KEMATIAN MUHAMMAD
Banyak versi yang menceritakan seputar kematian Rasulullah ini. Versi pertama, yaitu yang diakui kebanyakan ulama Sunni adalah ia mati akibat diracun oleh wanita Yahudi di Khaibar. Versi kedua adalah menurut para ulama Syiah bahwa ia wafat akibat racun yang diberikan oleh Aisyah binti Abu Bakar dan Hafsah binti Umar, dua dari sekian banyak istrinya. Versi ketiga yang dikembangkan oleh sebagian orang lainnya yaitu ia wafat karena penyakit yang dideritanya. Berdasarkan gambaran keadaan tubuh sebelum kematiannya diperkirakan ia mengalami radang paru2, pengkritik lain menyebutkan penyakit itu adalah syphilis akut (penyakit kelamin). Kita akan membahas detail ketiga kemungkinan penyebab kematian tersebut.
VERSI PERTAMA
Muhammad meninggal di tahun 632 M, pada umur 62 tahun. Versi pertama, yang paling umum berdasarkan sejarah Islam adalah kematiannya diakibatkan karena pengaruh racun yang dimakannya di Khaybar 3 tahun sebelumnya, jadi selama 3 tahun Muhammad berkutat dengan racunnya tersebut, berjuang mati2an agar dapat lepas dari pengaruh racun yang menggerogoti tubuhnya.
Seperti ungkapan “Sejarah Selalu Ditulis oleh Para Pemenang”, dan dalam hal ini pemenangnya adalah Islam, dan inilah sejarah Islam. Beberapa penulis Islam mencatat bahwa 1500 muslim yang hanya menggunakan pedang dan tombak dapat mengalahkan 10000 orang Yahudi, sungguh sejarah yang luar biasa. Dua bulan sebelum penyerangannya ke kaum Yahudi Khaybar, Muhammad bersama 1500 pengikutnya yang taat berangkat untuk melakukan Umroh di Mekah. Akan tetapi karena merasa takut para muslim melakukan kekacauan, pihak kafir Mekah tidak memperkenankan Muhammad dan pengikutnya untuk masuk kota dan memaksa mereka berkemah di tempat yang bernama Hudaibiya tak jauh dari Mekah. Ketika di sana, akhirnya Muhammad membuat perjanjian bersama kaum Quraish untuk berdamai selama 10 tahun dan kaum Quraish akan mengijinkan Muhammad masuk Mekah mulai tahun berikutnya untuk melaksanakan ibadah Haji dengan para pengikutnya. Perjanjian ini kemudian disebut dengan perjanjian Hudaibiya.
Setelah menandatangani perjanjian ini, Muhammad dan pengikutnya meninggalkan Mekah. Para muslim rupanya tidak senang dengan perjanjian tersebut, mereka menilai perjanjian itu sangat menguntungkan pihak Quraish. Apalagi dengan perjanjian itu, kaum muslim menjadi kehilangan kesempatan untuk merampoki orang2 Mekah seperti yang dikisahkan sebelumnya. Muhammad sadar bahwa dia harus terus menerus menghadiahi para pengikutnya dengan barang2 jarahan seperti yang telah ia janjikan dalam Al Quran, karena jika tidak meraka akan kehilangan iman terhadap dia. Saat itu terjadi kemarau hebat di Medina. Lalu di perjalanan pulang ke Medina itu, dia memutuskan untuk melakukan serangan mendadak terhadap kaum Yahudi. Karena semua kaum Yahudi di sekitar Medina telah dirampoki dan dimusnahkan, satu2nya yang tersisa hanyalah mereka yang tinggal di Khaybar.
Untuk meyakinkan dan menyenangkan pengikutnya atas perampokan ini, Muhammad menurunkan Sura al-Fath (Kemenangan, Sura 48). Di sura ini Muhammad melalui Allah menjanjikan barang-barang hasil jarahan bagi muslim yang bergabung dalam Jihad.
Allah menjanjikan kepada kamu harta rampasan yang banyak yang dapat kamu ambil, maka disegerakan-Nya harta rampasan ini untukmu dan Dia menahan tangan manusia dari (membinasakan) mu (agar kamu mensyukuri-Nya) dan agar hal itu menjadi bukti bagi orang-orang mukmin dan agar Dia menunjuki kamu kepada jalan yang lurus. (QS 48:20)
Kita bisa baca kebenaran kisah perampokan tanpa sebab ini dari sejarah yang ditulis oleh al-Tabari [vol.viii, p.117]:
Di masa kemarau besar di Medina saat itu, sekelompok orang Banu Aslam yang baru saja memeluk Islam menghadap Muhammad untuk minta bantuan. Tapi Muhammad tidak punya apa2 untuk membantu mereka. Jadi dia berdoa pada Allah agar mereka bisa menjarah perbentengan kaum Yahudi Khaybar yang banyak harta, termasuk pertanian mereka yang hijau subur. Dia berkata, “O Tuhan, Kau tahu keadaan mereka, bahwa mereka tidak punya kekuatan dan aku tidak punya apapun untuk kuberikan pada mereka. Bukalah bagi mereka (kesempatan menyerang) bagian terbesar perbentengan Khaybar, yang paling kaya akan makanan dan daging berlemak.”
Beberapa penulis muslim modern menceritakan bahwa motif penyerangan Khaybar adalah tindakan preventif Muslim agar kaum Yahudi Khaybar tidak menyerang Yatshrib (Madinah), karena sebagian kaum Yahudi yang selamat dari penyerangan muslim di Yathrib seperti bani Nadir mengungsi ke saudara Yahudi mereka di Khaybar. Namun sejarawan Islam lain menceritakan bahwa kekayaan Yahudi Khaybar menjadi sebab lain dalam penyerangan ini.
Muhammad kini mulai mencari alasan untuk melakukan penjarahan terhadap kaum Yahudi. Tapi alasan tidak kunjung ditemukan. Karena itu pada bulan Mei 628, dia tanpa alasan dan secara tiba2 melakukan serangan terhadap kaum Yahudi di Khaybar. Serangan terjadi begitu mendadak sehingga para petani Khaybar tercengang ketika pada pagi dini hari mereka hendak berangkat ke ladang pertanian dan mereka melihat tentara2 Muslim sudah mengepung daerah itu. Bukhari menuliskan riwayat serangan mendadak tanpa alasan tersebut ;
Hadis Sahih Bukhari Volume 1, Book 11, Number 584:
Dikisahkan oleh Humaid:
Anas bin Malik berkata, “Kapanpun sang Nabi pergi bersama kami untuk berperang (demi tujuan Allah) melawan negara manapun, dia tidak pernah memperbolehkan kami menyerang sampai pagi dan dia akan menunggu dan melihat: jika dia mendengar suara Azan, dia akan membatalkan serangan dan jika dia tidak mendengar suara Azan, dia akan menyerang mereka.” Anas menambahkan, “Kami mencapai Khaybar di malam hari dan di pagi hari ketika dia tidak mendengar suara Azan untuk sembahyang, dia (sang Nabi) memacu (kuda) dan aku memacu di belakang Abi Talha dan kakiku menyentuh kaki Nabi. Penduduk Khaibar ke luar dengan keranjang dan pacul dan mereka melihat sang Nabi dan berteriak, “Muhammad! Demi Allah, Muhammad dan tentaranya.” Ketika Rasul Allah melihat mereka, dia berkata, “Allahu-Akbar! Allahu-Akbar! Khaibar hancur. Kapanpun kami mendekati daerah (yang bermusuhan untuk diperangi), maka kesialan datang di pagi hari bagi mereka yang telah diperingatkan.”
Akhirnya Yahudi Khaybar berhasil dikalahkan, sekitar 90 lelaki Yahudi dipenggal disana. Segera setelah Khaybar ditaklukkan harta milik Yahudi Khaybar dibagikan. Kaum Muslim jadi kaya dan makmur dari jarahan Khaybar. Mereka mendapat bagian begitu besar sehingga mereka bisa membayar semua hutang2 mereka terhadap kaum Ansar (para penolong, yakni penduduk Arab Yathrib) dan tidak jadi beban bagi mereka lagi. Mubarakpuri [p.440] mengutip Sahih Muslim menulis:
“Sekembalinya ke Medina, kaum muhajirin (muslim Mekah yang ikut hijrah ke Medina) mampu mengembalikan kepada kaum Ansar semua pemberian yang mereka terima. Semua kekayaan ini didapat setelah penaklukkan Khaibar dan keuntungan ekonomi yang mulai dimiliki para Muslim.”
Muhammad sendiri menjadi tuan tanah besar setelah merampas tanah2 kaum Yahudi yakni Banu Nadir, Khaybar dan Fadak. Tanah ini nantinya menjadi akibat perseteruan antara Fatimah, putri Muhammad dengan Abu Bakar setelah kematian Muhammad. Pada malam hari setelah penyerangan Khaybar kaum muslim berpesta atas kemenangan mereka, disini seorang wanita Yahudi mempersiapkan makan malam untuk Muhammad dan sahabatnya. Tanpa diketahui para Muslim, wanita ini telah menaburi racun di daging domba yang disajikan untuk makan malam.
MARI KITA LIHAT BEBERAPA KISAH YANG MENCERITAKAN HAL PERACUNAN MUHAMMAD INI:
Sahih Bukhari 53:394;
Dikisahkan oleh Abu Huraira: …, Dia bertanya,”Apakah kau telah meracuni sup domba ini?” Mereka menjawab,”Ya.” Dia bertanya,”Mengapa kau lakukan itu?” Mereka menjawab, “Kami ingin tahu jika kau ini pembohong dan kalau kau memang pembohong, kami akan menyingkirkanmu, dan jika kau memang adalah seorang nabi, maka racun itu tidak akan mempan pada dirimu.”
http://sunnah.com/bukhari/58/11
(*silahkan baca detail hadistnya, karena seringkali kami dituduh memelintir hadist)
Ibnu Sa'ad, "Kitab al-Tabaqat al-Kabir" v2. p.249:
Rasulullah dan sahabat2nya memakan daging itu. Lalu daging (kambing) itu berkata: “Aku diracuni.” Dia (Muhammad) berkata kepada para sahabatnya, “Tahan tanganmu! Karena daging ini telah mengatakan padaku bahwa dirinya diracuni!” Mereka lalu membuang daging2 itu dari tangannya, tapi Bishr Ibn al-Bara mati. Rasulullah meminta dia (wanita Yahudi) dihadapkan kepadanya dan dia bertanya padanya,”Apa yang membuatmu melakukan hal itu?” Dia menjawab, “Aku ingin tahu apakah kau benar2 seorang nabi, yang jika memang benar maka racun ini tidak akan mengganggumu, dan jika kau ternyata seorang nabi, maka aku akan dapat membebaskan masyarakat dari dirimu. Muhammad mengeluarkan perintah dan dia pun dihukum mati.
Tabari v 8, p.123, 124:
Ketika Rasul Allah beristirahat dari pekerjaannya, Zeinab binti. al-Harith, istri dari Sallam bin. Mishkam, menyajikan baginya sebuah daging domba bakar. Dia telah bertanya sebelumnya bagian domba manakah yang paling disukai Rasul Allah dan diberitahu bagian kaki depannya. Lalu dia membubuhi bagian itu dengan racun, dan dia juga meracuni bagian lainnya. Setelah itu dia menghidangkan daging itu. Ketika daging itu disajikan di hadapan Rasul Allah, dia mengambil bagian kaki depannya dan mengunyah sebagian kecil, tapi tidak ditelannya. Di sebelah dia terdapat Bishr bin al-Bara bin Marur yang seperti Rasulullah juga mengambil bagian daging itu. Akan tetapi Bishr menelan daging itu ketika sang Rasul Allah memuntahkan daging dan berkata, “Tulang ini memberitahu diriku bahwa ia diracuni.” Dia bertanya, “Apa yang membuatmu melakukan ini?” Wanita itu menjawab, “Bagaimana kau telah memperlakukan masyarakatku sudah nyata di hadapanmu. Jadi aku berkata, “Jika dia memang benar2 nabi, maka dia akan diberitahu; tapi jika dia seorang raja, maka aku akan dapat menyingkirkannya.””. Sang Nabi mengampuninya. Bishr mati karena daging yang dimakannya. Akan tetapi, wanita itu dibunuh sebagai qishash atas meninggalnya Bishr akibat dari perbuatannya.
Ibnu Sa'ad, p.251, 252:
…. Rasulullah menyuruh memanggil Zaynab dan berkata padanya, “Apa yang membuatmu melakukan apa yang kau telah lakukan?” Dia menjawab, “Kau telah lakukan pada masyarakatku apa yang telah kau lakukan. Kau telah membunuh ayahku, pamanku, suamiku, aku berkata pada diriku sendiri, ‘Jika kau adalah seorang nabi, kaki depan itu akan memberitahumu, dan yang telah berkata, ‘Jika kau seorang raja, kami akan mengenyahkanmu.’” ..Rasul Allah hidup sampai tiga tahu setelah itu sampai racun itu menyebabkan rasa sakit sehingga ia wafat. Selama sakitnya dia biasa berkata, “Aku tidak pernah berhenti mengamati akibat dari daging (beracun) yang kumakan di Khaibar dan aku menderita beberapa kali (dari akibat racun itu) tapi sekarang kurasa tiba saatnya batang nadiku terputus.”
KEADAAN MUHAMMAD MENJELANG KEMATIANNYA
Ibnu Sa'ad, p.263,
Sesungguhnya selama dia sakit, sang Nabi melafalkan "al-Mu'awwadhatayn" (Sura 113, dan 114), dan meniupkan udara ke atas tubuhnya sambil menggosok-gosok wajahnya. (Ini adalah usaha untuk sembuh).
Ibnu Sa'ad, p.265;
Rasulullah jatuh sakit dan dia yakin Jibril, berdoa baginya sambil berkata, “Dalam nama Allah aku berdoa untuk mengusir semua yang melukaimu dan menangkal semua yang dengki padamu dan dari semua mata yang jahat dan Allah akan menyembuhkanmu.”
Ibnu Sa'ad, p.322;
Sesungguhnya, ketika Rasulullah merasa sakit, dia meminta kesembuhan dari Allah. Tapi atas sakitnya yang menyebabkan dirinya mati, dia tidak berdoa untuk minta kesembuhan; dia biasa berkata, “Wahai jiwa! Apa yang terjadi atas dirimu sehingga kau mencari berlindung di setiap tempat perlindungan?”
Sahih Bukhari 59:713:
…,Dikisahkan oleh Aisha: Sang Nabi dalam penderitaan sakitnya yang mengakibatkannya mati, biasa berkata, “Wahai ‘Aisha! Aku merasa sakit karena daging yang kumakan di Khaybar, dan saat ini, aku merasakan urat nadiku bagaikan dipotong oleh racun itu.”
PERISTIWA KEMATIAN MUHAMMAD
Ibnu Hisham, Sirah NA p.679:
Lalu penyakit sang Nabi bertambah buruk dan dia menderita sakit hebat. Dia berkata, “Siramkan air tujuh kantung kulit dari sumur2 yang berbeda ke atas tubuhku sehingga aku bisa ke luar bertemu orang2ku dan memerintahkan mereka.” Kami membantunya duduk di sebuah baskom tempat mandi milik Hafsa d. Umar dan kami menyiramkan air ke atasnya sampai dia menjerit,”Cukup, cukup!” …Lalu beberapa istrinya mengelilinginya … ketika pamannya Abbas ada bersamanya, dan mereka setuju untuk memaksanya minum obat. Abbas berkata, “Biar kupaksa dia,” tapi merekalah yang kemudian melakukannya. Ketika dia sembuh dia bertanya siapa yang memperlakukan dirinya seperti itu. Ketika para istrinya berkata padanya itu adalah perbuatan pamannya, dia berkata, “Ini adalah obat2an yang dibeli para wanita dari negara sana,” dan dia menunjuk arah Habasyah [Ethiopia]. Ketika dia bertanya pada para istrinya mengapa mereka melakukan hal itu, pamannya menjawab, “Kami khawatir kau akan menderita pleurisy” Muhammad menjawab, “Itu adalah penyakit yang tidak akan diberikan Allah padaku. Tidak ada seorang pun yang berkunjung ke rumah ini sampai mereka dipaksa makan obat ini, kecuali pamanku.” Maymuna [salah seorang istri Muhammad] dipaksa untuk makan obat itu meskipun dia sedang puasa karena sumpah sang Rasul sebagai hukuman atas apa yang mereka perbuat padanya.
Ibnu Sa'ad, p.680;
Umm Bishr datang kepada sang Nabi waktu Nabi sedang menderita sakit dan berkata, “O Rasul Allah! Aku tidak pernah melihat demam seperti ini.” Sang Nabi berkata padanya, ”Jika cobaan kita dua kali lipat beratnya, maka anugrah kita di surga pun jadi dua kali lipat pula. Apa yang orang2 katakan tentang penyakitku?” Dia (Umm Bishr) berkata, ”Mereka bilang itu pleurisy.” Karena itu sang Rasul berkata, “Allah tidak akan membuat RasulNya menderita seperti itu (pleurisy) karena itu tanda kemasukan Setan, tapi (rasa sakitku adalah akibat) daging yang kumakan bersama-sama dengan anak lakimu (di Khaybar). Racun itu telah memotong urat nadiku.”
Ibnu Hisham p.682;
…. bahwa dia mendengar Aisha berkata: “Sang Rasul mati di pelukanku saat giliranku (malam jatahnya ia dan Muhammad). Aku tidak berbuat kesalahan apapun terhadap orang lain. Adalah karena ketidaktahuanku dan usia mudaku sehingga Rasul Allah mati di pelukanku.
Tujuan wanita Yahudi meracun Muhammad adalah untuk membuktikan apakah Muhammad benar2 seorang nabi, ataukah hanya seorang pembohong, namun rupanya Allah terlambat memberi peringatan kepada Muhammad, sehingga ia terlanjur memakan sedikit dari racun tersebut. Ia merasakan ada hal yang aneh pada rasa daging yang ia makan, kemudian ia berkata bahwa daging itu berbicara padanya. Apakah mungkin sebuah racun dapat berdampak setelah 3 tahun? Namun faktanya Muhammadlah yang berulangkali mengatakan hal tersebut, sakitnya yang akhirnya mengakibatkan kematian disebabkan oleh racun Khaybar. Setelah itu ia berusaha mati2an untuk sembuh dari pengaruh racun tersebut, mencari pengobatan kesana kemari. Bahkan ia bersama Jibril berdoa untuk meminta kesembuhan dari Allah.
VERSI KEDUA
Banyak hadist Syiah yang meriwayatkan mengenai Muhammad yang diracun oleh Hafsah dan Aisyah. Beberapa Ulama Syiah berpendapat bahwa kecil kemungkinan Muhammad tewas 3 tahun setelah keracunan di Khaybar. 7 hari sebelum kematiannya Muhammad masih berziarah ke Jannatul Baqi (makam keluarga dan sahabat Muhammad), bagaimana mungkin karena suatu penyakit yang diderita selama 6 atau 5 hari orang seperti Muhammad dapat meninggal jika penyebabnya bukanlah racun yang diberikan oleh seseorang pada hari-hari terakhir itu. Menurut para ulama Syiah motifnya jelas terbukti setelah kematian Muhammad, dimana para sahabat seperti Abu Bakar, Umar, kaum Ansar dan Muhajirin justru sibuk bermusyawarah berbagi kekuasaan tanpa mengikutsertakan Ali, tidak ada keadaan darurat saat itu, mengapa tidak menunggu barang satu dua hari untuk menghormati keluarga Muhammad. Padahal jelas pada saat peristiwa Ghadir Khum Muhammad telah menunjuk Ali sebagai penggantinya, namun Abu Bakar mencuri start dengan mengadakan persekongkolan hingga dirinya dipilih menjadi penerus Muhammad.
Berikut salah satu hadist dari sekian banyak riwayat yang menceritakan hal tersebut;
Hadis yang dilaporkan oleh Ali Ibn Ibrahim mengatakan: "Nabi berkata kepada Hafsah: ... Aku akan memberitahumu sebuah rahasia, tapi janganlah kau mengatakannya pada orang lain, atau aku akan mengutukmu… Nabi berkata : Aku diberitahu Allah bahwa Abu Bakar akan merebut kekuasaan setelahku, dan ia akan digantikan oleh ayahmu, Umar. Kemudian Hafsah membocorkan rahasia itu kepada temannya, Aisyah. Pada gilirannya, Aisyah membocorkan rahasia itu kepada ayahnya, Abu Bakar. Datanglah Abu Bakar kepada Umar dan berkata: Putriku mengatakan rahasia yang didengar oleh Hafsah, tapi aku ragu atas perkataan Aisyah, jadi aku memintamu untuk memastikannya pada Hafsah. Umar lalu menemui Hafsah, dan memintanya menjelaskan rahasia tersebut, pada awalnya dia kaget dan menyangkalnya. Tapi Umar berkata kepadanya:.... Jika kamu memang telah mendengar rahasia ini, maka beritahu kami sehingga kami dapat segera merebut kekuasaan dan menyingkirkan Muhammad". Hafsa kemudian membenarkan hal itu. Hafsah mengatakan kepadaku bahwa pada titik ini, keempat orang tersebut berkumpul dan bersekongkol untuk meracuni Nabi." (Refer: Tafseer al-Qommi, Vol II, Page 367, Bihar-ul-Anwar by Allama al-Majlisi, Vol XXII, Page 239).
VERSI KETIGA
Selain kedua kisah sebelumnya, para penulis muslim mengembangkan versi ketiga mengenai kematian Muhammad, yaitu akibat suatu penyakit, bukan karena racun. Ada banyak kemungkinan penyakit yang diajukan seperti radang paru-paru, siphilis akut, ataupun karena penyakit jantung. Namun versi ketiga ini hanya sebatas asumsi, versi pertama dan kedualah yang memiliki referensi sejarah yang sama-sama sahih, mengenai versi mana yang benar, kesemuanya kembali ke persepsi kita masing-masing.
.
VERSI PERTAMA
Muhammad meninggal di tahun 632 M, pada umur 62 tahun. Versi pertama, yang paling umum berdasarkan sejarah Islam adalah kematiannya diakibatkan karena pengaruh racun yang dimakannya di Khaybar 3 tahun sebelumnya, jadi selama 3 tahun Muhammad berkutat dengan racunnya tersebut, berjuang mati2an agar dapat lepas dari pengaruh racun yang menggerogoti tubuhnya.
Seperti ungkapan “Sejarah Selalu Ditulis oleh Para Pemenang”, dan dalam hal ini pemenangnya adalah Islam, dan inilah sejarah Islam. Beberapa penulis Islam mencatat bahwa 1500 muslim yang hanya menggunakan pedang dan tombak dapat mengalahkan 10000 orang Yahudi, sungguh sejarah yang luar biasa. Dua bulan sebelum penyerangannya ke kaum Yahudi Khaybar, Muhammad bersama 1500 pengikutnya yang taat berangkat untuk melakukan Umroh di Mekah. Akan tetapi karena merasa takut para muslim melakukan kekacauan, pihak kafir Mekah tidak memperkenankan Muhammad dan pengikutnya untuk masuk kota dan memaksa mereka berkemah di tempat yang bernama Hudaibiya tak jauh dari Mekah. Ketika di sana, akhirnya Muhammad membuat perjanjian bersama kaum Quraish untuk berdamai selama 10 tahun dan kaum Quraish akan mengijinkan Muhammad masuk Mekah mulai tahun berikutnya untuk melaksanakan ibadah Haji dengan para pengikutnya. Perjanjian ini kemudian disebut dengan perjanjian Hudaibiya.
Setelah menandatangani perjanjian ini, Muhammad dan pengikutnya meninggalkan Mekah. Para muslim rupanya tidak senang dengan perjanjian tersebut, mereka menilai perjanjian itu sangat menguntungkan pihak Quraish. Apalagi dengan perjanjian itu, kaum muslim menjadi kehilangan kesempatan untuk merampoki orang2 Mekah seperti yang dikisahkan sebelumnya. Muhammad sadar bahwa dia harus terus menerus menghadiahi para pengikutnya dengan barang2 jarahan seperti yang telah ia janjikan dalam Al Quran, karena jika tidak meraka akan kehilangan iman terhadap dia. Saat itu terjadi kemarau hebat di Medina. Lalu di perjalanan pulang ke Medina itu, dia memutuskan untuk melakukan serangan mendadak terhadap kaum Yahudi. Karena semua kaum Yahudi di sekitar Medina telah dirampoki dan dimusnahkan, satu2nya yang tersisa hanyalah mereka yang tinggal di Khaybar.
Untuk meyakinkan dan menyenangkan pengikutnya atas perampokan ini, Muhammad menurunkan Sura al-Fath (Kemenangan, Sura 48). Di sura ini Muhammad melalui Allah menjanjikan barang-barang hasil jarahan bagi muslim yang bergabung dalam Jihad.
Allah menjanjikan kepada kamu harta rampasan yang banyak yang dapat kamu ambil, maka disegerakan-Nya harta rampasan ini untukmu dan Dia menahan tangan manusia dari (membinasakan) mu (agar kamu mensyukuri-Nya) dan agar hal itu menjadi bukti bagi orang-orang mukmin dan agar Dia menunjuki kamu kepada jalan yang lurus. (QS 48:20)
Kita bisa baca kebenaran kisah perampokan tanpa sebab ini dari sejarah yang ditulis oleh al-Tabari [vol.viii, p.117]:
Di masa kemarau besar di Medina saat itu, sekelompok orang Banu Aslam yang baru saja memeluk Islam menghadap Muhammad untuk minta bantuan. Tapi Muhammad tidak punya apa2 untuk membantu mereka. Jadi dia berdoa pada Allah agar mereka bisa menjarah perbentengan kaum Yahudi Khaybar yang banyak harta, termasuk pertanian mereka yang hijau subur. Dia berkata, “O Tuhan, Kau tahu keadaan mereka, bahwa mereka tidak punya kekuatan dan aku tidak punya apapun untuk kuberikan pada mereka. Bukalah bagi mereka (kesempatan menyerang) bagian terbesar perbentengan Khaybar, yang paling kaya akan makanan dan daging berlemak.”
Beberapa penulis muslim modern menceritakan bahwa motif penyerangan Khaybar adalah tindakan preventif Muslim agar kaum Yahudi Khaybar tidak menyerang Yatshrib (Madinah), karena sebagian kaum Yahudi yang selamat dari penyerangan muslim di Yathrib seperti bani Nadir mengungsi ke saudara Yahudi mereka di Khaybar. Namun sejarawan Islam lain menceritakan bahwa kekayaan Yahudi Khaybar menjadi sebab lain dalam penyerangan ini.
Muhammad kini mulai mencari alasan untuk melakukan penjarahan terhadap kaum Yahudi. Tapi alasan tidak kunjung ditemukan. Karena itu pada bulan Mei 628, dia tanpa alasan dan secara tiba2 melakukan serangan terhadap kaum Yahudi di Khaybar. Serangan terjadi begitu mendadak sehingga para petani Khaybar tercengang ketika pada pagi dini hari mereka hendak berangkat ke ladang pertanian dan mereka melihat tentara2 Muslim sudah mengepung daerah itu. Bukhari menuliskan riwayat serangan mendadak tanpa alasan tersebut ;
Hadis Sahih Bukhari Volume 1, Book 11, Number 584:
Dikisahkan oleh Humaid:
Anas bin Malik berkata, “Kapanpun sang Nabi pergi bersama kami untuk berperang (demi tujuan Allah) melawan negara manapun, dia tidak pernah memperbolehkan kami menyerang sampai pagi dan dia akan menunggu dan melihat: jika dia mendengar suara Azan, dia akan membatalkan serangan dan jika dia tidak mendengar suara Azan, dia akan menyerang mereka.” Anas menambahkan, “Kami mencapai Khaybar di malam hari dan di pagi hari ketika dia tidak mendengar suara Azan untuk sembahyang, dia (sang Nabi) memacu (kuda) dan aku memacu di belakang Abi Talha dan kakiku menyentuh kaki Nabi. Penduduk Khaibar ke luar dengan keranjang dan pacul dan mereka melihat sang Nabi dan berteriak, “Muhammad! Demi Allah, Muhammad dan tentaranya.” Ketika Rasul Allah melihat mereka, dia berkata, “Allahu-Akbar! Allahu-Akbar! Khaibar hancur. Kapanpun kami mendekati daerah (yang bermusuhan untuk diperangi), maka kesialan datang di pagi hari bagi mereka yang telah diperingatkan.”
Akhirnya Yahudi Khaybar berhasil dikalahkan, sekitar 90 lelaki Yahudi dipenggal disana. Segera setelah Khaybar ditaklukkan harta milik Yahudi Khaybar dibagikan. Kaum Muslim jadi kaya dan makmur dari jarahan Khaybar. Mereka mendapat bagian begitu besar sehingga mereka bisa membayar semua hutang2 mereka terhadap kaum Ansar (para penolong, yakni penduduk Arab Yathrib) dan tidak jadi beban bagi mereka lagi. Mubarakpuri [p.440] mengutip Sahih Muslim menulis:
“Sekembalinya ke Medina, kaum muhajirin (muslim Mekah yang ikut hijrah ke Medina) mampu mengembalikan kepada kaum Ansar semua pemberian yang mereka terima. Semua kekayaan ini didapat setelah penaklukkan Khaibar dan keuntungan ekonomi yang mulai dimiliki para Muslim.”
Muhammad sendiri menjadi tuan tanah besar setelah merampas tanah2 kaum Yahudi yakni Banu Nadir, Khaybar dan Fadak. Tanah ini nantinya menjadi akibat perseteruan antara Fatimah, putri Muhammad dengan Abu Bakar setelah kematian Muhammad. Pada malam hari setelah penyerangan Khaybar kaum muslim berpesta atas kemenangan mereka, disini seorang wanita Yahudi mempersiapkan makan malam untuk Muhammad dan sahabatnya. Tanpa diketahui para Muslim, wanita ini telah menaburi racun di daging domba yang disajikan untuk makan malam.
MARI KITA LIHAT BEBERAPA KISAH YANG MENCERITAKAN HAL PERACUNAN MUHAMMAD INI:
Sahih Bukhari 53:394;
Dikisahkan oleh Abu Huraira: …, Dia bertanya,”Apakah kau telah meracuni sup domba ini?” Mereka menjawab,”Ya.” Dia bertanya,”Mengapa kau lakukan itu?” Mereka menjawab, “Kami ingin tahu jika kau ini pembohong dan kalau kau memang pembohong, kami akan menyingkirkanmu, dan jika kau memang adalah seorang nabi, maka racun itu tidak akan mempan pada dirimu.”
http://sunnah.com/bukhari/58/11
(*silahkan baca detail hadistnya, karena seringkali kami dituduh memelintir hadist)
Ibnu Sa'ad, "Kitab al-Tabaqat al-Kabir" v2. p.249:
Rasulullah dan sahabat2nya memakan daging itu. Lalu daging (kambing) itu berkata: “Aku diracuni.” Dia (Muhammad) berkata kepada para sahabatnya, “Tahan tanganmu! Karena daging ini telah mengatakan padaku bahwa dirinya diracuni!” Mereka lalu membuang daging2 itu dari tangannya, tapi Bishr Ibn al-Bara mati. Rasulullah meminta dia (wanita Yahudi) dihadapkan kepadanya dan dia bertanya padanya,”Apa yang membuatmu melakukan hal itu?” Dia menjawab, “Aku ingin tahu apakah kau benar2 seorang nabi, yang jika memang benar maka racun ini tidak akan mengganggumu, dan jika kau ternyata seorang nabi, maka aku akan dapat membebaskan masyarakat dari dirimu. Muhammad mengeluarkan perintah dan dia pun dihukum mati.
Tabari v 8, p.123, 124:
Ketika Rasul Allah beristirahat dari pekerjaannya, Zeinab binti. al-Harith, istri dari Sallam bin. Mishkam, menyajikan baginya sebuah daging domba bakar. Dia telah bertanya sebelumnya bagian domba manakah yang paling disukai Rasul Allah dan diberitahu bagian kaki depannya. Lalu dia membubuhi bagian itu dengan racun, dan dia juga meracuni bagian lainnya. Setelah itu dia menghidangkan daging itu. Ketika daging itu disajikan di hadapan Rasul Allah, dia mengambil bagian kaki depannya dan mengunyah sebagian kecil, tapi tidak ditelannya. Di sebelah dia terdapat Bishr bin al-Bara bin Marur yang seperti Rasulullah juga mengambil bagian daging itu. Akan tetapi Bishr menelan daging itu ketika sang Rasul Allah memuntahkan daging dan berkata, “Tulang ini memberitahu diriku bahwa ia diracuni.” Dia bertanya, “Apa yang membuatmu melakukan ini?” Wanita itu menjawab, “Bagaimana kau telah memperlakukan masyarakatku sudah nyata di hadapanmu. Jadi aku berkata, “Jika dia memang benar2 nabi, maka dia akan diberitahu; tapi jika dia seorang raja, maka aku akan dapat menyingkirkannya.””. Sang Nabi mengampuninya. Bishr mati karena daging yang dimakannya. Akan tetapi, wanita itu dibunuh sebagai qishash atas meninggalnya Bishr akibat dari perbuatannya.
Ibnu Sa'ad, p.251, 252:
…. Rasulullah menyuruh memanggil Zaynab dan berkata padanya, “Apa yang membuatmu melakukan apa yang kau telah lakukan?” Dia menjawab, “Kau telah lakukan pada masyarakatku apa yang telah kau lakukan. Kau telah membunuh ayahku, pamanku, suamiku, aku berkata pada diriku sendiri, ‘Jika kau adalah seorang nabi, kaki depan itu akan memberitahumu, dan yang telah berkata, ‘Jika kau seorang raja, kami akan mengenyahkanmu.’” ..Rasul Allah hidup sampai tiga tahu setelah itu sampai racun itu menyebabkan rasa sakit sehingga ia wafat. Selama sakitnya dia biasa berkata, “Aku tidak pernah berhenti mengamati akibat dari daging (beracun) yang kumakan di Khaibar dan aku menderita beberapa kali (dari akibat racun itu) tapi sekarang kurasa tiba saatnya batang nadiku terputus.”
KEADAAN MUHAMMAD MENJELANG KEMATIANNYA
Ibnu Sa'ad, p.263,
Sesungguhnya selama dia sakit, sang Nabi melafalkan "al-Mu'awwadhatayn" (Sura 113, dan 114), dan meniupkan udara ke atas tubuhnya sambil menggosok-gosok wajahnya. (Ini adalah usaha untuk sembuh).
Ibnu Sa'ad, p.265;
Rasulullah jatuh sakit dan dia yakin Jibril, berdoa baginya sambil berkata, “Dalam nama Allah aku berdoa untuk mengusir semua yang melukaimu dan menangkal semua yang dengki padamu dan dari semua mata yang jahat dan Allah akan menyembuhkanmu.”
Ibnu Sa'ad, p.322;
Sesungguhnya, ketika Rasulullah merasa sakit, dia meminta kesembuhan dari Allah. Tapi atas sakitnya yang menyebabkan dirinya mati, dia tidak berdoa untuk minta kesembuhan; dia biasa berkata, “Wahai jiwa! Apa yang terjadi atas dirimu sehingga kau mencari berlindung di setiap tempat perlindungan?”
Sahih Bukhari 59:713:
…,Dikisahkan oleh Aisha: Sang Nabi dalam penderitaan sakitnya yang mengakibatkannya mati, biasa berkata, “Wahai ‘Aisha! Aku merasa sakit karena daging yang kumakan di Khaybar, dan saat ini, aku merasakan urat nadiku bagaikan dipotong oleh racun itu.”
PERISTIWA KEMATIAN MUHAMMAD
Ibnu Hisham, Sirah NA p.679:
Lalu penyakit sang Nabi bertambah buruk dan dia menderita sakit hebat. Dia berkata, “Siramkan air tujuh kantung kulit dari sumur2 yang berbeda ke atas tubuhku sehingga aku bisa ke luar bertemu orang2ku dan memerintahkan mereka.” Kami membantunya duduk di sebuah baskom tempat mandi milik Hafsa d. Umar dan kami menyiramkan air ke atasnya sampai dia menjerit,”Cukup, cukup!” …Lalu beberapa istrinya mengelilinginya … ketika pamannya Abbas ada bersamanya, dan mereka setuju untuk memaksanya minum obat. Abbas berkata, “Biar kupaksa dia,” tapi merekalah yang kemudian melakukannya. Ketika dia sembuh dia bertanya siapa yang memperlakukan dirinya seperti itu. Ketika para istrinya berkata padanya itu adalah perbuatan pamannya, dia berkata, “Ini adalah obat2an yang dibeli para wanita dari negara sana,” dan dia menunjuk arah Habasyah [Ethiopia]. Ketika dia bertanya pada para istrinya mengapa mereka melakukan hal itu, pamannya menjawab, “Kami khawatir kau akan menderita pleurisy” Muhammad menjawab, “Itu adalah penyakit yang tidak akan diberikan Allah padaku. Tidak ada seorang pun yang berkunjung ke rumah ini sampai mereka dipaksa makan obat ini, kecuali pamanku.” Maymuna [salah seorang istri Muhammad] dipaksa untuk makan obat itu meskipun dia sedang puasa karena sumpah sang Rasul sebagai hukuman atas apa yang mereka perbuat padanya.
Ibnu Sa'ad, p.680;
Umm Bishr datang kepada sang Nabi waktu Nabi sedang menderita sakit dan berkata, “O Rasul Allah! Aku tidak pernah melihat demam seperti ini.” Sang Nabi berkata padanya, ”Jika cobaan kita dua kali lipat beratnya, maka anugrah kita di surga pun jadi dua kali lipat pula. Apa yang orang2 katakan tentang penyakitku?” Dia (Umm Bishr) berkata, ”Mereka bilang itu pleurisy.” Karena itu sang Rasul berkata, “Allah tidak akan membuat RasulNya menderita seperti itu (pleurisy) karena itu tanda kemasukan Setan, tapi (rasa sakitku adalah akibat) daging yang kumakan bersama-sama dengan anak lakimu (di Khaybar). Racun itu telah memotong urat nadiku.”
Ibnu Hisham p.682;
…. bahwa dia mendengar Aisha berkata: “Sang Rasul mati di pelukanku saat giliranku (malam jatahnya ia dan Muhammad). Aku tidak berbuat kesalahan apapun terhadap orang lain. Adalah karena ketidaktahuanku dan usia mudaku sehingga Rasul Allah mati di pelukanku.
Tujuan wanita Yahudi meracun Muhammad adalah untuk membuktikan apakah Muhammad benar2 seorang nabi, ataukah hanya seorang pembohong, namun rupanya Allah terlambat memberi peringatan kepada Muhammad, sehingga ia terlanjur memakan sedikit dari racun tersebut. Ia merasakan ada hal yang aneh pada rasa daging yang ia makan, kemudian ia berkata bahwa daging itu berbicara padanya. Apakah mungkin sebuah racun dapat berdampak setelah 3 tahun? Namun faktanya Muhammadlah yang berulangkali mengatakan hal tersebut, sakitnya yang akhirnya mengakibatkan kematian disebabkan oleh racun Khaybar. Setelah itu ia berusaha mati2an untuk sembuh dari pengaruh racun tersebut, mencari pengobatan kesana kemari. Bahkan ia bersama Jibril berdoa untuk meminta kesembuhan dari Allah.
VERSI KEDUA
Banyak hadist Syiah yang meriwayatkan mengenai Muhammad yang diracun oleh Hafsah dan Aisyah. Beberapa Ulama Syiah berpendapat bahwa kecil kemungkinan Muhammad tewas 3 tahun setelah keracunan di Khaybar. 7 hari sebelum kematiannya Muhammad masih berziarah ke Jannatul Baqi (makam keluarga dan sahabat Muhammad), bagaimana mungkin karena suatu penyakit yang diderita selama 6 atau 5 hari orang seperti Muhammad dapat meninggal jika penyebabnya bukanlah racun yang diberikan oleh seseorang pada hari-hari terakhir itu. Menurut para ulama Syiah motifnya jelas terbukti setelah kematian Muhammad, dimana para sahabat seperti Abu Bakar, Umar, kaum Ansar dan Muhajirin justru sibuk bermusyawarah berbagi kekuasaan tanpa mengikutsertakan Ali, tidak ada keadaan darurat saat itu, mengapa tidak menunggu barang satu dua hari untuk menghormati keluarga Muhammad. Padahal jelas pada saat peristiwa Ghadir Khum Muhammad telah menunjuk Ali sebagai penggantinya, namun Abu Bakar mencuri start dengan mengadakan persekongkolan hingga dirinya dipilih menjadi penerus Muhammad.
Berikut salah satu hadist dari sekian banyak riwayat yang menceritakan hal tersebut;
Hadis yang dilaporkan oleh Ali Ibn Ibrahim mengatakan: "Nabi berkata kepada Hafsah: ... Aku akan memberitahumu sebuah rahasia, tapi janganlah kau mengatakannya pada orang lain, atau aku akan mengutukmu… Nabi berkata : Aku diberitahu Allah bahwa Abu Bakar akan merebut kekuasaan setelahku, dan ia akan digantikan oleh ayahmu, Umar. Kemudian Hafsah membocorkan rahasia itu kepada temannya, Aisyah. Pada gilirannya, Aisyah membocorkan rahasia itu kepada ayahnya, Abu Bakar. Datanglah Abu Bakar kepada Umar dan berkata: Putriku mengatakan rahasia yang didengar oleh Hafsah, tapi aku ragu atas perkataan Aisyah, jadi aku memintamu untuk memastikannya pada Hafsah. Umar lalu menemui Hafsah, dan memintanya menjelaskan rahasia tersebut, pada awalnya dia kaget dan menyangkalnya. Tapi Umar berkata kepadanya:.... Jika kamu memang telah mendengar rahasia ini, maka beritahu kami sehingga kami dapat segera merebut kekuasaan dan menyingkirkan Muhammad". Hafsa kemudian membenarkan hal itu. Hafsah mengatakan kepadaku bahwa pada titik ini, keempat orang tersebut berkumpul dan bersekongkol untuk meracuni Nabi." (Refer: Tafseer al-Qommi, Vol II, Page 367, Bihar-ul-Anwar by Allama al-Majlisi, Vol XXII, Page 239).
VERSI KETIGA
Selain kedua kisah sebelumnya, para penulis muslim mengembangkan versi ketiga mengenai kematian Muhammad, yaitu akibat suatu penyakit, bukan karena racun. Ada banyak kemungkinan penyakit yang diajukan seperti radang paru-paru, siphilis akut, ataupun karena penyakit jantung. Namun versi ketiga ini hanya sebatas asumsi, versi pertama dan kedualah yang memiliki referensi sejarah yang sama-sama sahih, mengenai versi mana yang benar, kesemuanya kembali ke persepsi kita masing-masing.
.