DAKWAH AWAL KENABIAN ~ FORUM MURTADIN INDONESIA

DAKWAH AWAL KENABIAN

Setelah Waraqah dan Khadijah meyakinkan Muhammad bahwa Jibrillah yang mendatanginya dan memberinya wahyu kenabian, beberapa orang mengikuti Waraqah dan Khadijah, untuk mengakui kerasulan Muhammad, diantaranya Ali bin Abu Talib, Zaid bin Harith, dan Abu Bakar. Karena Muhammad telah diyakinkan Khadijah dan Waraqah bahwa misinya bisa sangat berbahaya, oleh sebab itu dia berencana untuk melakukan misi pertama ini dengan rahasia. Saat itu dia mulai berdakwah secara perlahan dan diam-diam mengenai Allah, Isa dan sebagainya seperti yang diajarkan Waraqah. Dalam tiga tahun pertamanya ia hanya dapat menarik tidak lebih dari 40 orang; mereka itu juga, sebagian besar adalah anak-anak muda, orang asing dan bekas budak.

Karena takut, dia menyuruh para pengikutnya untuk melakukan ibadah mereka ditempat tertutup, baik itu dirumah salah seorang pengikut atau digua dekat Mekah. Kerahasiaan ini tidak efektif, karena akhirnya kaum pagan tahu akan pertemuan2 rahasia Muhammad. Dalam salah satu pertemuan, massa mengamuk, dan perkelahian terjadi. Saad, seorang muslim, melukai salah satu orang pagan. Dengan ini, Saad menjadi Muslim pertama yang mengucurkan darah demi Islam. Terbongkarnya rahasianya ini mengecilkan semangat Muhammad dan meningkatkan ketidak tenangan pikirannya.

Perlu diketahui bahwa pada jaman Muhammad ini, tidak ada pemerintahan di Jazirah Arab, tidak ada aparat atau polisi yang menjaga keamanan atau ketertiban wilayah tersebut. Sistem keamanan yang ada adalah sistem perlindungan klan atau kelompok. Membunuh seseorang dari suatu kelompok, itu berarti orang tersebut harus berhadapan dengan kelompok dari orang yang ia bunuh. Abu Bakar dan Utsman mendapatkan perlindungan yang kuat dari klan mereka. Hasilnya, mereka tidak pernah menghadapi kekerasan dari kaum pagan Mekah, meski mereka telah menjadi muslim, dan menemani Muhammad dalam setiap perjalanan dakwahnya. Bahkan Ali yang muda tidak pernah diganggu ataupun diperlakukan kasar oleh anak2 seumurnya, atau oleh orang yang lebih tua hanya karena ia pengikut Tauhid.

Dengan semakin besarnya dorongan Khadijah dan Waraqah, Muhammad mulai menunjukkan antusiasme yang besar dan mulai secara terbuka menyatakan doktrin2nya, dan memperkenalkan diri sebagai seorang nabi, yang dikirim oleh tuhan untuk mengakhiri pemujaan berhala. Kaum kafir Mekah merasa sangat terluka oleh hinaan2nya terhadap agama nenek moyang mereka.

Ibnu Ishaq berkata, "Seperti yang disampaikan kepadaku, bahwa Abu Jahal bin Hisyam berjumpa dengan Rasulullah, kemudian ia berkata kepada beliau, 'Hai Muhammad, engkau harus berhenti mencela tuhan2 kami! Jika tidak, maka kami akan mencela tuhan yang engkau sembah.' (Ibnu Hisyam, Sirah NA, Vol 1, p 318)

Bukhari menulis sebuah riwayat, bahwa suatu waktu Muhammad naik ke puncak bukit Shafa, dan berteriak “Ya shabahah” (peringatan adanya serangan musuh) dan berteriak memanggil warga Mekah. Saat banyak orang kafir berkumpul dan menanyakan ada keadaan genting apa, Muhammad kemudian menjelaskan bahwa teriakannya hanyalah permisalan bahwa ia memperingatkan tentang siksaan dari Allah, jika orang orang kafir Mekah tidak meninggalkan tuhan-tuhan mereka dan mau taat kepada Allah serta Muhammad sebagai utusan Allah. Mendengar penjelasan tersebut, akhirnya orang orang membubarkan diri, namun Abu Lahab, paman Muhammad menghampirinya dan dengan nada kasar berkata, “Celakalah engkau, hanya untuk inikah engkau kumpulkan kami?” Mendengar hal itu, sontak turunlah ayat Alquran dari mulut Muhammad;.

Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut. (QS Al-Lahab 1-5)

Muhammad juga telah menciptakan atmosfir permusuhan di Mekah, yang memisahkan anak dari orang tuanya, dan saudara dari kerabatnya.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu pemimpin-pemimpinmu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin-pemimpinmu, maka mereka itulah orang-orang yang lalim. (QS 9.23)

Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan (QS 29:8)

Meski Muhammad telah merobek2 kehidupan sosial dan agama mereka, kaum kafir tidak pernah menunjukkan kekerasan apapun terhadap Muhammad. Bayangkan jika kondisinya terbalik, seandainya saat ini seorang kafir berdakwah tentang polytheisme di tanah Mekah, apakah para muslim akan bertoleransi? Sesuai syariat maka penyebar kekafiran tersebut harus dihukum mati. Sedangkan insiden kontak fisik terburuk yang dialami Muhammad selama di Mekah adalah ditariknya jubah Muhammad oleh kafir Quraish yang marah karena Muhammad mengancam mereka bahwa suatu saat akan ada tukang jagal yang membunuh mereka. Atau saat Uqbah bin Abi Mu’ait melemparkan kotoran unta kepunggung Muhammad.

Kejadian yang lain adalah dugaan percobaan yang gagal, seperti saat Abu Jahal mencoba untuk melempar Muhammad dengan batu, namun batal karena konon Abu Jahal melihat unta raksasa yang akan menelannya. Atau percobaan saat kejadian lailatul mabit, dimana sekumpulan kafir Quraish mengepung rumah Muhammad dan berencana membunuhnya dimalam hari sesaat sebelum hijrah Medinah, namun gagal karena Muhammad meminta Ali tidur diranjangnya dan konon pandangan kafir Quraish buram dan tidak melihat Muhammad kabur dari kepungan mereka.

Beberapa kaum kafir yang bersikap netral menuntut bukti2 ajaib dan mujizat pada Muhammad. Karena memang dia bukan nabi, maka diapun tidak bisa melakukan mujizat. Oleh karenanya ia menjawab dengan jawaban diplomatis.

"Orang-orang yang kafir berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu tanda (kebesaran) dari Tuhannya?" Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan; dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk." (QS 13:7)

Merasa tidak puas, mereka menuntut bukti2 yang nyata, keajaiban yang bisa dirasakan dan dilihat, misal membuat orang bisu menjadi dapat berkata2, yang tuli jadi mendengar, yang buta jadi melihat, atau yang mati hidup kembali. Muhammad seperti biasa, tidak hanya menghindari tuntutan ini, tapi dia juga mengulang2 perkataan yang sama (hanya Qurannya sebagai keajaiban). Dan disaat yang sama, dia mengancam dan mengutuki mereka dengan hukuman berat dari tuhan, jika mereka berkeras menuntut hal itu.

Al Maalem, seorang penulis Arab, mencatat bahwa terdapat beberapa murid Muhammad yang bergabung dengan para kaum pagan untuk menuntut ditunjukkan keajaiban, dan memintanya untuk membuktikan kemampuannya dengan mengubah bukit Safa menjadi emas. Didesak seperti itu, Muhammad berdoa, dan setelah selesai, dia meyakinkan para pengikutnya dan juga mereka yang menentangnya bahwa malaikat Jibril muncul dihadapannya dan memberitahu bahwa jika tuhan mengabulkan doanya dan melakukan keajaiban yang diminta, mereka semua yang tidak percaya sebelumnya akan dimusnahkan. Karena itu ia memohon tuhan agar keajaiban itu tidak diwujudkan hingga bukit Safa tetap seperti sekarang ini dan tidak berubah menjadi emas. Dia terus berkeras bahwa Quran adalah keajaibannya dan diatas itu; dia tidak punya kuasa untuk melakukan keajaiban2 lain yang memuaskan ketidak percayaan mereka.

Kita telah mencapai tahun kelima dari misi Muhammad. Dari waktu ke waktu dia menghadapi perlawanan kaum pagan akan khotbahnya, tapi mereka tidak pernah berhasil menghentikan aktivitas Muhammad sepenuhnya. Meski dia menikmati kebebasan yang dia dapatkan dalam menjalankan misinya, dia tidak pernah mampu mendapatkan lebih dari 60 pengikut untuk waktu sekian lama ini.

Seperti telah diceritakan sebelumnya, bahwa Khadijah dan Waraqah lah yang mengusulkan Muhammad untuk mengakhiri penyembahan berhala di Mekah dan menggantinya dengan keyakinan monotheisme. Karenanya dia yakin bahwa istrinya pasti merelakannya untuk menggunakan seluruh kekayaannya dengan alasan misi ini.

Selama lima tahun, Muhammad hidup dari kekayaan istrinya. Dia juga menggunakan kekayaan itu untuk membujuk dan memberi makan pengikut2nya, banyak diantara mereka adalah bekas budak dan orang2 pengangguran. Hal terbaik dari ini adalah ia bisa menggunakan harta istrinya untuk menyogok kaum pagan yang condong ke arah islam, tapi menahan diri untuk memeluknya. Singkatnya dia menggunakan kekayaan istrinya untuk semua tujuan yang dibutuhkan demi mencapai apa yang telah dia rencanakan lima tahun lalu. Jadi bukan semata2 karena khotbahnya yang menarik, namun juga didasari alasan ekonomi yang menarik orang untuk mengikutinya.

Tapi ketika modal hartanya menipis, dan dia tidak lagi melakukan aktivitas dagang untuk waktu yang lama, dia mulai merasakan tekanan karena masalah keuangan ini. Pengikutnya yang sebagian besar adalah bekas budak yang miskin mulai mengeluh terhadap dia. Penghidupan mereka sepenuhnya tergantung pada Muhammad, karena semenjak mereka mengikuti Muhammad, orang2 kafir memutuskan hubungan dengan mereka, termasuk dalam hal keuangan.

Inilah mendorong Muhammad untuk mengadakan rencana perdamaian, dengan tujuan untuk menenangkan lawan2nya, sekaligus menenangkan para pengikutnya. Tanpa menyadari akan implikasi dari rencananya, dia mengumumkan bahwa dia menerima ketuhanan dari “Lord of the House (Tuan sang empunya Rumah),” yang disembah orang2 pagan dalam bentuk patung yang dipasang didalam Kabah. Dia melanjutkan kelonggaran ini dengan mengijinkan para pengikutnya untuk menyembah patung2 dari al-Lat, al-Uzza dan al-Manat bersama2 dengan kaum pagan. Semua orang kemudian senang karena kekerasan telah berakhir. Bagi para muslim, masa 'damai' ini dikenal sebagai “Gharaniq.”

Berdasar Sirat Rasul Allah, oleh ibn Ishaq, cetakan tahun 2001, hal. 165 sampai 166 Kemungkinan ayatnya berbunyi demikian;

QS 15:19 Pernahkah kamu memikirkan Allat dan al-‘Uzza
QS 15:20 Dan Manat, yang ketiga, yang lainnya?
QS 15:21 Ini adalah gharaniq yang dimuliakan,
QS 15:22 dan perantaraannya diharapkan.
QS 15:23 keserupaan mereka tidak dilupakan.

Pengikut Muhammad dan kaum kafir begitu senang dengan perdamaian ini. Namun masa ini hanya berlangsung beberapa waktu saja, karena akhirnya Muhammad sadar, bahwa dengan mengakui berhala kabah, berarti ia mengingkari monotheisme yang diajarkan Waraqah kepadanya. Agar tidak disebut sebagai nabi plin plan, ia menimpakan kesalahannya kepada setan, yang katanya telah menaruh kalimat2 itu dimulutnya, meskipun dia sering mengaku telah mendapat perlindungan penuh dari tuhan agar dihindarkan dari pengaruh2 setan, seperti saat Jibril membedah dadanya, mengambil hatinya, kemudian mencucinya dengan air dan menyekanya dengan kain putih.

Menurut seorang penulis Muslim, peristiwa “Gharaniq” ini terjadi di Mekah diakhir tahun ke-5 atau awal tahun ke-6 dari khotbah2nya, yaitu sebelum masa pengungsian ke Habasyah. (Dr. Majid Ali Khan, The Holy Verses, hal 32-37).

Penarikan pernyataan ini tidak ditanggapi dengan baik oleh kaum pagan dan mereka menjadi murka atas sikap tak jelas Muhammad tersebut. Mereka menganggap penarikan pernyataan Muhammad sebagai tindakan khianat, mereka memutuskan untuk menentang agamanya dengan lebih keras lagi. Kalau saja Muhammad tidak mendapat perlindungan dari pamannya Abu Talib, mereka mungkin telah membunuhnya saat itu juga.

Dalam lima tahun terakhir, apa yang dicapai Muhammad sangat menyedihkan. Oposisi kaum pagan semakin bertambah, sumber keuangannya menipis dan, meski mendapatkan perlindungan dari Abu Talib, kebanyakan pengikutnya, yang tidak punya status sosial atau perlindungan, mengalami penyiksaan fisik ditangan tuan mereka. Terlebih lagi, dia juga gagal menyediakan pekerjaan pengganti bagi mereka yang meninggalkan pekerjaannya demi untuk menjadi pengikutnya.

Akibatnya, dia merasa ketidaknyamanan melanda para pengikutnya. Dia, dengan ini perlu mengalihkan perhatian mereka. Dia juga perlu mengambil langkah yang bukan hanya dapat mengangkat kepercayaan para pengikutnya, tapi juga untuk menahan rasa permusuhan lawan2nya.

Dengan tujuan ini, Muhammad mulai memikirkan kemungkinan2 yang dapat dilakukannya. Dari para pengikutnya yg berasal dari Habasyah / Abyssinia / Ethopia seperti Bilal dan Sumayyah, dia tahu bahwa terdapat seorang Raja Kristen bernama Negus/Najasy yang menguasai Habasyah yang toleran terhadap agama2 lain. Dia juga tahu bahwa Negus menyimpan ambisi akan menghapuskan kekafiran di Mekah seperti ia mengutus Abrahah dan pasukan gajah.

Akhirnya, Habasyah dimata Muhammad kelihatan sebagai negara pilihan yang sempurna untuk meminta pertolongan. Karena itu dia menyiapkan dan mengirim delegasi ke Habasyah. Delegasi ini terdiri dari 11 anggota, termasuk Ruqayyah, anak perempuannya. Utsman, suaminya, diangkat sebagai pemimpin delegasi. Tujuan yang harus dicapai delegasi ini adalah:

1. Muhammad sadar bahwa orang2 Habasyah berhasrat mengambil kembali kekuasaan Arabia mereka yang telah hilang; dan juga bahwa untuk menolong sekutu Byzantium mereka yang baru saja menderita kekalahan ditangan Persia. Delegasi ini bertugas untuk meyakinkan Raja Negus agar menyerang Mekah dan mengambil alih pemerintahannya. Anggota lain dari delegasi ini punya instruksi khusus, yaitu menceritakan bagaimana orang2 kafir secara mengerikan menyiksa dan membiarkan mereka mati kelaparan, hanya karena mereka menyembah satu tuhan, tuhan yang sama yang disembah Raja Negus. Jika telah diyakinkan, dan jika Negus mengambil alih Mekah, dia harus memilih Muhammad sebagai penguasanya Mekah.

2. Jika Negus menolak, hanya pemimpin delegasi (Muslim) dan istrinya yang boleh kembali ke Mekah. Para muslim yang lain harus tetap tinggal di Habasyah. Para “pengungsi” ini harus mencari pekerjaan diantara orang2 Kristen yang toleran. Rencana ini bertujuan untuk membebaskan Muhammad dari tanggung jawab untuk menafkahi pengikut2nya tersebut.

3. Mereka yang punya latar belakang pedagangan, harus mengembangkan hubungan dagang dengan orang Habasyah, dan jika berhasil, hal ini akan mengecilkan posisi monopoli dari kaum pagan Mekah.

4. Kehadiran para pengikut Muhammad yang terus menerus di Habasyah akan menciptakan markas bagi Muhammad sendiri, jika suatu saat dia merasa tidak aman lagi berada di Mekah, dia dapat dengan mudah pergi ke Habasyah dan tinggal dengan aman disana. Dari sini dia dapat merencanakan dan mencoba mengambil alih Mekah dikemudian hari. (Persis seperti yang dilakukan Khomeini, dan para petinggi gerakan separatis Islam, yang lari ke Barat untuk nanti melancarkan serangan dari Eropa terhadap negara asal mereka.)

Orang2 Mekah curiga akan delegasi yang dikirim Muhammad ini. Karenanya mereka mengirim misi mereka sendiri. Tugasnya adalah meluruskan tuduhan Muslim terhadap mereka dan agar mereka diusir oleh Raja Negus.

Setelah mendengar dari kedua delegasi, Negus menolak permintaan Muslim untuk menyerang Mekah, tapi mengijinkan mereka tinggal dinegerinya, kaum pagan senang dengan keputusan ini. Negus menganggap Muslim adalah orang-orang Kristen juga, yang memiliki kepercayaan yang sama dengannya.

Berlawanan dengan apa yang dinyatakan diatas, kebanyakan penulis Muslim berkeras mengatakan bahwa para muslim mengungsi ke Habasyah hanya untuk menghindari hukuman musuh2nya. Untuk mendukung hipotesa diatas, kami jelaskan sebagai berikut:

Saat itu tidak ada polisi atau agen yang menegakkan hukum diseluruh semenanjung Arab. Ini bukan berarti bahwa kaum nomad dan Arab tidak punya aturan untuk memerintah aspek2 kehidupan mereka. Mereka punya undang2, yang mengatur tingkah laku mereka.

Orang2 Arab dalam waktu yang lama telah mengembangkan sistem perlindungan, yang oleh suku2 atau klan2 tertentu diberikan pada anggotanya. Tanpa perlindungan ini, mustahil untuk selamat dalam lingkungan keras gurun. Sistem ini membuat orang yang menyerang anggota suku lain akan berpikir panjang karena akan menimbulkan peperangan masing2 klan. Sistem ini bekerja dengan baik, terbukti Muhammad terlindungi oleh sistem ini lewat pamannya Abu Talib. Ketika pamannya meninggal, Muhammad harus minta perlindungan dari kafir lain, yaitu Mutim Ibn Adi, kepala Nawfal klan dari Quraish. Tanpa perlindungannya, Muhammad tidak akan aman di Mekah.

Ustman Ibn Affan, yang memimpin delegasi Muslim menikmati perlindungan dari klannya. Terlebih lagi dia memiliki sumber pendapatan lain yang mendukung hidupnya dan anggota keluarganya. Karena sistim perlindungan klan ini, kaum kafir Quraish berpikir dua kali untuk menghilangkan nyawa muslim yang adalah saudara2 mereka sendiri. Hal ini membuat kepindahan muslim ke Abyssinia menjadi sulit dimengerti selain karena persamaan agama.

Ibn Ishaq menceritakan bahwa siksaan penganut monotheisme ini diterima oleh mereka dari golongan budak, seperti Bilal dan Sumayyah. Namun baik Bilal dan Sumayyah adalah keturunan Habasyah, artinya mereka telah beragama Nasrani sebelumnya. Bahkan ketika Bilal disiksa oleh Umayyah bin Khalaf, pendeta Waraqahlah yang pertama kali mengutuk perbuatan tersebut.

Perlindungan yang diberi Abu Talib, membuat keturunan Quraish yang lain murka. Ini membuat terjadinya perpecahan dalam suku ini. Abu Sufyan, pemimpin Quraish anti Muhammad, tidak hanya menghina kemurtadan Muhammad tetapi juga seluruh garis keturunan Hashim yang melindunginya. Abu Sufyan tidak menentang Muhammad dan pamannya Abu Talib semata karena pribadi atau masalah agama, namun juga karena perpecahan keluarga mengenai penjagaan Kabah.

Klan Hasyim (klannya Muhammad) telah lama menjadi kuncen Kabah, yang merupakan nafkah utama bagi mereka. Untuk meneruskan praktek ini, Abu Talib berhasrat untuk meneruskannya kepada garis keturunannya sendiri, dengan begitu mengabaikan Abu Sofyan dan klan lainnya yang juga berhasrat melanjutkan pekerjaan itu. Tindakan Abu Talib melindungi Muhammad dan pengikutnya, dimanfaatkan Abu Sufyan sebagai alasan bahwa mereka tidak pantas lagi menjadi kuncen Kabah. Dengan itu Abu Sufyan dipelopori oleh bani Makhzum dan bani Abdu Sham (induk dari bani Umayyah), mengeluarkan amanat pemboikotan yaitu melarang seluruh suku Quraish untuk melakukan hubungan pernikahan ataupun perdagangan dengan klan Hashim hingga mereka menyerahkan Muhammad untuk ditangkap dengan tuduhan penghinaan terhadap tuhan2 dan agama mereka.

Amanat ini berlaku baik bagi anggota klan Hasyim yang muslim maupun yang kafir. Amanat ini dikeluarkan di tahun ke-7 misi Muhammad, ditulis dalam sebuah perkamen (sebenarnya ditulis pada sebuah kain dan ditempel pada dinding kabah) Muslim menyatakan bahwa larangan itu telah menyebabkan kesulitan besar bagi Muhammad dan para pengikutnya. Pemboikotan ini juga adalah salah satu dampak permusuhan dan persaingan antara bani Hasyim dan bani Umayyah yang telah berlangsung sebelum Muhammad lahir dan terus berlanjut setelah kematian Muhammad dan terbawa hingga kini dalam konflik Sunni Syiah.

Periode singkat dari larangan ini tertutupi oleh musim ziarah haji, ketika para peziarah berduyun2 ke Mekah dari semua jazirah Arab untuk memenuhi kewajiban religius mereka. Selama musim ini, menurut hukum dan kebiasaan dari orang2 Arab, semua permusuhan ditunda, dan suku2 yang berperang bertemu dalam perdamaian sementara untuk menyembah di kuil Kabah. Dengan menggunakan perdamaian sementara ini, Muhammad dan pengikutnya keluar dari persembunyian dan kembali ke Mekah.

Dengan kelompok besar, Muhammad menggunakan kesempatan ini untuk berkhotbah diantara para peziarah dan mengumumkan wahyu yang katanya telah dia terima. Dengan cara ini banyak yang memeluk Islam, yang sekembalinya mereka kekampung mereka, mereka membawa benih2 agama baru. Kaum pagan Mekah tidak menghalangi Muhammad, karena mereka terikat oleh hukum agama mereka selama musim haji ini.

Pada akhir musim haji, Muhammad dan para pengikutnya kembali keperlindungan mereka. Kaum pagan pada saat itu pun tidak melakukan apa2 untuk menghalanginya atau mempersulitnya untuk kembali. Biografi Muhammad juga tidak sedikitpun menunjukkan bahwa ia ditekan ataupun dilukai oleh penentangnya. Bahkan Al Quran pun tidak menunjukkan bagamaina Muhammad memperlakukan musuh2nya, mengingat bahwa ia menghina agama mereka dan mengajak orang untuk meninggalkan tuhan-tuhan mereka, sesuatu yang dianggap kejahatan sangat parah dijaman itu.

Sementara itu, perkamen yang berisi larangan bagi Muslim, sebagian telah hancur dan amanatnya hanya tinggal kata2 awal, “Dalam nama tuhan, Allah yg maha kuasa,” formula kalimat kuno yang umum digunakan oleh kaum kafir ditulisan2 mereka. Pihak Muslim menggunakan formula ini sekarang dengan sedikit perubahan agar cocok dengan apa yang dibawa oleh doktrin agama Muhammad.

Muslim menganggap hancurnya amanat/dekrit secara misterius itu sebagai suatu mukjijat dari Allah untuk menolong Muhammad. Kaum kafir, sebaliknya, senang karena ada tangan yang tidak dikenal merusak dokumen itu, karena mereka menganggap dokumen itu memalukan bagi Abu Sufyan karena ketidakefektifannya. Muhammad kembali ke Mekah dan saat itu Persia menang atas Yunani dengan menaklukan Syria dan sebagian Mesir. Kaum penyembah berhala Quraish bersuka ria akan kekalahan kekristenan Yunani, yang agamanya bertentangan dengan agama berhala; mereka menghubungkannya dengan kekalahan kepercayaan yang mirip yaitu Islam. Muhammad, dilain pihak, sedikit berkecil hati dengan kekalahan orang2 kristen tersebut, tapi dia tetap menjawab ejekan2 kaum pagan dan mengeluarkan Surat 30, yang dibuka dengan kalimat berikut:

“Telah dikalahkan bangsa Rumawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi)” (QS 30:2-4)

Tidak lama setelah Muhammad kembali ke Mekah, ia menemuai pamannya Abu Talib, yang telah sekarat. Orang tua ini, meski mendukung dan melindungi Muhammad dari musuh2 kafirnya, tidak pernah memeluk Islam. Sering Muhammad memohon2 padanya agar menerima agama dia dan mati sebagai Muslim, tapi selalu dia tolak, karena ia tau siapa sebenarnya Muhammad.

Muhammad mendekati Abu Talib sekali lagi ketika sekarat dan memohon untuk terakhir kali agar menerima Islam. Sang paman tersenyum dan memilih mati dengan agama nenek moyangnya. Karena usahanya gagal, Muhammad keluar ruangan sambil berkata; Aku ingin berdoa untuk dia, tapi Allah melarangku. Dengan kematian Abu Talib, pimpinan klan Bani Hashim digantikan oleh Abu Lahab, paman Muhammad yang lain. Tidak seperti Abu Talib, Abu Lahab menolak untuk memberikan perlindungan pada Muhammad. Abu Lahab adalah paman yang dikutuki Muhammad ketika peristiwa dibukit Shafa dahulu. Pun justru saat Muhammad tanpa perlindungan di Mekah, tidak ada kisah dari semua sumber sejarah mengenai upaya pembunuhan terhadap Muhammad.

Tidak berapa lama setelah kematian sang paman, istri Muhammad, Khadijah juga meninggal dunia. Ini terjadi di tahun 619M. Meski Khadijah lebih tua dari Muhammad, katanya Muhammad tetap setia padanya dan tidak mengambil istri lain, meski hukum Arab mengijinkannya. Muslim fanatik menggunakan ini sebagai kebaikannya. Tapi faktanya lain.

Benar bahwa selama Khadijah hidup, Muhammad tidak mengambil istri lain, tapi ini bukan murni karena cintanya; tapi karena terpaksa! Dia terikat pada kontrak perkawinan Nasrani yang hanya memperbolehkan 1 istri. Disamping itu ia juga takut pada istrinya; istrinya yang memegang keuangan keluarga! Khadijah juga paling tahu rahasia2 Muhammad dan misi kenabiannya yang bisa menghancurkan ambisinya. Perilaku Muhammad setelah kematian Khadijah membuktikan kebenaran hipotesa ini: Tidak ada satupun catatan yang menceritakan bagaimana Muhammad bersedih atas kematian Istrinya dan bagaimana dia berduka karenanya sebagaimana suami kehilangan istri tercintanya. Segera setelah kematian Khadijah, Muhammad seperti terbebas dari kekangan, dimulailah kisah Muhammad dengan puluhan istrinya.

Muhammad segera sadar kerugian yang dideritanya atas kematian paman dan pelindungnya, Abu Talib. Dia sekarang merasa tidak aman dikotanya sendiri karena adanya Abu Sufyan dan Abu Jahl. Karena itu segera setelah kematian Khadijah, ia ditemani oleh budaknya Zaid pergi mencari perlindungan di Taif, sebuah kota kecil 70 mil dari Mekah, dihuni oleh orang Arab dari suku Thakeef. Sebuah tempat yang disukai di Arab, banyak kebun anggur dan taman2 indahnya.

Muhammad memasuki Taif dengan harapan mendapat perlindungan karena pamannya al Abbas mempunyai tanah disana. Tapi dia ternyata salah memilih Taif sebagai perlindungan; karena Taif adalah markas dari para penyembah berhala dan penghuninya adalah pemuja fanatik dari al-Lat, salah satu dari tiga anak perempuan Allah. Sama seperti di Mekah, di Taif juga memiliki Kabah dan memiliki ritual hajinya sendiri.

Dia tinggal di Taif hanya sekitar sebulan, dengan sia2 mencoba menarik masyarakat Taif masuk ke Islam. Setiap dia mencoba berdakwah, suaranya tenggelam oleh suara2 cemoohan. Sering batu beterbangan kearahnya, yang semerta2 dihalangi oleh budak setianya, Zaid. Begitu keras perlakuan mereka hingga Muhammad akhirnya lari terbirit2 meninggalkan Taif sambil terus dikejar oleh orang2 yang berteriak2 memakinya. Herannya, Allah tidak memberikan wahyu apa2 sebelum dia masuk kota ini, misalnya memperingati dia akan ketidakramahan penghuninya atau dia bahwa dia ditakdirkan menghadapi kesia2an dalam kunjungannya kekota ini.

Setelah diusir dari Mekah, Muhammad tidak berani lagi kembali kesana. Maka, dia memutuskan untuk tinggal sementara dipadang pasir sampai Zaid menemukan perlindungan pada temannya dikota. Dalam keadaan ekstrim ini, dia mendapat penglihatan, yang sepertinya selalu datang padanya saat dia seorang diri dan dalam keadaan tertekan.

Berlanjut ke: Mujizat Isra Miraj
.

..


 BERIKAN KOMENTAR
 ANDA PADA KOTAK
 DI BAWAH INI :



Use avatars to show off your personality and favorite things.


 Untuk DISKUSI atau
 DEBAT
, silahkan klik
 link dibawah ini:

FORUM DISKUSI DAN DEBAT ISLAM
.