MUHAMMADISME ~ FORUM MURTADIN INDONESIA

MUHAMMADISME

Orang2 pada umumnya cenderung memihak pada sebuah sistem kepercayaan yang punya banyak pengikut. Bukanlah rahasia bahwa agama bisa membuat buta dan orang beragama tidak mampu melihat sedikitpun kesalahan dalam agamanya. Inilah alasan mengapa Muslimin menganggap dirinya sanggup melihat kesesatan pada aliran Lia Eden, tanpa mampu melihat absurditas dalam kepercayaan mereka sendiri. Para muslim percaya bahwa jumlah besar dari Islam membuatnya pantas dianggap sebagai sebuah agama. Tapi apakah Islam benar2 sebuah agama? Bukan sebuah aliran yang sesat?

Pernyataan bahwa Islam pasti agama yang benar karena bertahan selama 1400 tahun adalah argumen favorit kaum Muslim apologis. Argumen ini dalam bahasa Arab disebut “Taghrir” dan dalam bahasa Inggris / Latin dikenal sebagai “argumentum ad antiquitatem”.

Argumentum ad antiquitatem, adalah sangkaan bahwa sesuatu pasti baik karena berusia tua, atau karena "dari sononya memang begitu / that's the way it's always been."

Kenyataannya, banyak teori bertahan selama ribuan tahun dan ternyata terbukti salah.

Salah satu teori ini adalah teori geosentrisitas. Sebelum munculnya Galileo, mayoritas manusia percaya bahwa bumi adalah pusat alam semesta. Kepercayaan ini sudah ada dari jaman baheula. Matahari, Bulan dan seluruh alam semesta dipercaya memutari Bumi dan jarang ada orang yang menantang konsep ini. Namun terlepas dari awetnya teori ini, ternyata terbukti salah juga.

Islam adalah agama yang sangat absolut dan menuntut kemutlakan kepercayaan terhadap para pengikutnya, begitu ‘murninya’ sampai tidak memperbolehkan sedikitpun ruang bertanya atau keraguan tentang dogmanya. Di Islam tidak ada kritisi dari dalam yang mempertanyakan kebenaran yang telah ditetapkan oleh sang nabi.

Muslimin begitu mencintai Muhammad sampai mereka mengikuti caranya berpakaian, berbahasa, hingga sampai ke tata cara makanpun diikuti. Ini bukanlah tanda kebesaran Muhammad tetapi tanda fanatisme dan buta agama dari para pengikutnya. Pengikut semua "aliran kepercayaan" mengagung-agungkan pemimpin mereka sebagai manusia sempurna. Para pengikut Kenisah Rakyat (1970) begitu menuhankan Jim Jones, semua pengikutnya adalah orang yang terpelajar, namun otak mereka mati karena terdoktrinisasi oleh tipu daya Jones. Di Indonesia yang terhangat adalah kasus Lia Eden, para pengikutnya menganggap pemimpinannya sebagai titisan malaikat. Ini bukan petunjuk hebatnya pemimpin mereka. Manusia memerlukan obyek pujaan. Biasanya pada saat wafatnya seorang pemimpin, ia diberi status mythologis yang lebih tinggi dibandingkan semasa hidupnya. Inilah saatnya kelemahan dan keburukan sang pemimpin sebagai manusia disembunyikan dari mata pemujanya.

Hal inilah yang memang diinginkan oleh seorang narsisme seperti Muhammad, keinginan untuk menutup segala kritik atas dirinya. Islam pada dasarnya adalah Muhammadisme, dengan mempelajari watak dan perbuatan Muhammad kita akan mengerti seperti apa Islam sesungguhnya.

The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (Buku petunjuk Statistik dan Diagnosa dari Penyakit Jiwa) memberi definisi dari narcissistic personality disorder (Penyakit kepribadian Narsisistik) sebagai “sebuah pola penyebaran perasaan hebat (dalam khayalan atau tingkah laku), kebutuhan untuk dikagumi atau dipuja-puja dan kurangnya empati, biasanya dimulai dari awal masa dewasa dan ada dalam konteks bermacam2.” (reference 80, p. 61)
Seorang narsisistik secara obsesif mencari-cari kepuasan untuk dicintai, dikagumi atau dipuja-puja, cenderung melebih-lebihkan kemampuan dan mereka adalah pembohong yang alami dan patologis. Coba kita lihat ayat dibawah ini;

“Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkanNya, membesarkan-Nya. Dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (QS 48.9)

Dihampir semua ayat2 Quran, Muhammad selalu meletakkan namanya (rasulnya) dibelakang kata Allah. Mungkinkah Allah membutuhkan penguatan dari makluk ciptaannya? Muhammadlah sebenarnya yang ingin dikuatkan dan dibesarkan! Seorang narsisis begitu ingin dihormati, ia melarang pengikutnya bersuara lebih keras dari dirinya, jika itu dilakukan maka Allah akan menghapus amal baik mereka.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari. (QS 43:2)

Bahkan Allah dan Malaikatnyalah yang berdoa bagi Muhammad, oleh karenanya ia juga menuntut pengikutnya untuk selalu berdoa baginya.

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS 33.56).

Ia begitu terkesan dengan dirinya sendiri, hingga dia ucapkan kalimat ini;

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” (QS 68.4), “suri teladan yang baik” (QS 33:21), “untuk jadi cahaya yang menerangi.” (QS 33.46). “dan menjadi rahmat bagi semesta alam”. (QS 21:107)

Itulah anggapan seorang narsisis mengenai dirinya. Jika kita mempelajari hadis dan biografi tertua Muhammad yang ditulis Ibn Ishaq, Ibn Sa’d, dan Tabari, semua hal yang dikatakan Muhammad dalam ayat2 tersebut hanyalah kebohongan belaka.

Orang narsisis tahu bahwa mengiklankan diri mereka secara langsung agar dirinya dipuja akan terlihat sebagai hal yang menjijikan dan memalukan. Oleh sebab itu, dia menyajikan diri mereka sebagai orang yang tidak menonjolkan diri, orang yang melayani Tuhan, kemanusiaan atau alasan lain yang mungkin bagi mereka.

Orang narsisis menggunakan sebuah “PESAN” untuk menutupi kebohongannya. Pesan yang begitu besarnya, begitu agung hingga dunia akan rusak tanpa pesan tersebut. Melalui muslihat dan manipulasi, pesan ini menjadi lebih penting daripada nyawa orang2 yang akan menjadi pengikutnya. Begitu dicuci otaknya mereka hingga mereka rela mati dan tentu saja, rela membunuh untuk itu. Orang narsisis mendorong pengorbanan, semakin banyak, semakin baik. Lalu dia munculkan dirinya sebagai pusat dari pesan itu. Itulah cara para narsisis memanipulasi para pengikutnya. Pesan itu hanya sebuah alat untuk tujuan akhir mereka.

Bagi Jim Jones, narsisis yang mengajak 900 orang melakukan bunuh diri masal di Guyana, “keadilan sosial” adalah pesannya, dan dia adalah perantara bagi pesan itu. Dia mengajarkan bahwa dunia akan runtuh tanpa keadilan sosial yang dibawanya tersebut.

Bagi Joseph Stalin pesannya adalah “komunisme”. Siapapun yang tidak setuju dengannya sama dengan menentang proletariat dan harus dibunuh.

Hitler memilih “nasionalisme” sebagai pesannya. Dia tidak secara terbuka memuji-muji dirinya sendiri, tapi dia memakai pesan arianisme dan superioritas bangsa Jerman. Dia, tentu saja, adalah seorang pengilham yang tidak tergantikan dan dia yakin bahwa dia telah melakukan pekerjaan Tuhan. Salah satu pernyataannya menjelaskan ini. Dia tulis:

Sejak saat ini aku percaya bahwa aku bertindak sesuai dengan kehendak Pencipta Maha kuasa: dengan membela diri terhadap orang Yahudi, aku berjuang untuk pekerjaan tuhan. (Adolf Hitler, Mein Kampf, Ralph Mannheim, ed., New York: Mariner Books, 1999, p. 65.)

Hitler mendapatkan kepercayaan dan dukungan jutaan orang Jerman dengan kebohongan besarnya. Ia memang pembicara ulung dan mampu mempengaruhi pendengarnya. Tatkala ia berbicara, suaranya semakin keras dan semakin lantang se-akan2 negara memang dikejar2 musuh. Ia membakar semangat orang Jerman dengan patriotisme. Kepercayaannya bahwa semakin besar kebohongannya, semakin banyak orang yang percaya, ternyata terbukti benar. Jutaan orang Jerman mencintainya dengan sepenuh hati dan menangis histeris saat mendengarkan pidato2nya.

Seandainya Hitler menyatakan dirinya sebagai nabi, jutaan orang Jerman sekarang memeluk agama Hitlerisme dan ini menjadi kalimat “syahadat” mereka: “Tidak ada Tuhan selain Nazisme dan Hitler adalah rasulNya”

Nah, sama seperti orang Jerman diatas, Muslim menyangka bahwa mereka percaya kepada Allah. Kenyataannya Allah hanya kepanjangan ego Muhammad. Allah memang alat untuk memudahkan kepercayaan kepada Muhammad.

Dalam Quran Muhammad tidak meminta para pengikutnya untuk memujanya. Malah dia mengklaim “hanya utusan saja”. Sebagai gantinya dia menuntut kepatuhan, namun dengan cerdik dia meminta para pengikutnya untuk taat pada “Allah dan Rasul-Nya.” Dalam sebuah ayat Quran, dia ucapkan kalimat ini;:
“Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah: "Harta rampasan perang itu kepunyaan Allah dan Rasul, sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman" (Q 8.1)

Mana ada Tuhan yang menginginkan atau memerlukan barang2 duniawi, apalagi hasil perampokan? Muhammad menggunakan “Allah” sebagai pesannya. Akan sungguh memalukan jika dia hanya katakan, “harta rampasan perang itu kepunyaanku”. Oleh karena itu Muhammad selalu meletakkan nama Allah di depan namanya.

Dan karena tidak ada seorangpun yang bisa melihat atau mendengar Allah, semua kepatuhan adalah kepada Muhammad sebagai wakil Allah. Dialah yang harus di taati dan takuti karena hanya dia satu-satunya perantara dari tuhan, yang mana hal tersebut telah dia tanamkan kepada pengikutnya bahwa tuhan harus dihormati dan ditakuti.

Allah bagi Muhammad adalah sebuah alat yang nyaman untuk memanipulasi pengikutnya. Tanpa percaya pada Allah, maukah para pengikutnya mengorbankan nyawa mereka, membunuh orang, termasuk keluarga mereka sendiri, menjarah orang, dan memberikan semuanya pada dia? Melalui Allah, dia bisa mendapat wewenang tak terbatas terhadap para pengikutnya. Dia menjadi tuan atas nyawa mereka. Ironisnya Muhammad berkhotbah tentang larangan mempersekutukan Allah, ketika dalam kenyataannya, dia bersekutu dengan Allah dalam cara yang membuat mereka berdua secara logika dan praktek tidak bisa dipisahkan.

Selain menggunakan pesannya, pemimpin narsisis siap memakai kekerasan untuk membela kebohongannya. Menggunakan kekerasan untuk mendukung sebuah pengakuan disebut Argumentum ad baculum. Ini terjadi ketika seseorang memakai kekerasan atau ancaman kekerasan, untuk memaksa orang lain menerima pendapat/kesimpulannya.

Argumentum ad baculum dapat diterangkan sebagai “yang kuat itu yang benar.”

Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang2 muslim, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka. (QS 9:5)

Dan bunuhlah orang2 muslim di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu. (QS 2:191)

Sesungguhnya binatang yang paling buruk di sisi Allah ialah orang2 muslim, karena mereka itu tidak beriman. (QS 8:55)

Hai orang2 non-muslim, perangilah orang2 muslim yang ada di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang2 non-muslim. (QS 9:123)

Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah para muslim itu di mana saja kamu jumpai mereka. (QS 9:5)

Apabila kamu bertemu dengan orang-orang muslim (di medan perang) maka pancunglah batang leher mereka. (QS 47:4)

Ayat2 diatas adalah ayat2 kekerasaan yang dipakai Muhammad untuk memaksakan kehendaknya. Kekerasan yang ekstrim bisa membuat orang percaya secara ekstrim pula. Orang2 Korea Utara benar-benar memuja pemimpin gila mereka, KIM JUNG IL. Keyakinan ini ditanamkan pada mereka lewat kekerasan ekstrim yang digunakan sang diktator untuk memaksakan kehendaknya dan tidak ada toleransi bagi orang yang berani menentangnya. Ketika nyawamu bergantung pada harus percaya atau tidak, kau mau tidak mau akan percaya pada apapun yang disodorkan. Ini membuktikan Argumentum ad baculum berhasil, begitupun yang dilakukan Muhammad terhadap pengikut dan penentangnya.

Ka’b bin Ashraf adalah salah satu korban Muhammad. Kesalahannya adalah menyusun puisi dan memuji orang2 Mekah atas keberanian mereka menjaga harga diri dari penindasan Islam. Ketika Muhammad mendengar hal ini, dia pergi ke mesjid, dan setelah sembahyang, dia berkata:

“Siapakah yang mau membunuh Ka`b bin al-Ashraf yang telah menyakiti Allâh dan RasulNya?” Berdirilah Maslama dan berkata,”O Rasul Allâh! Maukah kamu agar aku membunuhnya?” Sang Nabi berkata,”Iya”. (Hadis Bukhari 59:369)

Korban lain Muhammad adalah Abu Afak, yang dikabarkan berusia 120 tahun. Dia menulis puisi yang isinya menangisi orang2 yang jadi pengikut Muhammad. Dia menulis bahwa Muhammad adalah orang gila yang dengan sesukanya menetapkan larangan dan perintah kepada orang2, yang mengakibatkan mereka kehilangan akal sehat dan menjadi benci satu sama lain.

Salim Ibn Umayr adalah salah seorang yang paling menentangnya dan dia ikut dalam perang Badar, katanya, “Aku bersumpah akan membunuh Abu Afak atau lebih baik mati di hadapannya. Dia menunggu kesempatan sampai tiba suatu malam yang panas, dan Abu Afak tidur di tempat terbuka. Salim Ibn Umayr mengetahui hal itu, jadi dia meletakkan pedangnya di atas hati Abu Afak dan menekannya sampai menembus tempat tidurnya. Musuh Allâh menjerit dan orang2 pengikutnya cepat2 membawanya ke dalam rumahnya dan menguburnya. (Ibn Sa’d, Tabaqat p 31)

Ketika Asma binti Marwan, seorang wanita yang punya lima anak kecil mendengar hal ini, dia merasa sangat marah dan lalu menulis puisi mengutuk orang2 Medinah yang mengijinkan orang asing (Muhammad) memecah-belah mereka dan membiarkan dia membunuh orang tua tak berdaya. Sekali lagi Muhammad datang ke pengikutnya dan mengeluh:

“Siapa yang mau mengenyahkan anak perempuan Marwan dari hadapanku?” `Umayr bin. `Adiy al-Khatmi yang saat itu berada di situ mendengarnya, dan di malam itu juga dia pergi ke rumah Asma dan membunuhnya. Di pagi hari dia datang menghadap sang Rasul dan memberitahu apa yang diperbuatnya dan Muhammad berkata, “Kau telah menolong Allâh dan Rasulnya, wahai `Umayr!" Ketika dia bertanya apakah dia akan menanggung dosa pembunuhan, sang Rasul berkata, “Dua kambing tidak sudi bertumbukan kepala baginya (Asma).” (The Life of Muhammad , A. Guilaume’s translation of Sirat Rasul Allâh. p. 675-676)
Kisah diatas hanyalah sekelumit dari “kebaikan” Muhammad. Argumentum ad baculum berhasil dengan sukses diterapkan oleh Muhammad.

Para narsisis sangat lihai dalam hal memanipulasi dan menanamkan doktrin pada para pengikutnya. Begitu dicuci otak mereka, hingga mereka rela mati dan tentu saja, rela membunuh untuk itu. Mereka begitu fanatik terhadap keyakinannya. Fanatisme dapat diartikan sebagai antusiasme (kesenangan) yang berlebihan, pengabdian yang tak masuk akal, pemikiran yang liar terhadap sesuatu hal.

Bagaimana sejumlah besar orang2 normal dapat mengikuti ajaran orang sakit jiwa? Hal ini pun terjadi di Jerman. Hitler adalah orang sakit jiwa, tapi jutaan orang Jerman percaya bahwa dia waras. Bagaimana mungkin jutaan orang yang cerdas dan berpendidikan dapat dibodohi dan jadi korban kebohongan orang sakit jiwa? Kita bisa lihat hal ini terjadi berkali-kali dalam sejarah. Para diktator biasanya adalah psikopath, tapi mereka ternyata mampu menimbulkan fanatisme jutaan orang dan membodohi orang2 yang sangat normal dan waras.

Cengkraman kejiwaan dari para narsisis ini terhadap korban2 mereka sungguh mencengangkan. Ketika pengikut Shoko Asahara diperintahkan untuk melepas gas sarin distasiun bawah tanah Tokyo dan membunuh banyak orang tak bersalah, mereka tidak mempertanyakan perintah mengerikan ini. Mereka menutup hati nurani mereka dan menerimanya sebagai pertanda kebijakan yang lebih besar dari guru mereka.

Dr. Ikuo Hayashi adalah dokter terkenal yang menjadi pengikut fanatik Asahara. Dia satu dari lima orang yang diperintahkan untuk menanam gas sarin beracun distasiun bawah tanah Tokyo. Hayashi adalah dokter terlatih dan telah bersumpah untuk menolong jiwa orang. Pada satu saat, sebelum dia melubangi kotak yang berisi cairan maut itu, dia melirik wanita yang duduk didepannya dan sejenak ragu. Dia sadar, apa yang akan dia lakukan akan membunuh wanita itu. Tapi segera dia tutup hati nuraninya dan meyakinkan diri bahwa Asahara lebih tahu, dan tidak benar mempertanyakan kebijaksanaan sang Master.

Omeir adalah seorang anak lelaki umur 16 tahun yang menemani Muhammad dalam salah satu pertempurannya. Muhammad bicara tentang mati syahid dengan penuh pujian hebat kepada anak tersebut, sehingga anak ini terdoktrinisasi. Dia buang kurma2 yang sedang dia makan, dan berkata “Apa ini yang menahanku untuk masuk surga? Sesungguhnya, aku tidak akan mencicipi lagi makanan ini, sampai aku bertemu Allahku!” setelah berkata demikian, dia tarik pedangnya dan berlari kegaris depan, kearah pasukan musuh, segera dia mendapatkan kematian yang sangat dia dambakan itu.

Para pengikut yang fanatik yang telah tercuci otaknya akan sukar disembuhkan. Dr. Ikuo Hayashi, Omeir, Amrozi, dan mungkin sebagian dari kita sendiri adalah contohnya. Bukankah ini menerangkan psikopathologi para pembom bunuh diri ?

'Kalau dijabarkan dengan istilah psykologi, seorang fanatik adalah orang yang secara sadar mematikan keraguan dalam hatinya’ ---Aldous Huxley (1894-1963)

Selama di Mekah, Muhammad adalah orang yang soleh, namun semenjak menjadi penguasa di Medinah, ia selalu menentang dan menghukum mati orang yang berpikiran kritis terhadap dirinya. Muslim dilarang mempertanyakan apapun perbuatan yang dilakukan nabinya. Muhammad mendorong sifat penjilat dan menghukum kebebasan berpikir dan kritik2.

Abdullah Ibn Sa’d Abi Sarh, adalah seorang mualaf yang menjadi pencatat Quran, namun kembali murtad dan meninggalkan Islam setelah mengetahui kebohongan Muhammad. Abi Sarh mengatakan, "Saya biasanya mengarahkan Rasulullah kemanapun saya mau”. Rasulullah mendiktekan kepada saya "Yang Maha Tinggi, Maha Bijaksana", dan saya hanya menuliskan "Maha Bijaksana" saja. Kemudian Rasulullah mengatakan, "Ya, itu semua sama saja". Dalam suatu keadaan tertentu, dia mengatakan, "Tuliskan begini dan begitu", tetapi saya hanya mencatatkan "Menulis" saja, dan Rasulullah berkata, "Tulis apapun yang kamu sukai."

Ketika Abi Sarh menulis perkataan Muhammad, "Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang mengadakan kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: 'Telah diwahyukan kepada saya', Ia tersadar bahwa itu hanya kebohongan belaka, tidak ada wahyu Allah kepada Muhammad, yang ada adalah perkataan Muhammad sendiri. Dan ia semakin yakin karena iapun dapat mengedit Quran sesuai keinginannya. Karena hal tersebut, ia murtad dan meninggalkan Islam.

Pada hari Muhammad menaklukkan Mekah, dia memerintahkan Abi Sarh untuk di bunuh, karena orang ini adalah salah satu yang mengetahui rahasia kebohongannya. Namun Abi Sarh bersembunyi dan meminta perlindungan Utsman. Dengan terpaksa Abi Sarh kemudian masuk Islam lagi demi keselamatan nyawanya. [Tabari, vol. viii, p.179]

Ayat2 yang ditulis Abi Sarh tersebut kini menjadi ayat Quran 6:93;

Dan siapakah yang lebih lalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: "Telah diwahyukan kepada saya", padahal tidak ada diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan orang yang berkata: "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah",… (QS 6:93)

Seribu Empat Ratus Tahun kemudian, jutaan muslim bertingkah laku serupa dengan yang dilakukan ketika jamannya Muhammad. Mereka yang melawan takut untuk bicara, dianggap liberal dan sesat, dan jika mereka beranipun, dibungkam dengan cepat, sementara para penjilat dihormati karena mau memuliakan sang nabi, menutupi kebohongannya dan menceritakan ‘kebaikan2’nya. Bagaimana kebenaran bisa terungkap dalam atmosfir yang demikian represif, yang begitu penuh dengan kemunafikan dan penjilatan?

Ketika kritik2 dibungkam, para penjilat mencoba mengangkat harkat mereka dengan memuliakan sang pemimpin lewat puji2an yang berlebihan. KINI SADDAM DIBENCI OLEH KEBANYAKAN RAKYAT IRAK, TAPI KETIKA IA MASIH BERKUASA, JIKA ANDA BERADA DI IRAK, YANG ANDA DENGAR HANYALAH PUJI2AN BAGINYA. Karena Muhammad dipercaya sebagai nabi, pemerintahan terornya tidak berakhir dengan kematiannya. Mereka yang sungguh2 percaya, akhirnya jatuh pada kebohongannya. Merekapun melanjutkan teror tersebut dan membungkam suara2 kebenaran seperti yang terjadi juga saat ini.

Setelah mereka yang pernah kenal dekat dengan Muhammad meninggal, generasi berikutnya tidak punya pilihan lain, tidak tau lagi mana yang benar dan mana yang salah. Mereka percaya saja akan apa yang semua orang percayai dan kebohongan itu diturunkan dari generasi ke generasi. Setelah kematian Muhammad, para penjilat terus menerus memuji2 dia, memuliakan dia, bahkan menceritakan mukjijat2 yang katanya dilakukan oleh dia, mereka pikir ini akan meningkatkan martabat mereka dan membuat mereka sekaligus Muhammad kelihatan saleh. Banyak sekali mukjijat2 yang katanya dilakukan Muhammad meski dia sendiri mengakui dalam Quran bahwa dia tidak bisa melakukan mukjijat apapun. (QS 29:50)

Jika kau hidup di negara Islam, kau bisa dihukum mati karena berani mengritik Islam, Muhammad, dan sahabat2nya. Jika kau hidup di negara non-Muslim, kau bisa dibunuh meskipun kau sendiri bukan Muslim. Pembuat film dari Belanda yang bernama Theo Van Gogh terlambat menyadari hal ini ketika dia terguling jatuh di atas genangan darahnya setelah ditembak dan ditusuki oleh seorang Muslim. Dosa Van Gogh adalah membantu murtadin Ayan Hirshi Ali membuat film tentang wanita dalam Islam.

Di bulan Juli, 1991, Ettore Caprioli yang adalah penerjemah buku Satanic Verses (Ayat2 Setan oleh Salman Rushdie) ke dalam bahasa Italia, diserang dan terluka berat. Hitoshi Igarishi, profesor sastra dan pengamat budaya Islam yang menerjemahkan buku itu ke dalam bahasa Jepang, dibunuh di Tokyo. William Nygaard, penerjemah buku itu ke dalam bahasa Norwegia, juga ditusuk pisau.

Pesannya sudah jelas yakni melakukan teror sebanyaknya agar tiada seorang pun yang berani menentang Islam atau membongkar kebohongan Islam.

Einstein pernah mengatakan:

Ada 2 hal yang TAK TERBATAS yang saya ketahui, yaitu ALAM SEMESTA dan KEBODOHAN. Mengenai yang pertama, saya masih ragu soal hal itu!

.

..


 BERIKAN KOMENTAR
 ANDA PADA KOTAK
 DI BAWAH INI :



Use avatars to show off your personality and favorite things.


 Untuk DISKUSI atau
 DEBAT
, silahkan klik
 link dibawah ini:

FORUM DISKUSI DAN DEBAT ISLAM
.