DERITA SAFIYAH
Shafiyah binti Huyay adalah gadis cantik yang berusia 17 tahun. Dua tahun sebelumnya, Muhammad telah memenggal kepala ayahnya, pemimpin bani Nadir, Huyay ibn Akhtab, bersama dengan 900 orang dari Bani Qurayzah.
https://en.wikipedia.org/wiki/Invasion_of_Banu_Qurayza
Bani Nadir adalah salah satu suku Yahudi yang diusir paksa oleh sang Nabi untuk meninggalkan tanah dan rumah mereka di Medinah. Sisa Bani Nadir dan keluarga Huyay ibn Akhtab, termasuk Safiyah melarikan diri ke tempat Bani Qurayza di Khaybar. Di Khaybar inilah Safiyah menikah dengan seorang pemuda Yahudi bernama Kinana al-Rabi, bendahara Bani Nadir. Kisah penyerangan Khaybar ini ini dilaporkan oleh Tabari secara rinci. Hal ini juga dapat ditemukan di Sirat Ibn Ishaq, juga di Kitab Tabaqat oleh Ibn Sa'ad.
Kisahnya penyerangan ini dapat dibaca secara lengkap di SEJARAH JIHAD 4
Yahudi Khaybar berhasil dikalahkan oleh pasukan Muhammad. Ketika orang2 Yahudi berhasil ditawan, Muhammad menanyakan mengenai harta yang dibawa Kinana, suami Safiyah tersebut;
Ibn Ishaq “Sirat Rasulallah”, p 515
“Ketika dia (nabi) menanyakannya (Kinana) tentang harta lainnya, Kinana menolak mengungkapkannya, maka nabi memberi perintah kepada al-Zubayr Al-Awwam, "Siksa dia hingga kamu dapat apa yang dia punya." Lalu dia menyalakan api dengan batu keras dan baja di dadanya hingga dia hampir mati. Lalu sang nabi menyerahkannya kepada Maslama dan dia penggal kepalanya, sebagai balas dendam bagi saudara lelakinya Mahmud.”
Bukhari juga menyajikan riwayat menarik mengenai penyerangan Khaibar ini;
Sahih Bukhari 8 no 367
Dikisahkan oleh 'Abdul 'Aziz: Anas berkata, 'Ketika Rasul Allah menyerang Khaibar, kami melakukan sembahyang subuh ketika hari masih gelap. Sang Nabi berjalan menunggang kuda dan Abu Talha berjalan menunggang kuda pula dan aku menunggang kuda di belakang Abu Talha. Sang Nabi melewati jalan ke Khaibar dengan cepat dan lututku menyentuh paha sang Nabi. Dia lalu menyingkapkan pahanya dan kulihat warna putih di pahanya. Ketika dia memasuki kota, dia berkata, “Allahu Akbar! Khaibar telah hancur. Ketika kita mendekati suatu negara maka kemalangan menjadi pagi hari bagi mereka yang telah diperingatkan.” Dia mengulangi kalimat ini tiga kali. Orang2 ke luar untuk bekerja dan beberapa berkata, ‘Muhammad (telah datang)’ (Beberapa kawan kami berkata, “Dengan tentaranya.”) Kami menaklukkan Khaibar, menangkap para tawanan, dan harta benda rampasan dikumpulkan. Dihya datang dan berkata, ‘O Nabi Allah! Berikan aku seorang budak wanita dari para tawanan.’ Sang Nabi berkata, ‘Pergilah dan ambil budak mana saja.’ Dia mengambil Safiya bint Huyai. Seorang datang pada sang Nabi dan berkata, ‘O Rasul Allah! Kauberikan Safiya bint Huyai pada Dihya dan dia adalah yang tercantik dari suku2 Quraiza dan An-Nadir dan dia layak bagimu seorang.’ Maka sang Nabi berkata,’Bawa dia (Dihya) beserta Safiya.’ Lalu Dihya datang bersama Safiya dan ketika sang Nabi melihatnya (Safiya), dia berkata pada Dihya,’Ambil budak wanita mana saja lainnya dari para tawanan.’ Anas menambahkan: sang Nabi lalu membebaskannya dan mengawininya.” Thabit bertanya pada Anas,”O Abu Hamza! Apa yang dibayar sang Nabi sebagai maharnya?” Dia menjawab, “Dirinya sendiri adalah maharnya karena dia telah membebaskannya (dari status budak) dan lalu mengawininya.” Anas menambahkan, “Di perjalanan, Um Sulaim mendandaninya untuk (upacara) pernikahan dan malam ini Um Sulaim mengantar Safiya sebagai pengantin sang Nabi.
Di Tabaqat Ibn Saad dikisahkan bahwa Abu Ayyub al-Ansari menjaga tenda sang nabi semalaman selama Muhammad menggauli Safiyah. Ketika fajar tiba, nabi melihat Abu Ayyub terus berjaga2. Nabi bertanya alasannya dan ia menjawab, ”Saya khawatir tentang perbuatan wanita ini terhadapmu. Anda telah membunuh suami, ayah dan banyak kerabatnya dan sampai saat ini ia masih kafir. Saya sangat menghawatirkan pembalasan darinya.”
Keesokan harinya baru dilaksanakan jamuan makan atas kemenangan pasukan Muhammad tersebut, pada jamuan inilah Muhammad di racun oleh wanita Yahudi dan tewas 3 tahun kemudian.
Masih menjadi perbedaan antar para ulama mengenai status Safiyah, apakah ia adalah milk al nikah (dinikahi) atau sebatas milk al yamin (budak seks) Muhammad saja.
Dibagian lain di Kitab Tabaqat Ibn Sa”ad tertulis bahwa Safiyah memang sudah mencintai Muhammad sebelum Muhammad memenggal ayah, suami, juga saudara-saudaranya, apakah ini logis? Seorang gadis Yahudi 17 tahun mencintai seorang kakek Arab berusia 59 tahun yang telah membunuh ayah dan suaminya? Ibn Saad menceritakan kisah tersebut;
"Ketika Safiyah menikah, ia sangat muda, berumur 17 tahun, dan sangat cantik. Bukan hanya ia sangat mencintai Muhammad, iapun sangat menghormati kenabiannya karena sebelum menikah, ia telah mendengar pembicaraan ayah dan pamannya tentang Muhammad ketika ia baru saja mengungsi ke Medinah. Salah seorang berkata, ”Bagaimana pendapatmu tentang Muhammad?”, jawabnya, ”Ia adalah benar seorang nabi yang telah diramalkan oleh kitab kita”, lalu yang lain berkata, ”Lalu apa yang harus dilakukan?” jawabannya adalah “Kita harus menentangnya sekuat tenaga." “Safiyah kemudian sadar akan kebenaran nabi. Dengan suka rela ia merawat, menyediakan kebutuhan dan menyenangkan nabi dengan berbagai cara. Hal ini jelas terlihat pada saat kedatangannya kehadapan nabi saat jatuhnya Khaibar.”
Benarkah Syafiah secara suka rela menyerahkan dirinya kepada Muhammad? Bukankah itu bertentangan dengan kisah yang diceritakan pada Sahih Bukhari? Bukankah Safiyah adalah tawanan, yang ingin diperkosa Dihya, kemudian Muhammad merebutnya karena Syafiah sangat2 cantik. Dimana sukarelanya?
Muhammad bukan hanya figur sejarah. Sebelum menjadi presiden Amerika, Washington mungkin meniduri budaknya. Pada jaman tersebut mungkin tindakan itu dianggap biasa, namun tidak ada orang yang mengatakan bahwa tindakan Washington ataupun Muhammad yang meniduri budak merupakan contoh yang harus diikuti UNTUK SEGALA JAMAN DAN UNTUK SEMUA BANGSA !
https://en.wikipedia.org/wiki/Invasion_of_Banu_Qurayza
Bani Nadir adalah salah satu suku Yahudi yang diusir paksa oleh sang Nabi untuk meninggalkan tanah dan rumah mereka di Medinah. Sisa Bani Nadir dan keluarga Huyay ibn Akhtab, termasuk Safiyah melarikan diri ke tempat Bani Qurayza di Khaybar. Di Khaybar inilah Safiyah menikah dengan seorang pemuda Yahudi bernama Kinana al-Rabi, bendahara Bani Nadir. Kisah penyerangan Khaybar ini ini dilaporkan oleh Tabari secara rinci. Hal ini juga dapat ditemukan di Sirat Ibn Ishaq, juga di Kitab Tabaqat oleh Ibn Sa'ad.
Kisahnya penyerangan ini dapat dibaca secara lengkap di SEJARAH JIHAD 4
Yahudi Khaybar berhasil dikalahkan oleh pasukan Muhammad. Ketika orang2 Yahudi berhasil ditawan, Muhammad menanyakan mengenai harta yang dibawa Kinana, suami Safiyah tersebut;
Ibn Ishaq “Sirat Rasulallah”, p 515
“Ketika dia (nabi) menanyakannya (Kinana) tentang harta lainnya, Kinana menolak mengungkapkannya, maka nabi memberi perintah kepada al-Zubayr Al-Awwam, "Siksa dia hingga kamu dapat apa yang dia punya." Lalu dia menyalakan api dengan batu keras dan baja di dadanya hingga dia hampir mati. Lalu sang nabi menyerahkannya kepada Maslama dan dia penggal kepalanya, sebagai balas dendam bagi saudara lelakinya Mahmud.”
Bukhari juga menyajikan riwayat menarik mengenai penyerangan Khaibar ini;
Sahih Bukhari 8 no 367
Dikisahkan oleh 'Abdul 'Aziz: Anas berkata, 'Ketika Rasul Allah menyerang Khaibar, kami melakukan sembahyang subuh ketika hari masih gelap. Sang Nabi berjalan menunggang kuda dan Abu Talha berjalan menunggang kuda pula dan aku menunggang kuda di belakang Abu Talha. Sang Nabi melewati jalan ke Khaibar dengan cepat dan lututku menyentuh paha sang Nabi. Dia lalu menyingkapkan pahanya dan kulihat warna putih di pahanya. Ketika dia memasuki kota, dia berkata, “Allahu Akbar! Khaibar telah hancur. Ketika kita mendekati suatu negara maka kemalangan menjadi pagi hari bagi mereka yang telah diperingatkan.” Dia mengulangi kalimat ini tiga kali. Orang2 ke luar untuk bekerja dan beberapa berkata, ‘Muhammad (telah datang)’ (Beberapa kawan kami berkata, “Dengan tentaranya.”) Kami menaklukkan Khaibar, menangkap para tawanan, dan harta benda rampasan dikumpulkan. Dihya datang dan berkata, ‘O Nabi Allah! Berikan aku seorang budak wanita dari para tawanan.’ Sang Nabi berkata, ‘Pergilah dan ambil budak mana saja.’ Dia mengambil Safiya bint Huyai. Seorang datang pada sang Nabi dan berkata, ‘O Rasul Allah! Kauberikan Safiya bint Huyai pada Dihya dan dia adalah yang tercantik dari suku2 Quraiza dan An-Nadir dan dia layak bagimu seorang.’ Maka sang Nabi berkata,’Bawa dia (Dihya) beserta Safiya.’ Lalu Dihya datang bersama Safiya dan ketika sang Nabi melihatnya (Safiya), dia berkata pada Dihya,’Ambil budak wanita mana saja lainnya dari para tawanan.’ Anas menambahkan: sang Nabi lalu membebaskannya dan mengawininya.” Thabit bertanya pada Anas,”O Abu Hamza! Apa yang dibayar sang Nabi sebagai maharnya?” Dia menjawab, “Dirinya sendiri adalah maharnya karena dia telah membebaskannya (dari status budak) dan lalu mengawininya.” Anas menambahkan, “Di perjalanan, Um Sulaim mendandaninya untuk (upacara) pernikahan dan malam ini Um Sulaim mengantar Safiya sebagai pengantin sang Nabi.
Di Tabaqat Ibn Saad dikisahkan bahwa Abu Ayyub al-Ansari menjaga tenda sang nabi semalaman selama Muhammad menggauli Safiyah. Ketika fajar tiba, nabi melihat Abu Ayyub terus berjaga2. Nabi bertanya alasannya dan ia menjawab, ”Saya khawatir tentang perbuatan wanita ini terhadapmu. Anda telah membunuh suami, ayah dan banyak kerabatnya dan sampai saat ini ia masih kafir. Saya sangat menghawatirkan pembalasan darinya.”
Keesokan harinya baru dilaksanakan jamuan makan atas kemenangan pasukan Muhammad tersebut, pada jamuan inilah Muhammad di racun oleh wanita Yahudi dan tewas 3 tahun kemudian.
Masih menjadi perbedaan antar para ulama mengenai status Safiyah, apakah ia adalah milk al nikah (dinikahi) atau sebatas milk al yamin (budak seks) Muhammad saja.
Dibagian lain di Kitab Tabaqat Ibn Sa”ad tertulis bahwa Safiyah memang sudah mencintai Muhammad sebelum Muhammad memenggal ayah, suami, juga saudara-saudaranya, apakah ini logis? Seorang gadis Yahudi 17 tahun mencintai seorang kakek Arab berusia 59 tahun yang telah membunuh ayah dan suaminya? Ibn Saad menceritakan kisah tersebut;
"Ketika Safiyah menikah, ia sangat muda, berumur 17 tahun, dan sangat cantik. Bukan hanya ia sangat mencintai Muhammad, iapun sangat menghormati kenabiannya karena sebelum menikah, ia telah mendengar pembicaraan ayah dan pamannya tentang Muhammad ketika ia baru saja mengungsi ke Medinah. Salah seorang berkata, ”Bagaimana pendapatmu tentang Muhammad?”, jawabnya, ”Ia adalah benar seorang nabi yang telah diramalkan oleh kitab kita”, lalu yang lain berkata, ”Lalu apa yang harus dilakukan?” jawabannya adalah “Kita harus menentangnya sekuat tenaga." “Safiyah kemudian sadar akan kebenaran nabi. Dengan suka rela ia merawat, menyediakan kebutuhan dan menyenangkan nabi dengan berbagai cara. Hal ini jelas terlihat pada saat kedatangannya kehadapan nabi saat jatuhnya Khaibar.”
Benarkah Syafiah secara suka rela menyerahkan dirinya kepada Muhammad? Bukankah itu bertentangan dengan kisah yang diceritakan pada Sahih Bukhari? Bukankah Safiyah adalah tawanan, yang ingin diperkosa Dihya, kemudian Muhammad merebutnya karena Syafiah sangat2 cantik. Dimana sukarelanya?
Muhammad bukan hanya figur sejarah. Sebelum menjadi presiden Amerika, Washington mungkin meniduri budaknya. Pada jaman tersebut mungkin tindakan itu dianggap biasa, namun tidak ada orang yang mengatakan bahwa tindakan Washington ataupun Muhammad yang meniduri budak merupakan contoh yang harus diikuti UNTUK SEGALA JAMAN DAN UNTUK SEMUA BANGSA !