bahwa sang paman memberikan pendidikan kepada keponakannya yang yatim piatu itu sama dengan apa yang didapatkan puteranya sendiri, Ali. Sepupu Muhammad ini, menulis karyanya berjudul Nahj al Balaghah (The Path of Eloquence). Jadi tidak mungkin Abu Talib mengecualikan keponakannya dari apa yang didapatkan anaknya sendiri.

Ilmu Ilahi yang diberikan Waraqah kepada Muhammad adalah ilmu Kitab Suci. Mereka bersama belajar Midrash, Talmud, Taurat dan Injil Matius, empat kitab yang nantinya menjadi dasar penulisan Al Quran. Dalam uraian yang akan datang kita akan mengetahui bahwa Al Quran adalah hasil modifikasi dari keempat kitab tersebut.

Muhammad mempelajari Injil Ibrani (Injil Matius) dengan Waraqah. Kitab ini adalah hasil terjemahan kedalam bahasa Arab oleh Waraqah, dimaksudkan agar dapat menyelesaikan perselisihan.

‘Sesungguhnya Kami menjadikan Al Qur'an dalam bahasa Arab supaya kamu memahami (nya).’ (QS 43:3)

Dengan pengetahuan ini, Muhammad dan pengikutnya akan membantu bangsa Arab yang bermasalah dengan hukum pidana. Orang tidak bisa dihakimi ataupun dibela karena mereka tidak memiliki kitab suci. ‘Apakah kami akan memberlakukan Muslim seperti orang yang berdosa? Ada apa denganmu? Bagaimana kalian menghakimi? Atau apakah kalian memiliki sebuah buku yang kalian pelajari? Itu kalian akan miliki …’ (QS 68:35-39)

Jadi Muhammad mempelajari kitab suci yang ditawarkan Waraqah. Ia akan menggunakan pengetahuannya ini untuk menjelaskan artinya kepada saudara-saudara Arabnya. Dengan itu ia dapat menyatakan dengan yakin ‘kepada orang yang membahas Tuhan, tanpa ilmu, tanpa pengarahan dan tanpa buku pengarahan yang mapan.’ (QS 31:20,22)

Bukti ini menunjukkan bahwa Muhammad mampu membaca dan memiliki ilmu Ilahi. Jadi kalau Al Quran merujuk kepada ‘ilmu yang tidak diketahui manusia’ ini berarti ilmu tentang kitab2 suci yang sudah diturunkan terdahulu. Saat Muhammad mengalami keraguan atas wahyu Allah, ia diperintahkan agar bertanya kepada Ahlul Kitab.

‘Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,’ (QS 16:43)

Dan salah satunya yang membaca kitab dan memiliki pengetahuan yang datang sebelumnya adalah Al Qiss Waraqah.

‘Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.’ (QS 21:7)

‘Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka..’ (QS 6:90)

‘Dan di antara kaum Musa itu terdapat suatu umat yang memberi petunjuk (kepada manusia) dengan hak dan dengan yang hak itulah mereka menjalankan keadilan.’ (QS 7:159)

’Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk dengan hak, dan dengan yang hak itu (pula) mereka menjalankan keadilan.’ (QS 7:181)

Terbukti bahwa Muhammad merupakan bagian dari rencana Waraqah. Khadijah, wanita mapan & beruntung itu menyediakan fasilitas yang diperlukan Muhammad dalam misinya dalam bentuk uang, kehormatan dan cinta. (Muhammad bisa pergi dari rumah, belajar, berkotbah, bertapa selama berbulan-bulan lamanya tanpa mengkhawatirkan keuangan keluarga.)

Kesemuanya ini diatur Waraqah dan diwujudkan oleh Khadijah. Wanita Arab ini menjadi penghubung antara Waraqah dan Muhammad. Sering dikatakan, ‘Khadijah mengeksekusi semua hal sesuai dengan nasehat Waraqah.’

Waraqah, Khadijah dan Abu Talib memainkan peranan penting dalam hidup dan misi Muhammad. Setelah kematian Khadijah dan Abu Talib sekitar th 619, Muhammad merasakan kehilangan hubungan intim dan dukungan emosional. Dengan kematian Waraqah, ‘persediaan wahyu mengering.’ Dengan kematian Khadijah, ‘cobaan semakin meningkat dalam kehidupan Muhammad. Setelah kematian Abu Talib, ‘klan Quraysh mencoba melukai Rasulullah.’ Disini Muhammad kehilangan TRINITAS nya.

Apa sebenarnya maksud sang pendeta Kristen tersebut? Apa yang diinginkannya dari Muhammad? Kenabian Muhammad atau kepentingannya sendiri ? Setelah para kolektor Al Quran mulai meremehkan peran sang pendeta, mereka terdorong oleh tradisi lisan yang lebih mementingkan aspek hukumnya, ketimbang bukti-bukti sejarah. Para kolektor ini menerima sedikit informasi atas peran sang pendeta dalam kenabian Muhammad. Mereka ini juga tidak mempertanyakan bagaimana otoritas religius (al-Qussussiyyah) ditransmisikan oleh pengikut Nasrani kepada mereka yang mengikuti Islam.

Namun karena banyak keraguan bahwa Muhammad benar-benar seorang nabi, para kolektor ini mencari tanda-tanda yang mereka lacak ke hari-hari pertama Adam. Mereka terus mencari tanda-tanda dengan mengatakan bahwa rabbi, pendeta, tukang sihir, JIN, SETAN, hewan, berhala, pohon dan batu mendukung pesan nabi. Mereka bersikeras bahwa nama Muhammad ditemukan dalam Bible. Pada saat yang sama mereka mengesampingkan al Qiss Waraqah yang sebenarnya adalah orang yang pertama-tama menyatakannya sebagai nabi disamping Khadijah.

Bukhari menulis sebuah riwayat yang amat panjang dari Aisha saat peristiwa Muhammad mendapatkan wahyu pertamanya, dimana saat Muhammad bertapa di gua Hira, sesosok makhluk suprnanatural mendatanginya. Makhluk tersebut memerintahkan Muhammad membaca kemudian menginjaknya dada dengan keras hingga tiga kali, Muhammad yang ketakutan mengira makhluk tersebut adalah jin, yang kemudian ia sampaikan kepada Khadijah, Muhammad takut akan menjadi gila akan hal tersebut. Khadijah menyampaikannya hal itu kepada Waraqah, dan kemudian Waraqah meyakinkan Muhammad bahwa yang mendatanginya adalah malaikat Jibril. Waraqah berkata; “Siapapun yang datang dengan pesan yang sama seperti yang kau bawa pasti mereka akan memusuhinya. Andai aku masih hidup hingga saat itu tiba, pastilah aku akan mendukungmu sekuat tenaga.” http://sunnah.com/bukhari/1/3

Masyarakat Arab pra Islam percaya pada syair atau ayat – ayat Jin, mereka mengira bahwa ayat-ayat atau syair yang indah di inspirasi oleh Jin (Tabari vol.9, hal 167, note 1151) Inilah sebabnya mengapa Muhammad amat ketakutan saat bertemu makhluk supranatural di gua Hira, ia menganggap makhluk tersebut Jin, karena makhluk tersebut menangkapnya dan menekan dadanya tiga kali. Adalah hal yang aneh jika Muhammad tidak mengenali makhluk tersebut, seperti halnya ia tidak mengetahui siapa yang membela dadanya saat ia kecil, yang kemudian mengambil organ hatinya, dan mencucinya agar bersih. Anehnya lagi meski Waraqah meyakinkan Muhammad bahwa yang menemuinya tersebut bukan jin melainkan Namus (rahasia), yang kemudian dikonotasikan dengan Jibril, namun Waraqah tidak pernah memeluk islam dan mati sebagai Kristen.

Apa agama Waraqah saat wafat ? Muslim atau Nasrani? Ibn al Abbas berpendapat ‘Ia mati sesuai dengan kepercayaan Nazarethnya.’ Sedangkan Ibn al Yaouzi berpendapat ‘Ia mati dan dikubur di al Houjoun. Ia bukan Muslim.’ (Al-Yaqubi, Tarikh, Vol 1, hl 257)

Mengapa Waraqah bertindak demikian? Nampaknya maksud Waraqah agak berbeda terhadap Muhammad. Tujuan Waraqah sebenarnya adalah untuk mengumumkan bahwa Muhammad menjadi penerusnya (sebagai pendeta Nasrani!) untuk menjadi kepala masyarakat Nasrani di Mekah.

Muhammad mengerti tugasnya dan apa yang diharapkan darinya. Ia mulai mengkotbah dan memperingatkan orang tentang hal-hal yang tidak mereka ketahui dalam Kitab Suci. Ia menunjukan kepada mereka jalan yang benar dan agama yang sah. Ia membacakan mereka teks dari buku suci Yahudi yang diterjemahkan Waraqah itu. Tujuannya sebenarnya memperingati orang akan Taurat dan Injil. ‘Peringatkan. Kau hanyalah seseorang yang memperingatkan!

’Setelah kematian Waraqah, ia diberi jabatan sebagai pemimpin religius. Namun ia takut bahwa Allah telah meninggalkannya karena wahyu tidak turun selama 2-3 tahun. Tetapi akhirnya wahyu datang juga dan malah ia sempat memodifikasi pesan-pesan sebelumnya. Perubahan ini sesuai dengan perkembangan watak Muhammad. Kemudian di Medinah, wahyu-wahyu Al Quran ditambahkan kepada ayat-ayat Mekah.

Para kolektor Hadis seperti Muslim Ibn al Hajjaj, al Bukhari dan al Isfahani setuju bahwa pendeta Ebionit bernama Waraqah itu menerjemahkan Injil kedalam bahasa Arab. Apa isi Injil ini? Untuk itu kita harus melihat ke data-data para pendiri gereja.

Buku-buku terbitan mereka merupakan indikator menakjubkan tentang keempat abad pertama Injil Ibrani ini. Injil yang tidak terkenal ini akhirnya tertanam dalam Al Quran berbahasa Arab dan menjadikannya hubungan penting kepada ‘naskah asli’ (al-lawh al-mahfouz) yang dikatakan merupakan sumber Al Quran.

Sejarawan paling dini, Eusebius (w. 340) mengutip Hijsub, yang hidup di permulaan abad ke dua, mengatakan: ‘bahwa ia mereproduksi teks Injil menurut Yahudi, yaitu Injil Aramaik dalam bahasa Ibrani. Katanya, ‘Injil ini adalah yang paling dipercaya kaum Ibrani yang percaya kepada Yesus.’

Mengenai golongan Ebionit, ia mengatakan: Mereka hanya menggunakan Injil Ibrani dan tidak menunjukkan ketertarikan kepada Injil-injil lain. Katanya, ‘Mereka mematuhi hari Sabat dan tradisi-tradisi Yahudi lainnya. Mereka saling menegur agar mempraktekkan prinsip-prinsip Taurat. Mereka menganggap bahwa penyelamatan manusia tidak terbatas pada hanya percaya dalam Yesus, tetapi dalam melaksanakan hukum Musa.’

Epiphanus (w. 403) menulis tentang sekte Ebionit dan Injil Ibrani sekte tersebut: ‘Mereka hanya terikat pada Injil (Matius) dan menamakannya ‘Injil menurut Ibrani’. Injil Matius itu tidak sempurna tetapi telah dirubah dan masih tidak lengkap.’ Epiphanus mengutip St Irenaeus, uskup Lyon (w.208), ‘Ebionit hanya menggunakan Injil Matius, tetapi mereka tidak memiliki kepercayaan yang benar kepada Tuhan.’

Para bapak2 pendiri gereja berbicara tentang penyelewengan (unorthodoxy) kaum Ebionit. Ada kalanya injil mereka disebutkan Injil Nazerine (Injil orang Nazareth), Injil Ibrani, Injil Ebionis atau Injil ke12 Apostel. Ini merupakan versi injil aramaiknya Matius. Injil Ibrani ini menurut kaum Ibrani memainkan peran penting dalam men-transfer doktrin2 heterodox ataupun ortodox kedalam kepercayaan dan praktek Muslim.

Ajaran-ajaran seperti Yesus sang Mesiah (Al Masih), Roh Kudus, zakat, kiamat dan pengadilan terakhir dan nasib akhir manusia, ini semua tercakup dlm Injil Ebionis. Tapi teks Injil Ibrani yang diadopsi dan ditulis kembali oleh Waraqah dalam versi Arabnya bukan terjemahan akurat dan penuh. Metodanya lebih dekat kepada exegesis dan apologetic ketimbang terjemahan dan transmisi secara harafiah.

Selain mendapatkan pengetahuan agama dari Waraqah, Muhammad juga mendapatkan pelajaran agama dari Zaid bin Amr. Seperti yang ditulis diartikel terdahulu, bahwa Muhammad bukanlah orang yang pertama kali menentang budaya berhala di Mekah. Di Sirat Rasul diceritakan mengenai beberapa orang yang dengan keras menentang polytheisme dan ingin mereformasinya menjadi monotheisme absolut. Salah satunya adalah Zayd bin Amr ini. Muhammad dan Zaid bin Amr sering bertemu digua2 sewaktu mereka sedang bersemedi. Bahkan gua Hira, tempat dimana Muhammad mengaku bertemu hal gaib, adalah tempat bersemedi favorit bagi Zaid.

Pelajaran keagamaan yang diterima Muhammad dari Zaid, dikemudian hari banyak dituangkannya kedalam Al Quran. Kita dapat membandingkan syair-syair yang di buat oleh Zaid dengan Al Quran buatan Muhammad tersebut.

Silahkan lihat hal tersebut di: Sumber Quran 2

Dengan bekal keagamaan yang cukup dari guru-gurunya, sekaligus dukungan penuh dari orang-orang seperti Khadijah dan Waraqah, Muhammad mulai yakin dengan misi yang diembannya. Misi awalnya ia lakukan secara sembunyi-sembunyi, kebanyakan yang menjadi target Muhammad adalah sahabatnya, para budak, dan orang-orang miskin. Dengan modal kekayaan yang memang diberikan Khadijah untuk mendukung misi suaminya tersebut, Muhammad berhasil menarik para budak dan orang-orang miskin untuk menjadi pengikutnya.

Berlanjut ke: Masa Awal Kenabian


..


 BERIKAN KOMENTAR
 ANDA PADA KOTAK
 DI BAWAH INI :



Use avatars to show off your personality and favorite things.


 Untuk DISKUSI atau
 DEBAT
, silahkan klik
 link dibawah ini:

FORUM DISKUSI DAN DEBAT ISLAM
.