SIAPAKAH KHADIJAH ?
Peran Khadijah dalam Islam belum sepenuhnya dihargai. Khadijah harusnya dianggap sebagai mitra utama Muhammad dalam kelahiran Islam. Tanpa dia, mungkin, Islam tidak akan pernah ada. Kita tahu bahwa Khadijah memuja suami mudanya. Tidak ada laporan bahwa Muhammad pernah bekerja setelah menikahi Khadijah. Setelah pernikahannya dengan Muhammad, bisnis Khadijah menurun tajam, sehingga ketika dia meninggal, keluarganya menjadi miskin (1).
Khadijah memiliki sepupu bernama Waraqah ibn Nawfal. Waraqah, Khadijah, dan Muhammad, ketiganya berasal dari klan Quraish. Waraqah, putera dari Nawfal, putera Assad, putera Abdul ‘Uzzah, putera Qussayy. Khadijah, adalah puteri Khuwaylid, putera Assad, putera Abdul ‘Uzzah, juga putera Qussayy. Khadijah menjadi isteri pertama Muhammad, putera Abdullah, putera Abdul Muttalib, putera Hashim, putera Abd Manaf, putera Qussayy.
Di artikel terdahulu kita mengetahui bahwa pernikahan Khadijah – Muhammad ini kemungkinan besar diatur oleh Waraqah. Seorang pendeta Nasrani, yang bercita2 menyebarkan monotheisme ditanah Arab melalui Muhammad. Setidaknya 15 tahun lamanya Muhammad dan Waraqah hidup dalam masa yang sama, dari waktu pernikahan Muhammad, hingga kematian Waraqah.
Muhammad tidak banyak mengurus anak-anaknya, dia sering bertapa di gua2 untuk merenung. Ia banyak habiskan waktunya untuk belajar bersama2 dengan Waraqah mengenai masalah agama. Kadang dia membawa makanan untuk berhari2, lalu kembali kerumah hanya ketika makanan sudah habis. Khadijah tinggal dirumah mengurus kesepuluh anaknya sendirian, tapi dia tidak mengeluh, karena Khadijah senang berkorban, kenapa? Para orientalis barat menyebut kepribadian Khadijah sebagai narsisis invert yang memerlukan objek untuk diperhatikan, seseorang untuk membuat khayalan2nya sendiri sebagai seorang pemberi kesenangan, orang co-dependent seperti Khadijah bukan saja rela diperalat, malah dia menikmati hal itu, menikmati pengorbanannya.
Khadijah adalah seorang wanita yang menarik. Dia anak perempuan favorit dari ayahnya Khuwaylid. Malah Khuwaylid bergantung padanya, melebihi ketergantungan terhadap anak laki-lakinya. Khadijah adalah “anak sang ayah.” Dia telah menolak tawaran orang2 kuat di Mekah. Tapi ketika dia melihat pembantu mudanya, dia jatuh cinta padanya dan mengirim pembantu untuk memintanya melamar dia. Meski hatinya rindu akan kemudaan yang segar dan menarik, tapi dia menahan diri sebelum mengambil langkah2 untuk memenuhi hasratnya tersebut. Dia harus mengatasi tradisi Arab Kuno dan keluarganya sendiri yang menghalangi wanita seumurnya untuk menikah. Ia khususnya mengkhawatirkan pamannya, Amru bin Assad, yang tanpa persetujuannya mustahil baginya untuk menikah dengan pria idamannya. (Ayah Khadijah, Khuwaylid, telah tewas dalam peperangan). Dia perlu membuat sebuah situasi yang bukan hanya dapat membuat pria idamannya kelihatan spesial, tapi juga dapat membuat pamannya mengijinkan pernikahan dengan pemuda idamannya.
Tabari menulis: “Khadijah mengirim pesan pada Muhammad, mengundangnya untuk mengambil dia. Dia memanggil pamannya untuk datang kerumahnya, mengadakan jamuan, memberinya arak hingga mabuk, memberi parfum, memakaikan pakaian pesta padanya. Lalu dia undang Muhammad dan pamannya. Ketika mereka datang, pamannya menikahkan Muhammad dengannya. Ketika dia sadar dari mabuknya, dia berkata “daging apa ini, parfum ini dan pakaian ini?” Dia menjawab, “kau telah menikahkanku pada Muhammad bin Abdullah”. “Aku tidak melakukan itu,” katanya. “Akankah kulakukan ini ketika orang2 terhebat di Mekah memintamu dan aku tidak setuju, kenapa aku berikan kau pada seorang gelandangan?” (2).
Pihak Muhammad menjawab dengan marah bahwa persekongkolan ini telah diatur oleh keponakan perempuannya sendiri. Orang tua itu marah dan menarik pedang dan kerabat Muhammad juga menarik pedang mereka. Darah akan mengalir jika saja Khadijah tidak menyatakan cintanya pada Muhammad agar diketahui banyak orang dan mengaku telah mengatur semua ini. Amru bin Assad lalu menenangkan diri, sampai akhirnya dia menyerah dan rekonsiliasipun terjadi.
Khadijah adalah seorang wanita berhasil yang pesolek. Dia telah menolak lamaran dari banyak orang Quraish yg terkenal. Bagaimana orang menjelaskan seorang wanita yang kelihatan sukses dan berpikiran sehat mendadak jatuh cinta pada anak muda yang 15 tahun lebih muda? Amru bin Assad amat melindungi keponakannya dan memiliki harapan yang tinggi baginya. Dari reaksinya akan pernikahan keponakannya yang berumur 40 tahun pada seorang yang biasa2 saja dan dari perkataannya “orang2 terhebat di Mekah memintamu dan aku tidak setuju,” jelas bahwa Khadijah adalah mutiara dimatanya.
Beberapa riwayat menyebut bahwa Khadijah adalah seorang polytheis, karena Khadijah menyimpan patung al Uzza dirumahnya (3). Sejarawan muslim lainnya seperti Al Ya’qubi melaporkan bahwa dalam wilayah Hijaz, terdapat sejumlah kelompok Arab yang memeluk agama Nasrani, bahkan beberapa anggota klan Quraysh. Yang paling menyolok adalah putera Qussayy, Abdul Uzzah, kakek Khadijah, yang awalnya polytheis, lalu terpengaruh ajaran tauhid Nasrani. (4) Inilah mengapa orang2 yang condong kepada tauhid dalam Islam disebut dengan hanif (lurus), seperti yang dijelaskan pada artikel APAKAH ISLAM AGAMA BARU, bahwa kata Hanafiyyah adalah atribut positif bagi golongan Arab Nasrani dan kepada pengikut satu Tuhan pra Islam, bukan sebuah agama yang berdiri sendiri. Karenanya sejarawan Islam juga menyebut Khadijah sebagai seorang hanif, juga Waraqah, Ibrahim, dll sebagai hanif.
Inilah sebab kenapa Muhammad tidak mengambil istri lain selama Khadijah masih hidup. Selain karena Muhammad hidup dari uangnya dan dirumah Khadijah, Muhammad juga terikat janji perkawinan Nasrani yang hanya memperbolehkan memiliki satu istri hingga salah satunya meninggal. Kalau saja Khadijah berumur panjang dan menyaksikan peningkatan kekuasaan suaminya, kemungkinan besar tidak akan ada kisah polygami dalam Islam, atau kisah Aisyah, Zainab dan sebagainya.
Bagaimana pandangan Muhammad terhadap Khadijah? Jika menurut Muhammad, Aisyah adalah wanita terbaik “lezat seperti tharid” dalam hal fisik.
Sahih Bukhari 55, Nomor 623:
Diriwayatkan Abu Musa: Rasulullah berkata, "Banyak di antara lelaki mencapai (level) kesempurnaan tetapi tidak ada antara wanita yang mencapai level ini kecuali Asiyah, isteri Pharaoh, and Maryam, anak Imran. Dan tidak ada keraguan, keunggulan Aisyah dari wanita lain seperti keunggulan tharid (yaitu masakan dari daging dan roti) daripada masakan lain. (5)"
Maka Khadijah adalah wanita terbaik secara moral.
Sahih Bukhari 60, Nomor 103
Diriwayatkan Ali; “Maryam putri Imran adalah wanita terbaik dimasanya, dan pada masa ini wanita terbaik adalah Khadijah” (6)
Peran Khadijah saat Muhammad mendapatkan wahyu pertamanya juga perlu mendapat perhatian khusus. Seluruh riwayat secara sama menyatakan bahwa saat Muhammad bertapa di gua Hira ia amat ketakutan terhadap makhluk goib yang ditemuinya, makhluk itu menekan dada Muhammad dan memaksanya membaca, saat itu Muhammad ketakutan karena ia berfikir bertemu syeitan, hingga ia berniat ingin bunuh diri.
Perlu diingat bahwa Muhammad tidak mengenal siapakah makhluk ghoib yang menampakkan diri padanya. Lalu bagaimana makhluk goib tersebut dapat dikenali sebagai Jibril. Disinilah salah satu peran menentukan Khadijah dan Waraqah yang meyakinkan Muhammad bahwa makhluk goib yang menekan dada Muhammad dan membuatnya ketakutan bukanlah syeitan.
Bukhari menulis sebuah riwayat yang amat panjang dari Aisha saat peristiwa Muhammad mendapatkan wahyu pertamanya, dimana Muhammad amat ketakutan dan berlari kerumah dan berteriak kepada Khadijah: “selimuti aku, selimuti aku”. Setelah Muhammad tenang, Khadijah bertanya kepada Muhammad peristiwa apa yang dialaminya, dan kemudian Khadijah menyampaikannya hal itu kepada Waraqah, yang kemudian Waraqah meyakinkan Muhammad bahwa yang mendatanginya adalah Namus seperti yang menemui Musa. Waraqah berkata; “Siapapun yang datang dengan pesan yang sama seperti yang kau bawa pasti mereka akan memusuhinya. Andai aku masih hidup hingga saat itu tiba, pastilah aku akan mendukungmu sekuat tenaga.” (7)
Waraqah menyebut makhluk goib yang menemui Muhammad adalah Namus (rahasia), tidak secara eksplisit menyebut Jibril. Dikisah lain berdasar tulisan Ibnu Ishaq disebutkan bahwa Jibril memperkenalkan dirinya pada Muhammad, hal yang tidak disebut dalam hadist. Namun dengan narasi yang sama Ibnu Ishaq menulis bahwa Muhammad tidak yakin apakah makhluk goib yang menemuinya itu malaikat atau syaitan, karenanya ia begitu ketakutan, dikemudian hari Khadijah hendak menguji siapakah makhluk ghoib tersebut;
Riwayat Ismail bin Abu Hakim; …. Maka kemudian ketika Jibril datang kepadanya, Rasulullah berkata kepada Khadijah, “Ini adalah jibril yang telah datang menemuiku”. Khadijah berkata; “Kemarilah wahai anak pamanku, duduklah dipaha kiriku”. Kemudian Rasulullah melakukannya dan Khadijah berkata, “Apakah kau dapat melihatnya?”. “Ya”, jawab Rasulullah. Kemudian Khadijah berkata, “Berputarlah dan dan duduklah diatas paha kananku.” Rasulullah melakukannya dan Khadijah berkata, “Dapatkah kamu melihatnya?” Ketika Rasulullah mengangguk, dia meminta Rasulullah untuk duduk dipangkuannya . Ketika Rasulullah melakukannya, Khadijah menanyakan apakah Rasulullah masih dapat melihatnya. Ketika Rasulullah mengangguk, Khadijah membuka bajunya dan melempar kerudungnya, ketika Rasulullah masih duduk dipangkuannya. Kemudian dia berkata, “Apakah kamu masih dapat melihatnya”. Rasulullah menjawab, “Tidak”. Khadijah berkata, “Wahai anak pamanku, bergembiralah dan berbanggalah, demi Tuhan dia adalah malaikat dan bukan syetan”.
Saya menceritakan kepada Abdullah bin Hasan tentang kisah tersebut (saat Khadijah telanjang sambil memangku Muhammad), dan dia berkata, “Aku mendengar dari ibuku Fatimah, anak perempuan dari Husani, menceritakan tentang kisah tersebut dari Khadijah, tetapi yang aku dengar adalah bahwa Khadijah menyuruh Rasulullah menyelinap kebawah bajunya, dan seketika itu Jibril pergi, dan dia berkata kepada Rasulullah, “Sungguh dia adalah malaikat dan bukan syetan” (8)
Jadi menurut Khadijah, keyakinan bahwa makhluk ghoib yang menemui Muhammad syetan ataukah Jibril, diuji dengan cara bertelanjangnya Khadijah atau masuk kedalam baju diantara kaki Khadijah.
Lagi-lagi disinilah peran penting Khadijah yang sering dilupakan, ia hanya dianggap sebagai ibu bagi anak-anak Muhammad, padahal ia adalah penyokong dana utama misi monotheisme yang diemban pendeta Waraqah dan Muhammad setelah pernikahannya. Bukan hanya itu, saat Muhammad ragu terhadap makhlub goib yang menemuinya, Khadijahlah yang meyakinkan Muhammad bahwa makhluk itu Jibril, bukan syeitan. Bahkan disepanjang hidupnya sebelum kematiannya, Khadijah adalah pendukung utama misi monotheisme Muhammad dibalik layar.
(1). **https://id.wikipedia.org/wiki/Khadijah_binti_Khuwailid
(2) Persian Tabari v. 3 p.832
(3) Ahmed ibn Hanbal, Musnad vol. 4 p. 222
(4) Al-Yaqubi, Tarikh, Vol 1, hl 257
(5) **http://sunnah.com/bukhari/60/84
(6) **http://sunnah.com/bukhari/60/103
(7) **http://sunnah.com/bukhari/1/3
(8) Ibnu Ishaq, Sirat Rasulullah, p107
Khadijah memiliki sepupu bernama Waraqah ibn Nawfal. Waraqah, Khadijah, dan Muhammad, ketiganya berasal dari klan Quraish. Waraqah, putera dari Nawfal, putera Assad, putera Abdul ‘Uzzah, putera Qussayy. Khadijah, adalah puteri Khuwaylid, putera Assad, putera Abdul ‘Uzzah, juga putera Qussayy. Khadijah menjadi isteri pertama Muhammad, putera Abdullah, putera Abdul Muttalib, putera Hashim, putera Abd Manaf, putera Qussayy.
Di artikel terdahulu kita mengetahui bahwa pernikahan Khadijah – Muhammad ini kemungkinan besar diatur oleh Waraqah. Seorang pendeta Nasrani, yang bercita2 menyebarkan monotheisme ditanah Arab melalui Muhammad. Setidaknya 15 tahun lamanya Muhammad dan Waraqah hidup dalam masa yang sama, dari waktu pernikahan Muhammad, hingga kematian Waraqah.
Muhammad tidak banyak mengurus anak-anaknya, dia sering bertapa di gua2 untuk merenung. Ia banyak habiskan waktunya untuk belajar bersama2 dengan Waraqah mengenai masalah agama. Kadang dia membawa makanan untuk berhari2, lalu kembali kerumah hanya ketika makanan sudah habis. Khadijah tinggal dirumah mengurus kesepuluh anaknya sendirian, tapi dia tidak mengeluh, karena Khadijah senang berkorban, kenapa? Para orientalis barat menyebut kepribadian Khadijah sebagai narsisis invert yang memerlukan objek untuk diperhatikan, seseorang untuk membuat khayalan2nya sendiri sebagai seorang pemberi kesenangan, orang co-dependent seperti Khadijah bukan saja rela diperalat, malah dia menikmati hal itu, menikmati pengorbanannya.
Khadijah adalah seorang wanita yang menarik. Dia anak perempuan favorit dari ayahnya Khuwaylid. Malah Khuwaylid bergantung padanya, melebihi ketergantungan terhadap anak laki-lakinya. Khadijah adalah “anak sang ayah.” Dia telah menolak tawaran orang2 kuat di Mekah. Tapi ketika dia melihat pembantu mudanya, dia jatuh cinta padanya dan mengirim pembantu untuk memintanya melamar dia. Meski hatinya rindu akan kemudaan yang segar dan menarik, tapi dia menahan diri sebelum mengambil langkah2 untuk memenuhi hasratnya tersebut. Dia harus mengatasi tradisi Arab Kuno dan keluarganya sendiri yang menghalangi wanita seumurnya untuk menikah. Ia khususnya mengkhawatirkan pamannya, Amru bin Assad, yang tanpa persetujuannya mustahil baginya untuk menikah dengan pria idamannya. (Ayah Khadijah, Khuwaylid, telah tewas dalam peperangan). Dia perlu membuat sebuah situasi yang bukan hanya dapat membuat pria idamannya kelihatan spesial, tapi juga dapat membuat pamannya mengijinkan pernikahan dengan pemuda idamannya.
Tabari menulis: “Khadijah mengirim pesan pada Muhammad, mengundangnya untuk mengambil dia. Dia memanggil pamannya untuk datang kerumahnya, mengadakan jamuan, memberinya arak hingga mabuk, memberi parfum, memakaikan pakaian pesta padanya. Lalu dia undang Muhammad dan pamannya. Ketika mereka datang, pamannya menikahkan Muhammad dengannya. Ketika dia sadar dari mabuknya, dia berkata “daging apa ini, parfum ini dan pakaian ini?” Dia menjawab, “kau telah menikahkanku pada Muhammad bin Abdullah”. “Aku tidak melakukan itu,” katanya. “Akankah kulakukan ini ketika orang2 terhebat di Mekah memintamu dan aku tidak setuju, kenapa aku berikan kau pada seorang gelandangan?” (2).
Pihak Muhammad menjawab dengan marah bahwa persekongkolan ini telah diatur oleh keponakan perempuannya sendiri. Orang tua itu marah dan menarik pedang dan kerabat Muhammad juga menarik pedang mereka. Darah akan mengalir jika saja Khadijah tidak menyatakan cintanya pada Muhammad agar diketahui banyak orang dan mengaku telah mengatur semua ini. Amru bin Assad lalu menenangkan diri, sampai akhirnya dia menyerah dan rekonsiliasipun terjadi.
Khadijah adalah seorang wanita berhasil yang pesolek. Dia telah menolak lamaran dari banyak orang Quraish yg terkenal. Bagaimana orang menjelaskan seorang wanita yang kelihatan sukses dan berpikiran sehat mendadak jatuh cinta pada anak muda yang 15 tahun lebih muda? Amru bin Assad amat melindungi keponakannya dan memiliki harapan yang tinggi baginya. Dari reaksinya akan pernikahan keponakannya yang berumur 40 tahun pada seorang yang biasa2 saja dan dari perkataannya “orang2 terhebat di Mekah memintamu dan aku tidak setuju,” jelas bahwa Khadijah adalah mutiara dimatanya.
Beberapa riwayat menyebut bahwa Khadijah adalah seorang polytheis, karena Khadijah menyimpan patung al Uzza dirumahnya (3). Sejarawan muslim lainnya seperti Al Ya’qubi melaporkan bahwa dalam wilayah Hijaz, terdapat sejumlah kelompok Arab yang memeluk agama Nasrani, bahkan beberapa anggota klan Quraysh. Yang paling menyolok adalah putera Qussayy, Abdul Uzzah, kakek Khadijah, yang awalnya polytheis, lalu terpengaruh ajaran tauhid Nasrani. (4) Inilah mengapa orang2 yang condong kepada tauhid dalam Islam disebut dengan hanif (lurus), seperti yang dijelaskan pada artikel APAKAH ISLAM AGAMA BARU, bahwa kata Hanafiyyah adalah atribut positif bagi golongan Arab Nasrani dan kepada pengikut satu Tuhan pra Islam, bukan sebuah agama yang berdiri sendiri. Karenanya sejarawan Islam juga menyebut Khadijah sebagai seorang hanif, juga Waraqah, Ibrahim, dll sebagai hanif.
Inilah sebab kenapa Muhammad tidak mengambil istri lain selama Khadijah masih hidup. Selain karena Muhammad hidup dari uangnya dan dirumah Khadijah, Muhammad juga terikat janji perkawinan Nasrani yang hanya memperbolehkan memiliki satu istri hingga salah satunya meninggal. Kalau saja Khadijah berumur panjang dan menyaksikan peningkatan kekuasaan suaminya, kemungkinan besar tidak akan ada kisah polygami dalam Islam, atau kisah Aisyah, Zainab dan sebagainya.
Bagaimana pandangan Muhammad terhadap Khadijah? Jika menurut Muhammad, Aisyah adalah wanita terbaik “lezat seperti tharid” dalam hal fisik.
Sahih Bukhari 55, Nomor 623:
Diriwayatkan Abu Musa: Rasulullah berkata, "Banyak di antara lelaki mencapai (level) kesempurnaan tetapi tidak ada antara wanita yang mencapai level ini kecuali Asiyah, isteri Pharaoh, and Maryam, anak Imran. Dan tidak ada keraguan, keunggulan Aisyah dari wanita lain seperti keunggulan tharid (yaitu masakan dari daging dan roti) daripada masakan lain. (5)"
Maka Khadijah adalah wanita terbaik secara moral.
Sahih Bukhari 60, Nomor 103
Diriwayatkan Ali; “Maryam putri Imran adalah wanita terbaik dimasanya, dan pada masa ini wanita terbaik adalah Khadijah” (6)
Peran Khadijah saat Muhammad mendapatkan wahyu pertamanya juga perlu mendapat perhatian khusus. Seluruh riwayat secara sama menyatakan bahwa saat Muhammad bertapa di gua Hira ia amat ketakutan terhadap makhluk goib yang ditemuinya, makhluk itu menekan dada Muhammad dan memaksanya membaca, saat itu Muhammad ketakutan karena ia berfikir bertemu syeitan, hingga ia berniat ingin bunuh diri.
Perlu diingat bahwa Muhammad tidak mengenal siapakah makhluk ghoib yang menampakkan diri padanya. Lalu bagaimana makhluk goib tersebut dapat dikenali sebagai Jibril. Disinilah salah satu peran menentukan Khadijah dan Waraqah yang meyakinkan Muhammad bahwa makhluk goib yang menekan dada Muhammad dan membuatnya ketakutan bukanlah syeitan.
Bukhari menulis sebuah riwayat yang amat panjang dari Aisha saat peristiwa Muhammad mendapatkan wahyu pertamanya, dimana Muhammad amat ketakutan dan berlari kerumah dan berteriak kepada Khadijah: “selimuti aku, selimuti aku”. Setelah Muhammad tenang, Khadijah bertanya kepada Muhammad peristiwa apa yang dialaminya, dan kemudian Khadijah menyampaikannya hal itu kepada Waraqah, yang kemudian Waraqah meyakinkan Muhammad bahwa yang mendatanginya adalah Namus seperti yang menemui Musa. Waraqah berkata; “Siapapun yang datang dengan pesan yang sama seperti yang kau bawa pasti mereka akan memusuhinya. Andai aku masih hidup hingga saat itu tiba, pastilah aku akan mendukungmu sekuat tenaga.” (7)
Waraqah menyebut makhluk goib yang menemui Muhammad adalah Namus (rahasia), tidak secara eksplisit menyebut Jibril. Dikisah lain berdasar tulisan Ibnu Ishaq disebutkan bahwa Jibril memperkenalkan dirinya pada Muhammad, hal yang tidak disebut dalam hadist. Namun dengan narasi yang sama Ibnu Ishaq menulis bahwa Muhammad tidak yakin apakah makhluk goib yang menemuinya itu malaikat atau syaitan, karenanya ia begitu ketakutan, dikemudian hari Khadijah hendak menguji siapakah makhluk ghoib tersebut;
Riwayat Ismail bin Abu Hakim; …. Maka kemudian ketika Jibril datang kepadanya, Rasulullah berkata kepada Khadijah, “Ini adalah jibril yang telah datang menemuiku”. Khadijah berkata; “Kemarilah wahai anak pamanku, duduklah dipaha kiriku”. Kemudian Rasulullah melakukannya dan Khadijah berkata, “Apakah kau dapat melihatnya?”. “Ya”, jawab Rasulullah. Kemudian Khadijah berkata, “Berputarlah dan dan duduklah diatas paha kananku.” Rasulullah melakukannya dan Khadijah berkata, “Dapatkah kamu melihatnya?” Ketika Rasulullah mengangguk, dia meminta Rasulullah untuk duduk dipangkuannya . Ketika Rasulullah melakukannya, Khadijah menanyakan apakah Rasulullah masih dapat melihatnya. Ketika Rasulullah mengangguk, Khadijah membuka bajunya dan melempar kerudungnya, ketika Rasulullah masih duduk dipangkuannya. Kemudian dia berkata, “Apakah kamu masih dapat melihatnya”. Rasulullah menjawab, “Tidak”. Khadijah berkata, “Wahai anak pamanku, bergembiralah dan berbanggalah, demi Tuhan dia adalah malaikat dan bukan syetan”.
Saya menceritakan kepada Abdullah bin Hasan tentang kisah tersebut (saat Khadijah telanjang sambil memangku Muhammad), dan dia berkata, “Aku mendengar dari ibuku Fatimah, anak perempuan dari Husani, menceritakan tentang kisah tersebut dari Khadijah, tetapi yang aku dengar adalah bahwa Khadijah menyuruh Rasulullah menyelinap kebawah bajunya, dan seketika itu Jibril pergi, dan dia berkata kepada Rasulullah, “Sungguh dia adalah malaikat dan bukan syetan” (8)
Jadi menurut Khadijah, keyakinan bahwa makhluk ghoib yang menemui Muhammad syetan ataukah Jibril, diuji dengan cara bertelanjangnya Khadijah atau masuk kedalam baju diantara kaki Khadijah.
Lagi-lagi disinilah peran penting Khadijah yang sering dilupakan, ia hanya dianggap sebagai ibu bagi anak-anak Muhammad, padahal ia adalah penyokong dana utama misi monotheisme yang diemban pendeta Waraqah dan Muhammad setelah pernikahannya. Bukan hanya itu, saat Muhammad ragu terhadap makhlub goib yang menemuinya, Khadijahlah yang meyakinkan Muhammad bahwa makhluk itu Jibril, bukan syeitan. Bahkan disepanjang hidupnya sebelum kematiannya, Khadijah adalah pendukung utama misi monotheisme Muhammad dibalik layar.
(1). **https://id.wikipedia.org/wiki/Khadijah_binti_Khuwailid
(2) Persian Tabari v. 3 p.832
(3) Ahmed ibn Hanbal, Musnad vol. 4 p. 222
(4) Al-Yaqubi, Tarikh, Vol 1, hl 257
(5) **http://sunnah.com/bukhari/60/84
(6) **http://sunnah.com/bukhari/60/103
(7) **http://sunnah.com/bukhari/1/3
(8) Ibnu Ishaq, Sirat Rasulullah, p107