MASUKNYA ISLAM KE PERSIA (IRAN)
Melihat pemerintahan oleh para mullah di Iran sekarang, anda akan menyimpulkan bahwa itulah budaya khas Iran. Namun tidak banyak yg tahu bahwa Iran adalah bangsa pertama yang memerangi Jihadis Islam. Tapi Persia (dan Bizantium) tidak siap mengalahkan Muslim Arab, karena memang belum pernah dalam sejarah mereka berpapasan dengan musuh yang berperang dengan begitu membabi buta, membantai penduduk yang tak bersalah, menggunakan wanita sebagai umpan, sambil memaksakan agama mereka terhadap pihak yang kalah.
Sebelum Islam, dunia hanya mengenal tokoh2 penakluk seperti Isklandar Zulkarnaen (Alexander the Great), Cyrus, Julius Caesar, Hannibal atau siapapun, dimana perang dilakukan di medan perang antara 2 pasukan yang saling berlawanan. Menang/kalah ditentukan di medan perang tersebut. Penduduk bebas dari bahaya musuh yang biasanya menuntut tidak lebih dari pajak dan penggantian pemerintahan.
Alexander juga tidak membantai musuh2nya apalagi memaksa mereka memeluk agama Yunani. Tentara Romawipun tidak melakukan ini di Bizantium, begitu juga dengan Persia.
Islam mengubah peraturan perang dan menjadikan penduduk sipil sebagai korban tirani dan tawanan agar musuhnya menyerah, sama dengan metode yang dipakai Jihadis jihadis masa kini.
Muslim Arab tidak hanya ingin merebut tanah, mengganti pemerintahan dan menarik pajak dari bangsa2 yang dijajahnya, tetapi juga memaksakan kepercayaan mereka pada orang Persia dan merubah mental penduduk terjajah menjadi haus darah pula, dan melanjutkan nafsu untuk menyerang bagian2 dunia lainnya.
Mereka yang dikalahkan pedang Jihadis hanya bisa menyelamatkan nyawa mereka dengan menjadi Muslim dan mengubur rasa perikemanusiaan mereka. Begitulah cara ’survival’ para korban Islam.
Pertempuran Namraq dan Kaskar (12 A.H. 634M)
Karena bangsa Persia adalah bangsa tua dan beradab, mereka tidak lagi menggunakan karavan untuk berdagang, sehingga tidak ada lagi karavan2 yang bisa diserang /dirampas / dijarah Muslim, seperti yang mereka lakukan terhadap bangsa Mekah-Medinah.
Jadi Muslim2 Arab mulai menyerang kota2 perbatasan dan mengganggu penduduk disana. Orang2 diperbatasan disepanjang sungai Efrat (Euphrates) akhirnya mengirimkan petisi kepada raja Persia, Yazdjurd (Yazdgard), memohon agar menyelamatkan mereka dari teror Muslim2 Arab. Raja mengirim pasukan observasi dibawah komando jendral Jaban. Pasukan memasuki kota Hira yang diduduki Arab. Melihat kedatangan tentara Persia, pasukan Arab mengundurkan diri ke gurun pasir ke kota oasis, Namraq (sekarang bernama Kufa) untuk menjebak tentara Persia ke gurun pasir, kawasan yang dikenal benar oleh pihak Arab.
Selain infanteri, Arab juga memiliki pasukan onta. Pihak Persia menggunakan kuda yang tidak cocok untuk perang di gurun pasir. Dengan terjebaknya pasukan Persia di gurun pasir, mereka dihabisi oleh pasukan Arab, dan terpaksa mundur dan bergabung dengan tentara Persia di kota bernama Kasker.
Disini jendral Persia berikutnya, Narsi, mengumpulkan pasukan. Kota ini jauh dari perbatasan. Kasker begitu jauh dari kamp Muslim sehingga Narsi merasa serangan Muslim tidak akan datang dengan segera. Tapi Abu Ubaid, komandan pihak Muslim, berpikir lain. Ia bergegas ke Kaskar dan mengalahkan pasukan Persia sebelum pasukan Persia berikutnya dibawah jendral Jalinus, bisa datang memberi bantuan. Ini menunjukkan kenekadan Muslim, yang hanya bisa ditandingi dengan semangat cowboy yang sama nekadnya, kalau memang kita bertekad mengalahkan Islam dalam perang melawan terror ini.
Saat pasukan Arab mendekati kota Ctesiphon, raja Yazdgard, tidak pernah menyangka bahwa ia akan dikalahkan bangsa barbar yang menyeker (tanpa sepatu) dan pemakan kadal. Ia mengirimkan utusan kepada pasukan Muslim. Utusan itu mengatakan :
"Raja kami meminta apakah anda akan menyetujui perdamaian dengan syarat bawha Tigris akan menjadi perbatasan antara kalian dengan kami sehingga apapun yang ada pada bagian timur Tigris adalah milik kami dan apapun yang ada di bagian barat adalah milik kalian. Dan kalau ini tidak akan memuasakan dahagamu akan wilayah, maka tidak ada sesuatupun yang dapat memuaskan anda ."
Saad-ibn-Waqas, panglima pasukan Arab Muslim mengatakan bahwa Muslim tidak dahaga akan wilayah; Muslim bertempur untuk memberlakukan Islam terhadap Persia. Kalau raja Persia ingin damai, ia harus menerima Islam atau bayar pajak Jizyah. Kalau keduanya tidak dapat diterima maka damai tidak akan terjadi dan hanya PEDANG yang akan jadi penentu diantara mereka.
Demikianlah nada tanpa kompromi ancaman Islam. Kalau Islam tidak dikalahkan secara total dan tidak menghabisi Muslim untuk selama2nya, mereka akan terus menghantui dunia sampai seluruh dunia memeluk kepercayaan biadab mereka itu.
Abu Ubaid kemudian maju melewati Suwad menuju Kaskar. Di Kaskar mereka tiba dihadapan orang2 Persia yang terheran2. Pihak Persia dgn terbirit2 mengumpulkan kekuatan militer mereka dan keduanya bertempur di Saqatia, beberapa mil dari Kaskar.
Strategi Persia adalah menunda aksi sampai kedatangan pasukan dibawah jendral Jalinus. Strategi Muslim adalah untuk terus menyerang dan membuat keputusan segera. Dengan elemen ‘surprise’, Arab menghabisi pasukan Persia di Kaskar dan memaksa mereka mundur ke timur.
Pelajaran dari Pertempuran Namraq dan Kaskar
Arab menggunakan taktik dengan memaksa Persia kedalam kawasan yang asing bagi mereka dan menggunakan taktik serangan kilat begitu adanya tanda2 pasukan Persia. Inilah ciri khas pertempuran Arab-Persia kemudian yang pada akhirnya berbuntut kepada kekalahan Persia.
Dengan mengulur-ulur waktu dan upaya negosiasi, negara2 Barat justru semakin memperkuat teroris Muslim, seperti juga upaya kaum Sassanid Persia mengulur-ulur waktu dan membiarkan Arab mengambil inisiatif di Pertemuran Kaskar.
Pertempuran Nihavend
Tapi pada pertempuran Nihavend Persia kelihatan akan menang dan Arab nyaris kalah. Dgn ciri khas menghalalkan segara cara, Muslim kemudian menggunakan taktik licik.
Ali, menantu Muhammad, mengusulkan agar memindahkan markas ke panglima Arab Muslim, Mugheera-ibn-Shu'ba. Setelah pertempuran Qadsiyyah, penduduk Persia secara terbirit2 mengosongkan ibukota, Ctesiphon, dan alhasilnya, banyak anak2 dan orang tua tertinggal. Orang tua diberikan pilihan menerima Islam atau mati, dan kebanyakan memang memilih mati. Tetapi anak2 perempuan dan lelaki dijadikan budak dan dibagi2kan diantara para Arab sbg jarahan perang.
{Pembagian budak sebagai pampasan perang ini juga diulangi Muslim di Yerusalem (636), Damascus (637), Cesaria (639), Alexandria (650), Tripoli (651), Konstantinopel (1453)}
Diantara mereka yang bernasib naas ini adalah SHERBANU bocah perempuan, puteri raja Persia, Yazdgard. Ketika Arab mengetahui tentang Sherbanu mereka menghadiahkannya kepada kalif Umar, yang kemudian mengopernya kepada menantu Mohammad, Ali Bin Abu Talib. Nantinya Sherbanu menikah dengan putra Ali, Husain, dan melahirkan keturunan Arab Persia yang menjadi imam-imam Syiah.
Pada pertempuran Nihavend, Ali mengusulkan kepada Mugheera-ibn-Shu'ba agar ia menjadikan isterinya UMPAN untuk memaksa tentara Persia meninggalkan benteng2 kuat mereka dan masuk perangkap Arab. Sesuai dengan perintah Ali, pada hari kedua, Mugheera-ibn-Shu'ba menunjukkan bocah cilik itu kepada orang2 Persia dan mengatakan bahwa ia akan membunuh sang puteri cilik itu jika Persia datang untuk menyelamatkannya. Karena marah, tentara Persia melanggar perintah komandan dan segera keluar dari benteng2 mereka dan menyerang Arab.
Kesempatan ini digunakan Mugheera untuk mengundurkan diri kesebuah lembah dan menaiki bukit disebelahnya. Pihak Persia menyangka bahwa tentara Arab mengundurkan diri. Ketika tentara Persia dengan persenjataan berat mereka mencapai titik terendah di lembah itu dan kavaleri Arab yang jauh lebih lincah menyerang mereka dari 3 sisi.
Babak belur berdarah di Nihavend akhirnya menghancurkan perlawanan Persia terhadap Islam dan takluklah Persia dibawah Arabisasi dan Islamisasi.
Setelah jatuhnya Ctesiphon ke tangan Muslim, mereka menduduki Istana Putih raja2 Persia dan sebagai tanda terima kasih kepada Allah, mereka memenggali sang panglima Persia dan memamerkan kepalanya kepada para tawanan Persia dan memberikan mereka pilihan: ISLAM ATAU MATI.
Pertempuran Jembatan (Al Jisr) - 14 A.H. 636M
Pada bentrokan besar kemudian yang dikenal sebagai Pertempuran Jembatan, pihak Persia untuk pertama kalinya menggunakan gajah, hal baru bagi Bedouin Arab Muslim. Gajah2 itu digunakan untuk menggencet musuh dan bahkan seorang jendral Arab. Persia mengejar Arab sampai Jembatan di rungai Tigris, yang kemudian menjadi perbatasan antara kerajaan Persia dan Arab.
Persia berhenti di jembatan itu dan mengusir Arab keseberang sungai. Sayangnya Persia melewatkan kesempatan ini untuk menghabisi tentara Arab dengan cara memasuki wilayah gurun pasir Arab dan menghabisi Arab di tanah air mereka seperti cara Muslim membantai bangsa Persia di Persia. Persia tidak menggunakan satu2nya bahasa yang dimengerti muslim : BAHASA DARAH DAN MATI. Dengan ditundukkannya jazirah Arab dibawah Persia dan dipaksakannya agama Persia kepada Arab, Islam akan hilang sudah dan dunia bisa berterima kasih pada Persia ! Tetapi sayang ini tidak terjadi karena Persia adalah bangsa yang beradab, masih memegang aturan perang yang berlaku.
Kesempatan yang tidak diambil oleh bangsa2 beradab dalam mengalahkan Arab secara telak, terulang lagi oleh bangsa Franks di Pertempuran Poitiers, 732, oleh bangsa Austria dan Polandia di Vienna, 1683, dan oleh Hindu di Pertempuran Tarain, 1191, dan dalam Perang Arab-Israel, 1967, pembebasan Afghanistan, 2001 dan Iraq, 2003. Bangsa2 beradab itu sebenarnya bisa memaksa Muslimn untuk MENINGGALKAN ISLAM ATAU MATI ! Tetapi ini semua tidak terjadi karena non-Muslim masih memiliki hati nurani dan mereka belum mengerti benar bahaya Muslim.
Pertempuran Ghadasia (Cadesia atau Qadisiyah) 15 A.H., 637M
Pada pertempuran 4 hari ini, Persia dipimpin jendral mahir, Rustam-e-Farrokhzad (Farokh Hormazd). Pihak Arab dipimpin Saad-ibn-Waqas. Muslim menggunakan taktik menyogok tentara2 Persia agar membelot dan mengkhianati negara mereka.
Salah satu taktik adalah memotong tali pengikat kursi (howda) para pengendala gajah agar sang pengendara jatuh dan gajah menjadi tanpa kusir pengendali. Pada hari pertama pertempuran, para gajah berhasil memporakporandakan Arab. Tetapi setelah dikhianati orang2nya sendiri, gajah2 itu malah mengakibatkan kekalahan di pihak Persia.
Taktik kedua adalah memerintahkan para pembelot untuk MEMBUTAKAN satu mata gajah, sehingga mereka kehilangan arah. Dan ini pula yang terjadi. BEGITULAH CARA ALLAH MEMBERIKAN KEMENANGAN KEPADA MUSLIM.
Pada permulaan pertempuran, Arab dan Persia saling berjanji untuk menghentikan serangan saat matahari terbenam. Tetapi pada hari ketiga, Arab menyerang Persia semalam suntuk, dengn teriakan BUNUH.. BUNUH.. ALUOHU-AKBAR !!! Ini yang dikenal dengan nama Malam Clangor,
Yang menjadi factor penentu kemenangan Muslim Arab yang licik dan barbar.
Dalam pertempuran ini, Arab juga menunjukkan teknik unik mereka MEMENGGAL KEPALA panglima musuh dan memamerkan tubuhnya kepada tentara musuh untuk memadamkan semangat mereka.
Pada malam ini juga, Arab menyusup ke tenda jendral Persia, Rustam, dengan menyamar sebagai tentara Persia yang luka2. Begitu mereka dekat dengan sang jendral, mereka memenggalnya dgn cara sama seperti Zarqawi memenggal sandera2nya dijaman sekarang ini. Arab kemudian memamerkan tubuh Rustam tanpa kepala itu kepada tentara Persia pada pagi hari dan hari terakhir pertempuran Qadisiyah.
Pemandangan mengenaskan tubuh sang jendral yang tidak berkepala dan ditusuki panah2 dan kepalanya digiring di ujung tombak oleh Muslim yang sudah tidak memiliki perikemanusiaan, terlalu berat bagi tentara2 Persia. Inilah unsur penentu kalahnya tentara Persia yang akhirnya dibantai habis oleh tentara Arab sampai tidak ada lagi musuh yang masih bernafas.
Persia, asal jaman keemasan “Renaissance Islam”
Setelah jatuhnya Persia, Islam mengalami kemajuan dibidang kaligrafi, astronomi, matematika dan literature, khususnya dibawah kalifat Harun al Rashid. Tetapi ini bukan karena prestasi Muslim, Arab atau Islam, tetapi karena prestasi orang2 Persia yang dipaksa masuk Islam. Pusat Renaissance ini adalah Baghdad, yang dibangun didekat reruntuhan ibukota Sassania Persia, Ctesiphon.
Bahkan tata bahasa Arab pertama yang dikodifikasi ditulis oleh orang Persia. Ini karena Arab tidak berpendidikan. Renaissance Islam bukan terjadi karena Islam, tetapi terlepas dari Islam. Renaissance Islam bukan kemenangan bagi Islam, tetapi kemenangan semangat manusia atas Islam.
Bagaimana Muslim menghancurkan budaya Persia, Zoroastria
Boyce ** menggambarkan fenomena penghancuran budaya oleh islam ini berdasarkan analisa sejarah dan observasi pribadi di Yezd, kawsan Iran pusat, di tahun 1960an:
”Pada pertengahan abad ke 19, Turkabad mengalami tragedi dalam bentuk pemaksaan Islam secara massal. Jalan ceritanya : para lelaki sedang kerja di ladang ketika sekelompok Muslim menyerang mereka. Mereka diancam dengan kematian diri mereka dan anak2 serta isteri2 mereka yang saat itu sedang diteror di rumah2 mereka; dan pada akhirnya seluruh desa menerima Islam. Begitu jugalah nasib desa2 Iran lainnya.
Taktik pencekokan Islam juga dimulai dengan adanya beberapa Muslim yang menentap dipinggir2 sebuah desa Zoroastrian. Lama kelamaan jumlah Muslim yang memasuki desa itu semakin bertambah dan mesjidpun mulai dibangun, yang semakin menarik minat Muslim. Selama bangsa Zoroastrian masih mayoritas, hidup masih bisa diterima;
Pada mulanya Muslim mengejek praktek pemujaan api oleh Zoroastrian. Muslim mengejak betapa sedikitnya jumlah Zoroastrian dibandingkan dengan Muslim, ini dianggap sebagai bukti agama Muslim yang paling benar.
Geng2 (macam FPI di Indonesia) mulai merongrong penduduk asli. Rongrongan sering bersifat fisik dan bergerak seperti garong. Gang2 anak muda Muslim ini juga menaiki, merusaki dan mendesekrasi tempat2 ibadah Zoroastrian berupa menara tinggi dan malah mematikan atau mempolusi api yang dianggap suci oleh Zoroastrian.
Kesempatan semakin terbuka untuk melakukan pencurian, pemerkosaan dan pembakaran rumah2/toko2 milik penduduk asli. Akhrinya penduduk asli yang tidak tahan pindah ke desa lain, meninggalkan desa aslinya yg akhirnya dgn mudah ditelan oleh Muslim yang menghapus segala tanda2 peninggalan Zoroastrian. Dan begitulah seterusnya.
Setelah penaklukan berdarah Persia, Islam menyebar seperti api ke Persia, mengubah mental Persia menjadi haus darah seperti serigala macam Muslim Arab. Orang Persia-lah yang 100 tahun kemudian menaklukkan bangsa Turki dan 100 tahun kemudian bangsa Turki menyerang Byzantium dan kawasan Balkan.
PENGHANCURAN BUDAYA ATAS NAMA ISLAM.
Menurut World Encyclopaedia, penghancuran budaya adalah tindakan sengaja penghancuran warisan budaya sebuah bangsa atau negara bagi alasan politik atau militer. Sejak dibentuknya Republik Islam Iran 26 tahun yang lalu, mereka terus berupaya memerangi rakyat dan warisan budaya mereka sendiri.
Para dedengkot Republik Islam beberapa kali berupaya memusnahkan warisan pra-Islam Persia atas nama Islam. Pertama, mereka menyatakan perang terhadap tahun baru Persia yang dikenal dengan “Nowruz”, lalu mereka menyerang tradisi dan adat Persia lainnya. Pada permulaan revolusi, para Islamis bergegas ke Persepolis, komples megah istana raja2 Achaemenid, guna nenghancurkannya. Untungnya, tindakan membumiratakan relik dan istana ini dihalangi oleh para patriot Iran. Mereka secara fisik berdiri didepan bulldozer yang bersiap2 membumiratakan warisan umat manusia menjadi keping2.
Baru2 ini, Republik Islam Iran menggalakkan kembali perang budaya ini. Tujuannya adalah mengubah wajah Iran kesebuah bentuk negara Islam murni dan mematikan rasa kebanggaan dan nasonalisme Persia serta menghidupkan kebanggaan dan nasionalisme Islam.
Selain Persepolis, mereka juga merencanakan untuk menghancurkan tempat2 paling penting lainnya dalam sejarah Persia. Mereka ingin meng-eradikasi Pasargad dan the Bolaghi gorge.
Di Pasargad terletak makam Cyrus the Great, raja segala raja dan bapak pendiri Persia. Cyrus the Great, yang disebut 25 kali dalam Injil, dikenal karena kualitas kasih dan toleransinya. Piagam Hak Asasi Manusia ciptaan Cyrus diketahui sebagai piagam pertama yang menyebut konsep manusia yang memiliki hak universal, terlepas dari yurisdiksi hukum, etnisitas, nationalitas atau wilayah.
Cyrus terkenal sebagai seorang pemimpin besar Persia yang membebaskan bangsa Yahudi dari kuasa Nebuchadnezzar di Babylon. Cyrus the Great, tidak hanya mengijinkan orang Yahudi kembali ke Yerusalem untuk membangun kembali temple mereka namun malah membantu mereka dalam upaya tersebut, sesuatu yang diikuti penerus2nya.
2500 tahun lalu, Cyrus memproklamasikan, "Hari ini saya umumkan bahwa siapapun bebas memlih agama dan bebas hidup di wilayah dan mencari kerja asal tidak melanggar hak orang lain. " Cyrus bukan seorang penjajah, melainkan seorang liberator/pembebas.
Dikatakan bahwa Alexander the Great membakar habis Persepolis dalam keadaan mabuk dan menyesalinya keesokan hari. Walau ia menghancurkan Persepolis, ia tetap memberi penghormatan kepada Cyrus the Great di pemakamannya. Ini menunjukkan betapa dihormatinya raja segala raja, bahkan di mata musuhnya paling bebuyutanpun. Apa yang dibakar Alexander 2200 tahun yang lalu, Republik Islam Iran ingin mengulanginya.
Bagaimana upaya pemerintah Iran menghancurkan warisannya itu ? Mereka membangun bendungan "Sivand” yang tidak jauh dari letak warisan sejarah Persia itu. Konstruksi Bendungan Sivand di Sungai Polvar dimulai tahun 1992 tanpa konsultasi atau sepengetahuan Organisasi Warisan Budaya. Peresmian bendungan semula direncanakan bulan Maret 2005, namun Kementerian Energi Iran menundanya sampai permulaan tahun 2006 untuk memberi waktu kepada para arkeologis untuk mempelajari daerah tersebut.
Bendungan ini akan membanjiri seluruh jalur perjalanan di pegunungan dan wilayah sekeliling Tang-e Bolaghi (Bolaghi Gorge). Ini mengakibatkan tenggelamnya dan hilangnya Bolaghi Gorge, wilayah sepanjang 8 km. Para pakar ICHCTO dan Yayasan Riset Pars-e Pasargad yang mempelajari wilayah tersebut. mengatakan mereka sudah mengidentifikasi lebih dari 100 daerah arkeologi.
Tujuan Republik Islam membangun Bendungan "Sivand" sedekat mungkin dengan daerah arkeologi ini memang sengaja untuk menenggelamkannya. Pasargad, termasuk wilayah pemakaman Cyrus the Great, Bolaghi Gorge, Jalan Raja (the King's path) dan jalan bersejarah utama Persia yang dibangun atas perintah Darius (raja Achaemenid) dan relik2 kompleks megah Persepolis.
Banyak alasan bagi penghancuran peninggalan budaya ini. Mereka takut akan personifikasi Cyrus dalam hati setiap orang Persia. Mereka sangat membenci Yahudi dan oleh karena itu membenci memori Cyrus sebagai raja yang membebaskan kaum Yahudi dari perbudakan 2500 tahun lalu. Juga, meningkatnya rasa nasionalisme Persia dapat menggoyahkan tujuan sebuah negara utopia Islam. Kekhawatiran ini memang bisa dimengerti menyusul berita pemutaran film Inggris tentang jalan hidup Cyrus the Great.
Dunia kita sekarang ini menghadapi daya penghancuran kelompok Islamis radikal yang terus berkembang biak, melindungi dan membiayai teroris. Musuh baru kemanusiaan dan warisan budaya dunia ini jauh lebih radikal dan berbahaya daripada kekuatan Nazi Jerman atau Soviet. Tujuan akhir Republik Islam Iran adalah penghancuran segala yang indah di dunia ini dan meninggalkan jaringan terror Islam diseputar dunia. Kini dunia harus bersatu melawan kekuatan dan pelaku biadab para Islamis radikal dan berkampanye agar mencegah Republik Islam Iran menghancurkan warisan budaya Persia.
Piagam pertama Hak Azasi Manusia ternyata BUKAN Magna Carta di Inggris (1215M), melainkan dibuat di Persia pada jaman Cyrus II :
http://www.thebritishmuseum.ac.uk/forgottenempire/objects/cat006.html
Sebuah silinder terbuat dari tanah liat adalah salah satu obyek yang paling terkenal dari jaman Persia kuno yg disimpan the British Museum. The Cyrus Cylinder berisi tulisan tentang Kaisar Cyrus II (559-530BC) yang menjajah Babylon tahun 539 SM, dan ditemukan tahun 1879 di Amran, Babylon.
Teks merujuk kepada pemerintahan yang adil dan damai, dan pemulihan bangsa2 yang terjajah dan dideportasi beserta dengan dewa2 mereka. Oleh karena itu the Cyrus Cylinder (obyek yg tidak berukuran lebih dari 10 cm dgn lingkaran dalam 3-6 cm ini) dianggap sebagai piagam HAM pertama di dunia. Pada masanya-pun konsep2 HAM ini masih merupakan hal asing.
http://www.livius.org/ct-cz/cyrus_I/babylon05.html
TEKS SILINDER CYRUS:
Saya Cyrus, raja dunia, raja besar, raja sah, raja Babylon, raja Sumeria dan Akkad, raja keempat sudut dunia, putera Cambyses, raja besar, raja Anšan, cucu Cyrus, raja besar, raja Anšan, keturunan Teispes ..dst
Teks berakhir dengan pernyataan Cyrus bahwa ia "mengembalikan patung2 kepada kuil2 semula". Ini berarti bahwa ia mengembalikan patung2 tersebut kepada bangsa2 yang dijajahnya, karena tentara pendahulunya merampas patung2 ini dan menyandera mereka agar melemahkan pengikut.
Juga disebutkan bahwa semua penduduk jajahannya BEBAS MEMUJA DEWA MANAPUN. Dan malah jaman raja Persia ini dikenal sebagai masa yang bebas dari pemaksaan agama tertentu (free of religious persecution), dan Cyrus, seperti juga Kaisar Prusia, Frederick the Great, pasti pernah mengatakan:
"Dalam kerajaan saya, siapapun berhak mencari rahmat menurut caranya masing2." ("In my Kingdom, everyone has the right to seek blessing in his own way".)
Bagian pernyataan tentang kebebasan beragama inilah mengakibatkan silinder ini disebutkan sebagai sebuah piagam HAM.
Ia juga mengatakan :
Tentara saya berjalan di Babylon dalam kedamaian. Saya tidak mengijinkan siapapun meteror tempat manapun di Sumeria dan Akkad. Saya bertujuan bagi kedamaian di Babylon. Bagi semua warga Babylon yang diperbudak, saya menghapus aturan yang membatasi status sosial mereka. Saya membawa bantuan bagi rumah2 rongsok mereka dan dengan ini mengakhiri keluhan mereka.
Saya juga memulihkan hak warga agar dapat kembali ke tempat semula mereka.
Semoga semua dewa yang telah saya kembalikan ke tempel2 dan kuil2 mereka memberikan saya rahmat mereka. Semua dewa/tuhan saya kembalikan dalam tempat damai dan saya akan mencoba memperbaiki tempat2 kediaman mereka (para dewa)...//
Dikatakan bahwa dahulu, 1.400 tahun yang lalu, Umar Ibn Al Khattab, Kalifah Islam kedua, mengirim surat kepada Raja Yazdgrid III dari Persia untuk melakukan Bei’at (bergabung bersama Kalifah dan menerima Islam). Umar menulis, “Di jaman dahulu, kekuasaanmu mencapai separuh dunia yang dikenal, tapi apa yang terjadi sekarang? Tentaramu telah dikalahkan di semua pihak dan negaramu hampir runtuh. Aku menawarkan padamu jalan untuk menyelamatkan dirimu. Mulailah sembahyang pada Allah, Tuhan yang Esa, Tuhan satu2nya yang menciptkan seluruh alam semesta. Kami bawa pesan Allah padamu dan dunia. Sembahlah Allah, Tuhan yang sejati.”
Dan reaksi Raja Yazdgird III kepada Umar :
“Dalam nama Ahura Mazda, pencipta Kehidupan dan Kecerdasan:
Kau, dalam suratmu menulis bahwa kau ingin mengarahkan kami kepada Tuhanmu tanpa tahu siapa kami sebenarnya dan siapa yang kami sembah. Sungguh mengherankan bahwa sebagai orang yang berkedudukan sebagai Kalifah Arab, pengetahuanmu sama dengan Arab kelas rendah yang berkeliaran di padang pasir !
”Kau menganjurkan kami menyembah Tuhan yang esa tanpa tahu bahwa selama ribuan tahun masyarakat Persia telah menyembah Tuhan yang esa dan mereka menyembahNya lima kali sehari!
“Kala kami telah mendirikan kebudayaan makmur dan luhur di dunia dengan menegakkan Pikiran2 Baik, Kata2 Baik, Perbuatan2 Baik dengan tangan2 kami sendiri, kau dan kakek moyangmu masih berkeliaran di padang pasir, memakan kadal, tidak punya apa2 untuk menafkahi dirimu dan kalian mengubur bayi2 perempuan kalian.” (Ini adalah tradisi Arab kuno, karena Arab lebih suka anak laki daripada anak perempuan.)
”Kalian pancung anak2 Tuhan, bahkan tawanan2 perang, memperkosa wanita, merampoki kafilah2, melakukan pembunuhan massal, menculik istri orang dan mencuri harta benda mereka ! Hati kalian terbuat dari batu, kami kutuk segala kekejian yang kalian lakukan. Bagaimana mungkin kau mengajari kami Jalan2 Tuhan jika kau melakukan perbuatan2 keji itu?"
”Apakah Allah yang memerintahmu untuk membunuh, merampoki dan menghancurkan itu ? Apakah kalian sebagai umat Allah yang melakukan ini dalam namaNya? Ataukah kalian berdua ?”
”Katakan pada kami. Dengan segala kekuatan miltermu, kelakuan barbarmu, pembunuhan dan perampokan dalam nama Allah yang Akbar, apakah yang telah kau ajarkan pada tentara Muslim ini? Pengetahuan apakah yang kausampaikan pada Muslim yang ingin kau paksa untuk ajarkan pada non-Muslim? Budaya apakah yang kau dapatkan dari Allahmu, sehingga kau berani2nya memaksakan itu kepada orang lain?”
”Aku mohon kau tetap bersama Allahmu yang Akbar di padang pasirmu dan tidak bergerak mendekat ke kota2 kami yang beradab, karena agamamu mengerikan dan kelakuanmu amat biadab!”
Kini orang Persia (Iran) mulai menggali kembali masa pra-Islam mereka. Kejayaan jaman Cyrus dan Darius, jaman Pasargade, Persepolis, Ctesiphon, atau Zarathushtra, dan syair terkenal anti-Arab mereka, Shah-Nameh. Dengan internet, anak2 muda Iran semakin menyadari masa lalu mereka dan cerita sebenarnya tentang Iran. Inipun semakin membuat resah anak muda Iran (yang jumlahnya 75% dari total penduduk).
Sebelum Islam, dunia hanya mengenal tokoh2 penakluk seperti Isklandar Zulkarnaen (Alexander the Great), Cyrus, Julius Caesar, Hannibal atau siapapun, dimana perang dilakukan di medan perang antara 2 pasukan yang saling berlawanan. Menang/kalah ditentukan di medan perang tersebut. Penduduk bebas dari bahaya musuh yang biasanya menuntut tidak lebih dari pajak dan penggantian pemerintahan.
Alexander juga tidak membantai musuh2nya apalagi memaksa mereka memeluk agama Yunani. Tentara Romawipun tidak melakukan ini di Bizantium, begitu juga dengan Persia.
Islam mengubah peraturan perang dan menjadikan penduduk sipil sebagai korban tirani dan tawanan agar musuhnya menyerah, sama dengan metode yang dipakai Jihadis jihadis masa kini.
Muslim Arab tidak hanya ingin merebut tanah, mengganti pemerintahan dan menarik pajak dari bangsa2 yang dijajahnya, tetapi juga memaksakan kepercayaan mereka pada orang Persia dan merubah mental penduduk terjajah menjadi haus darah pula, dan melanjutkan nafsu untuk menyerang bagian2 dunia lainnya.
Mereka yang dikalahkan pedang Jihadis hanya bisa menyelamatkan nyawa mereka dengan menjadi Muslim dan mengubur rasa perikemanusiaan mereka. Begitulah cara ’survival’ para korban Islam.
Pertempuran Namraq dan Kaskar (12 A.H. 634M)
Karena bangsa Persia adalah bangsa tua dan beradab, mereka tidak lagi menggunakan karavan untuk berdagang, sehingga tidak ada lagi karavan2 yang bisa diserang /dirampas / dijarah Muslim, seperti yang mereka lakukan terhadap bangsa Mekah-Medinah.
Jadi Muslim2 Arab mulai menyerang kota2 perbatasan dan mengganggu penduduk disana. Orang2 diperbatasan disepanjang sungai Efrat (Euphrates) akhirnya mengirimkan petisi kepada raja Persia, Yazdjurd (Yazdgard), memohon agar menyelamatkan mereka dari teror Muslim2 Arab. Raja mengirim pasukan observasi dibawah komando jendral Jaban. Pasukan memasuki kota Hira yang diduduki Arab. Melihat kedatangan tentara Persia, pasukan Arab mengundurkan diri ke gurun pasir ke kota oasis, Namraq (sekarang bernama Kufa) untuk menjebak tentara Persia ke gurun pasir, kawasan yang dikenal benar oleh pihak Arab.
Selain infanteri, Arab juga memiliki pasukan onta. Pihak Persia menggunakan kuda yang tidak cocok untuk perang di gurun pasir. Dengan terjebaknya pasukan Persia di gurun pasir, mereka dihabisi oleh pasukan Arab, dan terpaksa mundur dan bergabung dengan tentara Persia di kota bernama Kasker.
Disini jendral Persia berikutnya, Narsi, mengumpulkan pasukan. Kota ini jauh dari perbatasan. Kasker begitu jauh dari kamp Muslim sehingga Narsi merasa serangan Muslim tidak akan datang dengan segera. Tapi Abu Ubaid, komandan pihak Muslim, berpikir lain. Ia bergegas ke Kaskar dan mengalahkan pasukan Persia sebelum pasukan Persia berikutnya dibawah jendral Jalinus, bisa datang memberi bantuan. Ini menunjukkan kenekadan Muslim, yang hanya bisa ditandingi dengan semangat cowboy yang sama nekadnya, kalau memang kita bertekad mengalahkan Islam dalam perang melawan terror ini.
Saat pasukan Arab mendekati kota Ctesiphon, raja Yazdgard, tidak pernah menyangka bahwa ia akan dikalahkan bangsa barbar yang menyeker (tanpa sepatu) dan pemakan kadal. Ia mengirimkan utusan kepada pasukan Muslim. Utusan itu mengatakan :
"Raja kami meminta apakah anda akan menyetujui perdamaian dengan syarat bawha Tigris akan menjadi perbatasan antara kalian dengan kami sehingga apapun yang ada pada bagian timur Tigris adalah milik kami dan apapun yang ada di bagian barat adalah milik kalian. Dan kalau ini tidak akan memuasakan dahagamu akan wilayah, maka tidak ada sesuatupun yang dapat memuaskan anda ."
Saad-ibn-Waqas, panglima pasukan Arab Muslim mengatakan bahwa Muslim tidak dahaga akan wilayah; Muslim bertempur untuk memberlakukan Islam terhadap Persia. Kalau raja Persia ingin damai, ia harus menerima Islam atau bayar pajak Jizyah. Kalau keduanya tidak dapat diterima maka damai tidak akan terjadi dan hanya PEDANG yang akan jadi penentu diantara mereka.
Demikianlah nada tanpa kompromi ancaman Islam. Kalau Islam tidak dikalahkan secara total dan tidak menghabisi Muslim untuk selama2nya, mereka akan terus menghantui dunia sampai seluruh dunia memeluk kepercayaan biadab mereka itu.
Abu Ubaid kemudian maju melewati Suwad menuju Kaskar. Di Kaskar mereka tiba dihadapan orang2 Persia yang terheran2. Pihak Persia dgn terbirit2 mengumpulkan kekuatan militer mereka dan keduanya bertempur di Saqatia, beberapa mil dari Kaskar.
Strategi Persia adalah menunda aksi sampai kedatangan pasukan dibawah jendral Jalinus. Strategi Muslim adalah untuk terus menyerang dan membuat keputusan segera. Dengan elemen ‘surprise’, Arab menghabisi pasukan Persia di Kaskar dan memaksa mereka mundur ke timur.
Pelajaran dari Pertempuran Namraq dan Kaskar
Arab menggunakan taktik dengan memaksa Persia kedalam kawasan yang asing bagi mereka dan menggunakan taktik serangan kilat begitu adanya tanda2 pasukan Persia. Inilah ciri khas pertempuran Arab-Persia kemudian yang pada akhirnya berbuntut kepada kekalahan Persia.
Dengan mengulur-ulur waktu dan upaya negosiasi, negara2 Barat justru semakin memperkuat teroris Muslim, seperti juga upaya kaum Sassanid Persia mengulur-ulur waktu dan membiarkan Arab mengambil inisiatif di Pertemuran Kaskar.
Pertempuran Nihavend
Tapi pada pertempuran Nihavend Persia kelihatan akan menang dan Arab nyaris kalah. Dgn ciri khas menghalalkan segara cara, Muslim kemudian menggunakan taktik licik.
Ali, menantu Muhammad, mengusulkan agar memindahkan markas ke panglima Arab Muslim, Mugheera-ibn-Shu'ba. Setelah pertempuran Qadsiyyah, penduduk Persia secara terbirit2 mengosongkan ibukota, Ctesiphon, dan alhasilnya, banyak anak2 dan orang tua tertinggal. Orang tua diberikan pilihan menerima Islam atau mati, dan kebanyakan memang memilih mati. Tetapi anak2 perempuan dan lelaki dijadikan budak dan dibagi2kan diantara para Arab sbg jarahan perang.
{Pembagian budak sebagai pampasan perang ini juga diulangi Muslim di Yerusalem (636), Damascus (637), Cesaria (639), Alexandria (650), Tripoli (651), Konstantinopel (1453)}
Diantara mereka yang bernasib naas ini adalah SHERBANU bocah perempuan, puteri raja Persia, Yazdgard. Ketika Arab mengetahui tentang Sherbanu mereka menghadiahkannya kepada kalif Umar, yang kemudian mengopernya kepada menantu Mohammad, Ali Bin Abu Talib. Nantinya Sherbanu menikah dengan putra Ali, Husain, dan melahirkan keturunan Arab Persia yang menjadi imam-imam Syiah.
Pada pertempuran Nihavend, Ali mengusulkan kepada Mugheera-ibn-Shu'ba agar ia menjadikan isterinya UMPAN untuk memaksa tentara Persia meninggalkan benteng2 kuat mereka dan masuk perangkap Arab. Sesuai dengan perintah Ali, pada hari kedua, Mugheera-ibn-Shu'ba menunjukkan bocah cilik itu kepada orang2 Persia dan mengatakan bahwa ia akan membunuh sang puteri cilik itu jika Persia datang untuk menyelamatkannya. Karena marah, tentara Persia melanggar perintah komandan dan segera keluar dari benteng2 mereka dan menyerang Arab.
Kesempatan ini digunakan Mugheera untuk mengundurkan diri kesebuah lembah dan menaiki bukit disebelahnya. Pihak Persia menyangka bahwa tentara Arab mengundurkan diri. Ketika tentara Persia dengan persenjataan berat mereka mencapai titik terendah di lembah itu dan kavaleri Arab yang jauh lebih lincah menyerang mereka dari 3 sisi.
Babak belur berdarah di Nihavend akhirnya menghancurkan perlawanan Persia terhadap Islam dan takluklah Persia dibawah Arabisasi dan Islamisasi.
Setelah jatuhnya Ctesiphon ke tangan Muslim, mereka menduduki Istana Putih raja2 Persia dan sebagai tanda terima kasih kepada Allah, mereka memenggali sang panglima Persia dan memamerkan kepalanya kepada para tawanan Persia dan memberikan mereka pilihan: ISLAM ATAU MATI.
Pertempuran Jembatan (Al Jisr) - 14 A.H. 636M
Pada bentrokan besar kemudian yang dikenal sebagai Pertempuran Jembatan, pihak Persia untuk pertama kalinya menggunakan gajah, hal baru bagi Bedouin Arab Muslim. Gajah2 itu digunakan untuk menggencet musuh dan bahkan seorang jendral Arab. Persia mengejar Arab sampai Jembatan di rungai Tigris, yang kemudian menjadi perbatasan antara kerajaan Persia dan Arab.
Persia berhenti di jembatan itu dan mengusir Arab keseberang sungai. Sayangnya Persia melewatkan kesempatan ini untuk menghabisi tentara Arab dengan cara memasuki wilayah gurun pasir Arab dan menghabisi Arab di tanah air mereka seperti cara Muslim membantai bangsa Persia di Persia. Persia tidak menggunakan satu2nya bahasa yang dimengerti muslim : BAHASA DARAH DAN MATI. Dengan ditundukkannya jazirah Arab dibawah Persia dan dipaksakannya agama Persia kepada Arab, Islam akan hilang sudah dan dunia bisa berterima kasih pada Persia ! Tetapi sayang ini tidak terjadi karena Persia adalah bangsa yang beradab, masih memegang aturan perang yang berlaku.
Kesempatan yang tidak diambil oleh bangsa2 beradab dalam mengalahkan Arab secara telak, terulang lagi oleh bangsa Franks di Pertempuran Poitiers, 732, oleh bangsa Austria dan Polandia di Vienna, 1683, dan oleh Hindu di Pertempuran Tarain, 1191, dan dalam Perang Arab-Israel, 1967, pembebasan Afghanistan, 2001 dan Iraq, 2003. Bangsa2 beradab itu sebenarnya bisa memaksa Muslimn untuk MENINGGALKAN ISLAM ATAU MATI ! Tetapi ini semua tidak terjadi karena non-Muslim masih memiliki hati nurani dan mereka belum mengerti benar bahaya Muslim.
Pertempuran Ghadasia (Cadesia atau Qadisiyah) 15 A.H., 637M
Pada pertempuran 4 hari ini, Persia dipimpin jendral mahir, Rustam-e-Farrokhzad (Farokh Hormazd). Pihak Arab dipimpin Saad-ibn-Waqas. Muslim menggunakan taktik menyogok tentara2 Persia agar membelot dan mengkhianati negara mereka.
Salah satu taktik adalah memotong tali pengikat kursi (howda) para pengendala gajah agar sang pengendara jatuh dan gajah menjadi tanpa kusir pengendali. Pada hari pertama pertempuran, para gajah berhasil memporakporandakan Arab. Tetapi setelah dikhianati orang2nya sendiri, gajah2 itu malah mengakibatkan kekalahan di pihak Persia.
Taktik kedua adalah memerintahkan para pembelot untuk MEMBUTAKAN satu mata gajah, sehingga mereka kehilangan arah. Dan ini pula yang terjadi. BEGITULAH CARA ALLAH MEMBERIKAN KEMENANGAN KEPADA MUSLIM.
Pada permulaan pertempuran, Arab dan Persia saling berjanji untuk menghentikan serangan saat matahari terbenam. Tetapi pada hari ketiga, Arab menyerang Persia semalam suntuk, dengn teriakan BUNUH.. BUNUH.. ALUOHU-AKBAR !!! Ini yang dikenal dengan nama Malam Clangor,
Yang menjadi factor penentu kemenangan Muslim Arab yang licik dan barbar.
Dalam pertempuran ini, Arab juga menunjukkan teknik unik mereka MEMENGGAL KEPALA panglima musuh dan memamerkan tubuhnya kepada tentara musuh untuk memadamkan semangat mereka.
Pada malam ini juga, Arab menyusup ke tenda jendral Persia, Rustam, dengan menyamar sebagai tentara Persia yang luka2. Begitu mereka dekat dengan sang jendral, mereka memenggalnya dgn cara sama seperti Zarqawi memenggal sandera2nya dijaman sekarang ini. Arab kemudian memamerkan tubuh Rustam tanpa kepala itu kepada tentara Persia pada pagi hari dan hari terakhir pertempuran Qadisiyah.
Pemandangan mengenaskan tubuh sang jendral yang tidak berkepala dan ditusuki panah2 dan kepalanya digiring di ujung tombak oleh Muslim yang sudah tidak memiliki perikemanusiaan, terlalu berat bagi tentara2 Persia. Inilah unsur penentu kalahnya tentara Persia yang akhirnya dibantai habis oleh tentara Arab sampai tidak ada lagi musuh yang masih bernafas.
Persia, asal jaman keemasan “Renaissance Islam”
Gambar diatas adalah Makam Cyrus Agung, yang masih dipuja oleh sebagian orang Iran |
Bahkan tata bahasa Arab pertama yang dikodifikasi ditulis oleh orang Persia. Ini karena Arab tidak berpendidikan. Renaissance Islam bukan terjadi karena Islam, tetapi terlepas dari Islam. Renaissance Islam bukan kemenangan bagi Islam, tetapi kemenangan semangat manusia atas Islam.
Bagaimana Muslim menghancurkan budaya Persia, Zoroastria
Boyce ** menggambarkan fenomena penghancuran budaya oleh islam ini berdasarkan analisa sejarah dan observasi pribadi di Yezd, kawsan Iran pusat, di tahun 1960an:
”Pada pertengahan abad ke 19, Turkabad mengalami tragedi dalam bentuk pemaksaan Islam secara massal. Jalan ceritanya : para lelaki sedang kerja di ladang ketika sekelompok Muslim menyerang mereka. Mereka diancam dengan kematian diri mereka dan anak2 serta isteri2 mereka yang saat itu sedang diteror di rumah2 mereka; dan pada akhirnya seluruh desa menerima Islam. Begitu jugalah nasib desa2 Iran lainnya.
Taktik pencekokan Islam juga dimulai dengan adanya beberapa Muslim yang menentap dipinggir2 sebuah desa Zoroastrian. Lama kelamaan jumlah Muslim yang memasuki desa itu semakin bertambah dan mesjidpun mulai dibangun, yang semakin menarik minat Muslim. Selama bangsa Zoroastrian masih mayoritas, hidup masih bisa diterima;
Pada mulanya Muslim mengejek praktek pemujaan api oleh Zoroastrian. Muslim mengejak betapa sedikitnya jumlah Zoroastrian dibandingkan dengan Muslim, ini dianggap sebagai bukti agama Muslim yang paling benar.
Geng2 (macam FPI di Indonesia) mulai merongrong penduduk asli. Rongrongan sering bersifat fisik dan bergerak seperti garong. Gang2 anak muda Muslim ini juga menaiki, merusaki dan mendesekrasi tempat2 ibadah Zoroastrian berupa menara tinggi dan malah mematikan atau mempolusi api yang dianggap suci oleh Zoroastrian.
Kesempatan semakin terbuka untuk melakukan pencurian, pemerkosaan dan pembakaran rumah2/toko2 milik penduduk asli. Akhrinya penduduk asli yang tidak tahan pindah ke desa lain, meninggalkan desa aslinya yg akhirnya dgn mudah ditelan oleh Muslim yang menghapus segala tanda2 peninggalan Zoroastrian. Dan begitulah seterusnya.
Setelah penaklukan berdarah Persia, Islam menyebar seperti api ke Persia, mengubah mental Persia menjadi haus darah seperti serigala macam Muslim Arab. Orang Persia-lah yang 100 tahun kemudian menaklukkan bangsa Turki dan 100 tahun kemudian bangsa Turki menyerang Byzantium dan kawasan Balkan.
PENGHANCURAN BUDAYA ATAS NAMA ISLAM.
Menurut World Encyclopaedia, penghancuran budaya adalah tindakan sengaja penghancuran warisan budaya sebuah bangsa atau negara bagi alasan politik atau militer. Sejak dibentuknya Republik Islam Iran 26 tahun yang lalu, mereka terus berupaya memerangi rakyat dan warisan budaya mereka sendiri.
Para dedengkot Republik Islam beberapa kali berupaya memusnahkan warisan pra-Islam Persia atas nama Islam. Pertama, mereka menyatakan perang terhadap tahun baru Persia yang dikenal dengan “Nowruz”, lalu mereka menyerang tradisi dan adat Persia lainnya. Pada permulaan revolusi, para Islamis bergegas ke Persepolis, komples megah istana raja2 Achaemenid, guna nenghancurkannya. Untungnya, tindakan membumiratakan relik dan istana ini dihalangi oleh para patriot Iran. Mereka secara fisik berdiri didepan bulldozer yang bersiap2 membumiratakan warisan umat manusia menjadi keping2.
Baru2 ini, Republik Islam Iran menggalakkan kembali perang budaya ini. Tujuannya adalah mengubah wajah Iran kesebuah bentuk negara Islam murni dan mematikan rasa kebanggaan dan nasonalisme Persia serta menghidupkan kebanggaan dan nasionalisme Islam.
Selain Persepolis, mereka juga merencanakan untuk menghancurkan tempat2 paling penting lainnya dalam sejarah Persia. Mereka ingin meng-eradikasi Pasargad dan the Bolaghi gorge.
Di Pasargad terletak makam Cyrus the Great, raja segala raja dan bapak pendiri Persia. Cyrus the Great, yang disebut 25 kali dalam Injil, dikenal karena kualitas kasih dan toleransinya. Piagam Hak Asasi Manusia ciptaan Cyrus diketahui sebagai piagam pertama yang menyebut konsep manusia yang memiliki hak universal, terlepas dari yurisdiksi hukum, etnisitas, nationalitas atau wilayah.
Cyrus terkenal sebagai seorang pemimpin besar Persia yang membebaskan bangsa Yahudi dari kuasa Nebuchadnezzar di Babylon. Cyrus the Great, tidak hanya mengijinkan orang Yahudi kembali ke Yerusalem untuk membangun kembali temple mereka namun malah membantu mereka dalam upaya tersebut, sesuatu yang diikuti penerus2nya.
2500 tahun lalu, Cyrus memproklamasikan, "Hari ini saya umumkan bahwa siapapun bebas memlih agama dan bebas hidup di wilayah dan mencari kerja asal tidak melanggar hak orang lain. " Cyrus bukan seorang penjajah, melainkan seorang liberator/pembebas.
Dikatakan bahwa Alexander the Great membakar habis Persepolis dalam keadaan mabuk dan menyesalinya keesokan hari. Walau ia menghancurkan Persepolis, ia tetap memberi penghormatan kepada Cyrus the Great di pemakamannya. Ini menunjukkan betapa dihormatinya raja segala raja, bahkan di mata musuhnya paling bebuyutanpun. Apa yang dibakar Alexander 2200 tahun yang lalu, Republik Islam Iran ingin mengulanginya.
Bagaimana upaya pemerintah Iran menghancurkan warisannya itu ? Mereka membangun bendungan "Sivand” yang tidak jauh dari letak warisan sejarah Persia itu. Konstruksi Bendungan Sivand di Sungai Polvar dimulai tahun 1992 tanpa konsultasi atau sepengetahuan Organisasi Warisan Budaya. Peresmian bendungan semula direncanakan bulan Maret 2005, namun Kementerian Energi Iran menundanya sampai permulaan tahun 2006 untuk memberi waktu kepada para arkeologis untuk mempelajari daerah tersebut.
Bendungan ini akan membanjiri seluruh jalur perjalanan di pegunungan dan wilayah sekeliling Tang-e Bolaghi (Bolaghi Gorge). Ini mengakibatkan tenggelamnya dan hilangnya Bolaghi Gorge, wilayah sepanjang 8 km. Para pakar ICHCTO dan Yayasan Riset Pars-e Pasargad yang mempelajari wilayah tersebut. mengatakan mereka sudah mengidentifikasi lebih dari 100 daerah arkeologi.
Tujuan Republik Islam membangun Bendungan "Sivand" sedekat mungkin dengan daerah arkeologi ini memang sengaja untuk menenggelamkannya. Pasargad, termasuk wilayah pemakaman Cyrus the Great, Bolaghi Gorge, Jalan Raja (the King's path) dan jalan bersejarah utama Persia yang dibangun atas perintah Darius (raja Achaemenid) dan relik2 kompleks megah Persepolis.
Banyak alasan bagi penghancuran peninggalan budaya ini. Mereka takut akan personifikasi Cyrus dalam hati setiap orang Persia. Mereka sangat membenci Yahudi dan oleh karena itu membenci memori Cyrus sebagai raja yang membebaskan kaum Yahudi dari perbudakan 2500 tahun lalu. Juga, meningkatnya rasa nasionalisme Persia dapat menggoyahkan tujuan sebuah negara utopia Islam. Kekhawatiran ini memang bisa dimengerti menyusul berita pemutaran film Inggris tentang jalan hidup Cyrus the Great.
Dunia kita sekarang ini menghadapi daya penghancuran kelompok Islamis radikal yang terus berkembang biak, melindungi dan membiayai teroris. Musuh baru kemanusiaan dan warisan budaya dunia ini jauh lebih radikal dan berbahaya daripada kekuatan Nazi Jerman atau Soviet. Tujuan akhir Republik Islam Iran adalah penghancuran segala yang indah di dunia ini dan meninggalkan jaringan terror Islam diseputar dunia. Kini dunia harus bersatu melawan kekuatan dan pelaku biadab para Islamis radikal dan berkampanye agar mencegah Republik Islam Iran menghancurkan warisan budaya Persia.
Piagam pertama Hak Azasi Manusia ternyata BUKAN Magna Carta di Inggris (1215M), melainkan dibuat di Persia pada jaman Cyrus II :
http://www.thebritishmuseum.ac.uk/forgottenempire/objects/cat006.html
The Cyrus Cylinder |
Sebuah silinder terbuat dari tanah liat adalah salah satu obyek yang paling terkenal dari jaman Persia kuno yg disimpan the British Museum. The Cyrus Cylinder berisi tulisan tentang Kaisar Cyrus II (559-530BC) yang menjajah Babylon tahun 539 SM, dan ditemukan tahun 1879 di Amran, Babylon.
Teks merujuk kepada pemerintahan yang adil dan damai, dan pemulihan bangsa2 yang terjajah dan dideportasi beserta dengan dewa2 mereka. Oleh karena itu the Cyrus Cylinder (obyek yg tidak berukuran lebih dari 10 cm dgn lingkaran dalam 3-6 cm ini) dianggap sebagai piagam HAM pertama di dunia. Pada masanya-pun konsep2 HAM ini masih merupakan hal asing.
http://www.livius.org/ct-cz/cyrus_I/babylon05.html
TEKS SILINDER CYRUS:
Saya Cyrus, raja dunia, raja besar, raja sah, raja Babylon, raja Sumeria dan Akkad, raja keempat sudut dunia, putera Cambyses, raja besar, raja Anšan, cucu Cyrus, raja besar, raja Anšan, keturunan Teispes ..dst
Teks berakhir dengan pernyataan Cyrus bahwa ia "mengembalikan patung2 kepada kuil2 semula". Ini berarti bahwa ia mengembalikan patung2 tersebut kepada bangsa2 yang dijajahnya, karena tentara pendahulunya merampas patung2 ini dan menyandera mereka agar melemahkan pengikut.
Juga disebutkan bahwa semua penduduk jajahannya BEBAS MEMUJA DEWA MANAPUN. Dan malah jaman raja Persia ini dikenal sebagai masa yang bebas dari pemaksaan agama tertentu (free of religious persecution), dan Cyrus, seperti juga Kaisar Prusia, Frederick the Great, pasti pernah mengatakan:
"Dalam kerajaan saya, siapapun berhak mencari rahmat menurut caranya masing2." ("In my Kingdom, everyone has the right to seek blessing in his own way".)
Bagian pernyataan tentang kebebasan beragama inilah mengakibatkan silinder ini disebutkan sebagai sebuah piagam HAM.
Ia juga mengatakan :
Tentara saya berjalan di Babylon dalam kedamaian. Saya tidak mengijinkan siapapun meteror tempat manapun di Sumeria dan Akkad. Saya bertujuan bagi kedamaian di Babylon. Bagi semua warga Babylon yang diperbudak, saya menghapus aturan yang membatasi status sosial mereka. Saya membawa bantuan bagi rumah2 rongsok mereka dan dengan ini mengakhiri keluhan mereka.
Saya juga memulihkan hak warga agar dapat kembali ke tempat semula mereka.
Semoga semua dewa yang telah saya kembalikan ke tempel2 dan kuil2 mereka memberikan saya rahmat mereka. Semua dewa/tuhan saya kembalikan dalam tempat damai dan saya akan mencoba memperbaiki tempat2 kediaman mereka (para dewa)...//
Dikatakan bahwa dahulu, 1.400 tahun yang lalu, Umar Ibn Al Khattab, Kalifah Islam kedua, mengirim surat kepada Raja Yazdgrid III dari Persia untuk melakukan Bei’at (bergabung bersama Kalifah dan menerima Islam). Umar menulis, “Di jaman dahulu, kekuasaanmu mencapai separuh dunia yang dikenal, tapi apa yang terjadi sekarang? Tentaramu telah dikalahkan di semua pihak dan negaramu hampir runtuh. Aku menawarkan padamu jalan untuk menyelamatkan dirimu. Mulailah sembahyang pada Allah, Tuhan yang Esa, Tuhan satu2nya yang menciptkan seluruh alam semesta. Kami bawa pesan Allah padamu dan dunia. Sembahlah Allah, Tuhan yang sejati.”
Dan reaksi Raja Yazdgird III kepada Umar :
“Dalam nama Ahura Mazda, pencipta Kehidupan dan Kecerdasan:
Kau, dalam suratmu menulis bahwa kau ingin mengarahkan kami kepada Tuhanmu tanpa tahu siapa kami sebenarnya dan siapa yang kami sembah. Sungguh mengherankan bahwa sebagai orang yang berkedudukan sebagai Kalifah Arab, pengetahuanmu sama dengan Arab kelas rendah yang berkeliaran di padang pasir !
”Kau menganjurkan kami menyembah Tuhan yang esa tanpa tahu bahwa selama ribuan tahun masyarakat Persia telah menyembah Tuhan yang esa dan mereka menyembahNya lima kali sehari!
“Kala kami telah mendirikan kebudayaan makmur dan luhur di dunia dengan menegakkan Pikiran2 Baik, Kata2 Baik, Perbuatan2 Baik dengan tangan2 kami sendiri, kau dan kakek moyangmu masih berkeliaran di padang pasir, memakan kadal, tidak punya apa2 untuk menafkahi dirimu dan kalian mengubur bayi2 perempuan kalian.” (Ini adalah tradisi Arab kuno, karena Arab lebih suka anak laki daripada anak perempuan.)
”Kalian pancung anak2 Tuhan, bahkan tawanan2 perang, memperkosa wanita, merampoki kafilah2, melakukan pembunuhan massal, menculik istri orang dan mencuri harta benda mereka ! Hati kalian terbuat dari batu, kami kutuk segala kekejian yang kalian lakukan. Bagaimana mungkin kau mengajari kami Jalan2 Tuhan jika kau melakukan perbuatan2 keji itu?"
”Apakah Allah yang memerintahmu untuk membunuh, merampoki dan menghancurkan itu ? Apakah kalian sebagai umat Allah yang melakukan ini dalam namaNya? Ataukah kalian berdua ?”
”Katakan pada kami. Dengan segala kekuatan miltermu, kelakuan barbarmu, pembunuhan dan perampokan dalam nama Allah yang Akbar, apakah yang telah kau ajarkan pada tentara Muslim ini? Pengetahuan apakah yang kausampaikan pada Muslim yang ingin kau paksa untuk ajarkan pada non-Muslim? Budaya apakah yang kau dapatkan dari Allahmu, sehingga kau berani2nya memaksakan itu kepada orang lain?”
”Aku mohon kau tetap bersama Allahmu yang Akbar di padang pasirmu dan tidak bergerak mendekat ke kota2 kami yang beradab, karena agamamu mengerikan dan kelakuanmu amat biadab!”
Kini orang Persia (Iran) mulai menggali kembali masa pra-Islam mereka. Kejayaan jaman Cyrus dan Darius, jaman Pasargade, Persepolis, Ctesiphon, atau Zarathushtra, dan syair terkenal anti-Arab mereka, Shah-Nameh. Dengan internet, anak2 muda Iran semakin menyadari masa lalu mereka dan cerita sebenarnya tentang Iran. Inipun semakin membuat resah anak muda Iran (yang jumlahnya 75% dari total penduduk).