MASA KECIL MUHAMMAD ~ FORUM MURTADIN INDONESIA

MASA KECIL MUHAMMAD

Banyak ulama dan ahli sejarah yang berbeda pendapat mengenai tanggal kelahiran Muhammad. Beberapa berpendapat Muhammad dilahirkan pada hari Senin, 12 Rabi'ul Awwal 52 tahun sebelum hijriah, atau menurut Wikipedia adalah 20 April 570 Masehi. Muhammad lahir dari seorang janda muda bernama Aminah, ayahnya Abdullah, wafat enam bulan sebelum kelahiran Muhammad tersebut. Saat wafat, Abdullah diketahui mempunyai lima ekor onta, beberapa ekor kambing dan seorang budak wanita beragama Nasrani asal Habasyah bernama Barakat. Jadi sewaktu dilahirkan Muhammad adalah seorang yatim.

Beberapa wanita kaya Arab kadangkala menyewa wanita2 lain untuk menyusui bayi2 mereka. Hal ini memungkinkan wanita kaya itu untuk tidak menyusui dan bisa punya anak lagi dengan cepat. Lebih banyak anak berarti lebih tinggi status sosialnya. Tapi bukan ini yang terjadi pada Aminah, yang hanya punya satu anak untuk diurus. Juga kebiasaan ini tidak terlalu sering dilakukan. Lihat misalnya Khadijah, istri pertama Muhammad, yang merupakan wanita terkaya di Mekah. Dia punya tiga anak dari perkawinan sebelumnya dan enam anak dari perkawinannya dengan Muhammad, dan dia merawat mereka semua seorang diri.

Mengapa Aminah menyerahkan anak satu2nya untuk dibesarkan orang lain? Hanya ada sedikit keterangan bagi kita untuk mengerti tentang ibu Muhammad dan keputusan yang diambilnya. Keterangan menarik yang menunjukkan keadaan psikologi Aminah dan hubungannya dengan bayinya adalah Aminah tidak menyusui Muhammad. Sehingga melihat penderitaan anak tersebut, Thuwaibah, budak wanita dari anak pamannya Abu Lahab (orang yang sama yang dikutuki Muhammad dalam Al Quran Sura 111), mengambil tanggung jawab untuk menyusuinya selama beberapa hari (Adil Salahi “Muhammad: Man and Prophet”, hal 23) sampai akhirnya ia dipelihara oleh ibu asuh bernama Halimah. Tidak ada keterangan mengapa Aminah tidak menyusui anaknya. Yang bisa kita lakukan adalah menduga. Apakah dia mengalami tekanan batin karena menjanda di usia mudanya? Apakah dia pikir anaknya merupakan halangan baginya untuk menikah lagi?

Muhammad tumbuh diantara orang2 asing. Sewaktu dia beranjak besar, dia sadar bahwa dirinya bukanlah anggota keluarga yang mengurusnya. Dia semestinya heran mengapa ibunya, yang hanya mengunjunginya dua kali setahun. Halimah adalah wanita yang menyusui Muhammad. Enam puluh tahun berikutnya terungkap bahwa awalnya Halimah tidak mau mengurus Muhammad karena dia anak yatim dari janda miskin. Tapi akhirnya Halimah mau mengurus Muhammad karena dia tidak mendapatkan anak dari keluarga kaya, dan keluarganya sendiri sangat butuh uang meskipun sedikit sekalipun. Apakah ini berdampak pada cara Halimah mengurus bayi itu? Apakah Muhammad merasa tidak dikasihi di keluarga angkatnya selama tahun2 awal penting yang menentukan sifat seseorang?

Halimah melaporkan bahwa Muhammad adalah anak yang penyendiri. Dia suka hidup dalam dunia khayalannya sendiri. Apakah ini reaksi dari anak yang tidak dikasihi di dunia nyata sehingga dia menciptakan khayalannya sendiri untuk menghibur dirinya dan merasa dikasihi. Muhammad kecil bercerita bahwa dadanya pernah dibelah oleh dua orang untuk menyucikan hatinya;

“Ketika aku sedang berada di belakang rumah bersama saudaraku (saudara angkat) menggembalakan anak kambing, tiba-tiba aku didatangi dua orang lelaki, mereka mengenakan baju putih dengan membawa baskom yang terbuat dari emas penuh dengan es. Kedua orang itu menangkapku, lalu membedah perutku. Keduanya mengeluarkan hatiku dan membedahnya, lalu mereka mengeluarkan gumpalan hitam darinya dan membuangnya. Kemudian keduanya membersihkan dan menyucikan hatiku dengan air itu sampai bersih” Shahih As Sirah An Nabawiyah karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, hlm. 16

Kesehatan mental Muhammad ini mengkhawatirkan ibu asuhnya, jika peristiwa Muhammad dibedah kemudian dicuci organ hatinya ini nyata, tentu Halimah akan takjub dan percaya akan cerita Muhammad tersebut, namun yang terjadi justru sebaliknya. Halimah menceritakan pada Aminah kelakuan dan khayalan Muhammad yang aneh.

Ibn Ishaq mencatat kata2 Halimah:
Ayahnya (ayah dari anak laki Halimah satu2nya) berkata kepadaku, “Aku takut anak ini kejang-kejang lagi, maka bawalah dia kembali ke keluarganya sebelum terjadi akibat buruk”… Dia (ibu Muhammad) menanyakan padaku apa yang terjadi dan terus mendesakku sampai aku menceritakan padanya. Ketika dia bertanya apakah aku takut anaknya (Muhammad) kerasukan setan, maka kujawab iya. (Ibn Ishaq, Sirat Rasul Allah, p 72)

Muhammad akhirnya dikembalikan kepada ibunya, dan hidup bersama, tapi ini tidak berlangsung lama. Setahun kemudian Aminah meninggal. Muhammad tidak banyak bicara tentang ibunya. Ketika Muhammad menaklukkan Mekah, lima puluh tahun setelah kematian ibunya, dia mengunjungi kuburan ibunya di Abwa yang terletak diantara Mekah dan Medinah.

Ini adalah kuburan ibuku; Tuhan mengijinkanku untuk melawatnya. Aku ingin berdoa baginya, tapi tidak dikabulkan. Maka aku memanggil ibu untuk mengenangnya dan ingatan lembut tentang dirinya menyelubungiku, dan aku menangis. (Ibn Sa'd, Tabaqat, p. 21)

Mengapa Tuhan tidak mengabulkan Muhammad berdoa bagi ibunya? Apakah seorang kafir tidak layak untuk didoakan? Muhammad mungkin mengingat ibunyanya sebagai wanita yang dingin dan tidak sayang anak, sehingga Muhammad tidak menyukainya dan mengalami luka bathin yang tidak pernah sembuh. Al Quran sendiri tidak menyebut sama sekali mengenai ibu Muhammad, berbanding terbalik dengan Maryam, ibu Isa, yang namanya dipakai sebagai salah satu nama sura Al Quran.

Muhammad kemudian hidup bersama kakeknya Abdul Muttalib, selama dua tahun. Abdul Muttalib adalah seorang kuncen, penjaga Kabah. Dari kakeknya Muhammad kecil belajar tradisi dan ritual penyembahan dewa dewi di kuil Kabah. Sang kakek yang telah ditinggal mati putranya, sangat memanjakan Muhammad. Ibn Sa’d menulis bahwa Abdul Muttalib sangat memperhatikan Muhammad lebih dari putra2nya sendiri.

Muir dalam Biography of Muhammad menulis: “Anak itu dirawat dengan penuh kasih sayang olehnya. Sebuah karpet biasa dibentang di bawah bayang2 Kabah, dan di situ orang tua (kakek Muhammad) itu berbaring terlindung dari terik matahari. Di sekitar karpet, dengan jarak yang tidak jauh, duduklah putra2nya. Muhammad kecil berlari mendekat pada kakeknya dan mengambil karpet tersebut. Putra2nya hendak mengusirnya pergi, tapi Abdul Muttalib mencegahnya dan berkata: “Jangan larang putra kecilku.” Dia lalu mengelus punggungnya karena merasa girang melihat tingkah lakunya yang kekanakan. Anak laki-laki ini masih diurus ibu asuhnya yang bernama Barakat, tapi Muhammad selalu lari darinya dan pergi ke tempat tinggal kakeknya, bahkan jika dia sedang sendirian dan tidur.

Nasib sekali lagi tidak berpihak pada Muhammad. Hanya dua tahun setelah dia hidup bersama kakeknya, sang kakek meninggal dunia di usia delapan puluh dua tahun dan Muhammad lalu diasuh oleh pamannya Abu Talib. Muhammad merasa sedih karena kehilangan kakek yang mengasihinya. Ketika dia berada di penguburan jenazah di Hajun, dia menangis. Bertahun-tahun kemudian dia masih mengenang kakeknya itu.

Abu Talib mengasuh Muhammad dengan penuh kasih pula. “Kasih sayangnya pada Muhammad sama besarnya seperti kasih sayang Abdul Muttalib padanya,” tulis Muir. “Dia mengijinkannya tidur di atas ranjangnya, makan di sisinya, dan pergi bersamanya ke luar negeri. Dia terus memperlakukan Muhammad dengan lembut sampai Muhammad dewasa.” Ibn Sa’d mengutip Waqidi yang mengisahkan bahwa Abu Talib, meskipun tidak kaya, mengasuh Muhammad dan mencintainya lebih dari anak sendiri.

Karena kehilangan orang2 yang dikasihinya secara berturut-turut di masa kecilnya, Muhammad takut ditinggalkan dan kejadian ini tentunya berdampak emosi kuat. Hal ini tampak jelas dalam kejadian di waktu dia berusia 12 tahun. Suatu hari, Abu Talib hendak pergi ke Syria untuk berdagang. Dia tidak membawa Muhammad pergi. “Tapi ketika kafilah sudah siap berangkat, dan Abu Talib siap menaiki untanya, keponakannya yang tidak mau ditinggal lama memeluknya erat2. Abu Talib terharu dan membawa dia pergi bersamanya.”

Jalan ke Syria saat itu adalah melalui daerah2 yang kaya dongeng dan tradisi, yang menjadi kesukaan pedagang pedagang Arab. Luas dan sunyinya gurun pasir yang sering dilalui, juga tanah gersang yang melahirkan banyak khayalan2 gaib tentang penghuni2 gurun yang berupa Jin yang baik dan jahat, dan dibumbui dengan kisah2 yang memikat, dicampur dengan kejadian2 yang menakjubkan tapi diragukan kebenarannya, dan mereka percaya benar2 itu semua terjadi di masa lalu.

Selama perjalanan, Muhammad muda tidak diragukan lagi melahap semua cerita2 gaib dan legenda tersebut, seperti Ashabul Kahfi (Seven Sleepers), matahari tenggelam dalam lumpur, dsb. Ingatannya yang kuat menanam cerita itu dalam2, yang dikemudian hari akan memainkan peran yang sangat kuat dalam pikiran2 dan imajinasi2nya yang ia tuangkan dalam Al Quran. Para penulis Muslim menceritakan banyak keadaan2 menakjubkan yang telah disaksikan Muhammad selama perjalanan hidupnya. Kata mereka, dia melayang dibantu malaikat yang tidak terlihat yang melindungi dia dari panasnya pasir gurun dan panasnya sinar matahari dengan sayap2 mereka.

Dalam kejadian lain, dia dilindungi oleh awan, yang melayang diatas kepalanya selama panas siang hari. Kejadian lain lagi, katanya pohon yang layu tiba2 mengembangkan daun2nya dan mekar untuk menyediakan payung bagi Muhammad yang sedang menderita kepanasan. Semua keajaiban ini tidak didasarkan pada bukti2 dan saksi mata; malah kebanyakan adalah pernyataan Muhammad sendiri atau diciptakan setelah kematiannya oleh para pemujanya yang harus dipercayai muslim tanpa banyak tanya.

Selama perjalanannya, Muhammad mengaku bertemu sejumlah pertapa2 Kristen. Syria pada masa itu, sekitar abad 5 dan 6 merupakan daerah dimana agama Nasrani sedang berkembang dengan pesat, dengan banyaknya pendeta Nasrani yang berdakwah kepada penganut polytheisme. Pendeta Bahira yang terkenal adalah salah satu diantaranya. Dalam percakapannya dengan Muhammad, Bahira kaget dengan tingkat intelektualitasnya dan terpukau akan hasrat besarnya untuk mendapatkan segala macam informasi. Sang pendeta menentang penyembahan berhala, sebuah praktek dimana Muhammad muda dibesarkan. Kristen Sekterian yang merupakan aliran yang dianut rahib Bahira ini, juga melarang pemujaan akan gambar2. Hal itu dilarang bahkan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dan tentu saja, mereka juga keberatan dengan penggunaan salib, sebuah lambang Kristen yang umum dipakai didunia ini.

Para penulis Muslim menekankan bahwa Bahira tertarik akan Muhammad muda karena melihat tanda kenabian pada bahunya. Penglihatan ini, meyakinkan sang pendeta bahwa inilah nabi yang sama yang kedatangannya telah dituliskan dalam kitab2 Kristen. Diragukan apa pertemuan ini benar2 terjadi. Kalaupun iya, sang pendeta pastilah mencoba mendorong kepentingan dan agendanya sendiri, karena ia mempunyai misi untuk menyebarkan agamanya sendiri dan ia tertarik akan kepintaran dan rasa ingin tahu Muhammad, dan berusaha menarik Muhammad kedalam agamanya ini. Dia tidak perlu melihat benjolan besar (yang katanya tanda nabi menurut kitab Kristen) dipunggung Muhammad untuk yakin akan kemampuan anak tersebut.

Bersama pamannya Abu Talib, Muhammad kembali ke Mekah, pikirannya penuh dengan dongeng2 dan kisah2 agama yang dia dapat sepanjang perjalanan. Dia sangat terkesan dengan doktrin2 yg diajarkan oleh pendeta Bahira dari biara Nestorian, yang dikemudian hari akan sangat menolongnya dalam pembentukan pemikiran dan doktrin2 agamanya sendiri.

Dimasa remajanya Muhammad mendapat pekerjaan untuk membawa kambing ke padang rumput. Dia lalu harus menghabiskan waktu sendirian, bagian terbesar dari harinya dihabiskan dipadang gersang diluar Mekah. Membiarkan kambing menjelajahi padang mencari rumput2 diantara bebatuan, kita dapat membayangkan bagaimana seorang muda, sensitif dan pintar seperti Muhammad, harus menghabiskan waktu seperti itu.

Tidak banyak informasi mengenai agama awal Muhammad. Dalam beberapa kisah diceritakan bahwa kakek Muhammad adalah seorang hanif (monotheisme Ibrahim), namun dikisah lain diceritakan sang kakek memohon perimbangan dewa hubal untuk menyembelih anaknya kepada Allah. Sedangkan sang paman Abu Talib adalah seorang penyembah berhala.

‘Kami diberitahu bahwa Rasul Allah pernah menyinggung hal tentang al-‘Uzza dan katanya, “Aku telah mempersembahkan domba putih kepada al-‘Uzza, ketika aku masih menjadi pengikut agama masyarakatku.” (Hisham ibn al-Kalbi, Kitab al-Asnam, p.17)

Bukhari juga mencatat bahwa Muhammad muda memakan daging yang dipersembahkan pada berhala Mekah, hal yang dilarang dalam kepercayaan monotheisme seperti Yahudi dan Hanif. (Sahih Bukhari, 67:407, 58:169). Hal ini menunjukkan pada mulanya Muhammad adalah penyembah berhala.

Dimasa muda Muhammad, terdapat beberapa orang yang telah menentang budaya berhala yang ada di Mekah, dan berdakwah tentang tauhid atau monotheisme. Salah satunya adalah, Zayd bin Amr. Ia adalah seorang penyembah berhala kemudian murtad menjadi seorang hanif (sikap condong kepada tauhid). Zayd dengan keras menentang polytheisme, karenanya ia kemudian diasingkan oleh orang2 Mekah. Selama masa pengasingan ini, ia sering bertemu Muhammad didekat Gua Hira. Zayd belajar agama hingga ke Syria. Dikemudian hari Muhammad bercerita tentang Zaid ini; “Aku telah melihat dia di surga menggambar baju2nya.” Perkataan ini membuktikan bahwa ia begitu terkesan terhadap ajaran monotheisme yang diajarkan oleh Zaid tersebut. (Ibn Sa'd, vol.i, p.185)

Ibnu Ishaq juga menceritakan mengenai tiga orang hanif lain di Mekah sebelum Muhammad, yaitu Waraqah bin Naufal, Ubaidillah bin Jahsy, dan Ustman bin Huwairits. Mereka kemudian berpencar ke segala penjuru negeri untuk mencari agama hanif yang benar. Adapun Waraqah bin Naufal akhirnya memeluk agama Nasrani, sementara Ubaidillah bin Jahsy dan Utsman bin Huwairits masih melanjutkan pencarian terhadap agama yang benar itu, hingga akhirnya datanglah Islam. (Ubaidillah bin Jahsy pun beriman dan masuk Islam, namun akhir murtad dan memilih Nasrani dan tinggal di Abyssinia. Sedangkan Utsman lebih memilih menjadi Nasrani dan tinggal di Romawi.)

Tahun2 berlalu. Muhammad muda tetap saja suka menyendiri dan lebih memilih hidup di dunianya sendiri, bahkan jauh dari orang2 yang dikenalnya. Bukhari menulis bahwa Muhammad “lebih pemalu daripada perawan wanita bercadar.” Dia tetap saja begitu seumur hidupnya, tidak percaya diri dan pemalu.
.

..


 BERIKAN KOMENTAR
 ANDA PADA KOTAK
 DI BAWAH INI :



Use avatars to show off your personality and favorite things.


 Untuk DISKUSI atau
 DEBAT
, silahkan klik
 link dibawah ini:

FORUM DISKUSI DAN DEBAT ISLAM
.