SABIIN HANIF YAHUDI NASRANI DAN ISLAM
Secara bahasa dalam Al Quran kata Islam lebih sering dikonotasikan dengan berserah (aslama), sebuah sikap diri, daripada sebuah sistem aturan (dien), atau sebagai sebuah agama, makna yang sering dipahami oleh kebanyakan orang. Kata Islam memiliki 3 akar konsonan semitik (fiil tsulatsi) yaitu S-L-M / Sin- Lam-Mim (س ل م), sama seperti kata muslim (seseorang yang berserah) ataupun salam (damai). Akar kata ini dapat berkembang menjadi Assalaamu Alaikum, akar semitiknya sama seperti salam kaum Yahudi Shalom Aleikhem, atau Shlomo Ahlaykhu dalam bahasa Aramaik.
Akar semitik S-L-M tertua tercatat pada inkripsi Ugarit yang menyebut nama Shalim, dewa Venus Kuno dalam polytheisme Syria. Konsonan S-L-M tersebut juga disebut sebagai nama dalam Bible, kurang lebih 1000 tahun SM, atau 1500 tahun sebelum kelahiran Islam sebagai sebuah agama, misalnya nama Salomo (Sulaiman) atau Salome. Dalam keluarga rumpun semitik, berdasarkan bukti tertulisnya, bahasa Arab adalah bahasa paling muda, yang lahir kemudian.
Terdapat 140 kata dalam Al Quran yang berasal dari konsonan S-L-M, dari 140 kata tersebut yang dapat diartikan Islam sebagai sebuah agama berjumlah 6 kata,(QS 3:19, 3:85, 5:3, 6:125, 39:22 dan 61:7), sedangkan sisanya merujuk ke berbagai makna. Dalam Al Quran terjemahan bahasa Indonesia, banyak kata yang sebenarnya kurang tepat jika diterjemahkan dengan kata Islam, misalnya dalam Al Baqarah 132, dimana kata muslimuna (مُسْلِمُونَ), diterjemahkan sebagai memeluk agama Islam, padahal kata muslimuna lebih tepat diterjemahkan dengan berserah.
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". QS. Al Baqarah: 132
Nama Yakub dalam bahasa Yahudi (Ya’aqov) berarti ia memegang tumit, ungkapan memegang tumit dalam budaya Yahudi diartikan sebagai penipu. Apakah Yakub orang Arab dan berbahasa Arab? Tentu tidak! Jika bahasa Arab saja tidak dikenal oleh Yakub apalagi agama Islam? Islam sebagai sebuah agama adalah Al Quran dan Muhammad, lalu seperti apakah Islam yang tanpa Al Quran dan Muhammad itu? Jadi dalam ayat tersebut Ibrahim mewasiatkan agar Yakub jangan mati kecuali dalam keadaan berserah kepada Allah. Bukan dalam keadaan beragama Islam, dimana Yakub harus mengikrarkan diri bahwa Nabi Muhammad adalah rasul-Nya, sedangkan Muhammad saja belum lahir.
Dengan pemahaman seperti ini adalah wajar jika dikatakan seluruh nabi-nabi monotheisme semitik beragama Islam. Dengan menggunakan pemahaman yang sama pula, maka siapapun yang berserah pada Allah monotheisme adalah Islam, jadi Goerge Bush, Vladimir Putin, Bahaullah, Lia Eden, dsb sesuai pemahaman tersebut berarti beragama Islam.
Selain diartikan sebagai sikap diri, kata Islam seringkali dihubungkan dengan kata dien (agama dalam arti luas). Secara historis Islam sebagai sebuah agama muncul pada abad ke 6, dengan Muhammad sebagai penerima wahyu dan pembawa risalah. Sebagai agama yang muncul di abad ke 6, apakah Islam membawa ajaran baru, nilai-nilai baru, yang berbeda dengan agama-agama sebelumnya? Banyak orang yang beranggapan bahwa pengetahuan Muhammad mengenai monotheisme murni berasal dari Allah, tanpa pengaruh siapapun. Selain itu juga dikatakan jika Muhammad adalah orang yang buta huruf, sehingga tidak mungkin menerima informasi keagamaan dari siapapun. Anggapan seperti ini justru berkontradiksi dengan ayat Al Quran serta banyak riwayat yang menyatakan bahwa Muhammad mendapatkan pengaruh dari pihak luar.
Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui. QS 21:7
Tulisan berikut akan membahas satu aspek yang terdapat dalam Al Quran yaitu keberadaan kaum Yahudi, Nasrani, dan Shabiin serta apa pengaruh yang mungkin dimiliki agama2 tersebut dalam perkembangan pemikiran keagamaan Muhammad.
Sesungguhnya orang-orang mu'min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. QS 2 : 62
Sesungguhnya orang-orang mu'min, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (diantara mereka) yang benar-benar saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
QS 5 : 69
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shaabi-iin, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu. QS 22 : 17
KAUM YAHUDI DAN NASRANI
Kata Yahudi dapat ditujukan pada dua entitas, yaitu Yahudi sebagai adat budaya, dan kepercayaan serta Yahudi sebagai suatu suku bangsa. Jazirah Arab sebelum lahirnya Muhammad adalah daerah dengan komunitas besar masyarakat Yahudi. Yathrib yang dikemudian hari diganti nama menjadi Madinah setelah Muhammad berhasil mengusir kaum Yahudi dari daerah tersebut, adalah daerah yang dibuka oleh masyarakat Yahudi. Para sejarawan memperkirakan kaum Yahudi telah menempati Yathrib sejak abad ke 5 sebelum masehi akibat diaspora pertama kaum Yahudi, kurang lebih 1000 tahun kemudian suku-suku Arab dari Yaman mengungsi ke kota Yahudi itu akibat adanya banjir besar di Yaman. (Al-Baladhuri, Kitab Futuh al-Buldan) Beberapa sejarawan lain menyebut bahwa kaum Yahudi baru datang ke Yathrib pada abad pertama masehi, yaitu saat penghancuran Yerusalem oleh Romawi.
Namun jelas bahwa sejarawan muslim ataupun sekuler setuju bahwa kaum Yahudi adalah penduduk asli Yathrib, sedangkan Bani Khazraj dan Aus yang nantinya disebut kaum Ansar adalah orang-orang Arab yang datang mengungsi dari Yaman. Bani Khazraj masih memiliki hubungan saudara dengan Muhammad, inilah salah satu faktor mengapa Muhammad menjadikan Yathrib atau Medinah sebagai basisnya. Nenek buyut Muhammad, Salma binti Amr berasal dari bani Khazraj, sedangkan paman Muhammad, Abbas bin Abdul-Muththalib ibunya juga berasal dari bani Khazraj, karenanya meski ia seorang kafir ia menjadi juru runding saat Baiat Aqaba II dengan saudara2 Yathribnya, agar orang-orang Arab Yathrib mau melindungi Muhammad.
Dinamika politik agama di jazirah Arab saat lahirnya Muhammad juga perlu mendapat perhatian. Wilayah ini menjadi perebutan pengaruh antara Nasrani dengan Yahudi, juga antara Nasrani dengan polytheisme. Misalnya ketika Raja Yahudi Dhu Nuwas dari Kerajaan Himyarite di ujung selatan Yaman, melakukan penyerangan terhadap komunitas-komunitas Nasrani disekitarnya, termasuk masyarakat Nasrani di Najran. Seperti halnya Mekah, masyarakat Najran awalnya adalah penganut polytheis yang terkena pengaruh monotheisme Ibrahim. Kekuasaan Dhu Nuwas akhirnya ditumbangkan oleh pasukan Nasrani dari Habasyah yang dipimpin Abrahah. Habasyah sendiri adalah tempat hijrah pertama pengikut Muhammad.
Sejarah Islam juga meriwayatkan mengenai meluasnya ajaran Nasrani di jazirah Arab yang kemudian bersinggungan dengan polytheisme dan menimbulkan konflik antar keduanya. Misalnya saat pasukan Nasrani Abrahah hendak menghancurkan kekafiran di Mekah, namun gagal karena konon diserang oleh burung Ababil, seperti yang dikisahkan dalam Al Quran.
Kaum Yahudi Arab biasa menyebut pengikut Yesus dengan sebutan Nasrani, mereka mengikuti kebiasaan Ulama Yahudi di Yerusalem yang terlebih dulu menyebut pengikut Yesus sebagai Nasrani. Dalam sejarah Kristen kata Nasrani muncul dalam Bible yaitu di Kisah 24:5;
Telah nyata kepada kami, bahwa orang ini adalah penyakit sampar, seorang yang menimbulkan kekacauan di antara semua orang Yahudi di seluruh dunia yang beradab, dan bahwa ia adalah seorang tokoh dari sekte orang Nasrani.
Ayat tersebut meriwayatkan mengenai pengacara Yahudi bernama Tertulus yang mendakwa Paulus sebagai “tokoh dari sekte Nasrani”. Ulama Yahudi menyebut pengikut Yesus dengan sebutan Nasrani, karena Yesus adalah orang Nasaret. Jadi Nasrani adalah pengikut orang Nasaret, sebuah sekte menurut pandangan ulama Yahudi, istilah yang kemudian diadopsi dalam Al Quran.
Terdapat banyak kata yang pengucapannya mirip dengan Nasrani seperti Nazarenus, Nazaroi, Nazoraean, Nasaraean, Nazarites, Notzrim, Nestorian, N'tzarim, dan lain-lain, sehingga kata-kata tersebut seringkali salah dimengerti dan tercampur maknanya.
Berikut beberapa catatan sejarah Kristen mengenai Sekte Nasrani;
"Mereka tidak mempunyai pendapat yang berbeda (dengan Kristen mayoritas), namun melakukan semua hal tepat seperti apa yang diperintahkan dalam Taurat, menurut tata cara Yahudi - kecuali kepercayaan mereka terhadap Mesias..." (Epiphanius. Panarion 29)
Tentang sekte ini, para Bapa Gereja memberikan kesaksian sebagai berikut:
"...yang menerima Kristus sedemikian rupa namun tanpa meninggalkan Hukum Yahudi yang lama." (St. Yerome. On Isaiah 8:14).
Menurut keterangan Hegesippus yang dikutip oleh Eusebius, Yakobus pemimpin sekte Nasrani hidup sebagai seorang nazir, tidak minum anggur, tidak makan daging dan tidak mencukur rambut (Historia Ecclesia II,xxiii)
Sekte Nasrani tersusun atas kebanyakan orang Yahudi, kemudian orang-orang bukan Yahudi yang menganut agama Yahudi, dan mungkin pula para pengikut Yahya bin Zakariyya (Yohanes Pembaptis), yang beriman pada Yesus. Mereka sangat taat memelihara Taurat (Kisah 20:21) dan terus beribadah seperti orang Yahudi lainnya (Kisah 2:45). Kepemimpinan sekte ini secara berturut-turut dipegang oleh orang-orang yang berhubungan darah dengan Yesus, yang pertama adalah Yakobus, saudara Yesus, kedua Simeon anak Klopas, sepupu Yesus, ketiga Yustus, yang juga adalah sepupu Yesus, dan seterusnya. Paulus pun dianggap sebagai salah seorang tokoh dari sekte ini seperti pada Kisah 24:5 diatas.
Jadi kaum Nasrani seringkali disebut juga dengan Yahudi Mesianik, orang Yahudi, ataupun non Yahudi, yang memegang teguh budaya dan adat istiadat Yahudi, seperti sunat, puasa, makan halal haram, dsb, namun juga percaya Yesus adalah mesias (al Masih). Berbeda dengan Yahudi Rabbinik (agama Yahudi modern), orang yang memegang teguh budaya Yahudi, namun tidak mempercayai Yesus sebagai nabi.
Menarik untuk disimak bahwa para pengikut Yesus pada mulanya tidak menyebut diri mereka sebagai Nasrani ataupun Kristen. Jika kata Nasrani asalnya dari ulama Yahudi, maka kata Kristen merupakan sebutan orang pagan di Antiokhia terhadap pengikut Yesus. Baik Kristen ataupun Nasrani memiliki konotasi yang sama, yaitu pengikut Yesus.
Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen." Kisah 11:26
Murid-murid Yesus sendiri awalnya lebih memilih menyebut diri mereka sebagai pengikut "Jalan Allah" (Kisah 9:2, 13:10, 18:25, 19:9, 23, 22:4-5, 24:14, 22, Matius 22:16, Lukas 20:21)
Kaum Nasrani Arab pra Islam melakukan shalat tujuh waktu (As-Sab’u ash-Shalawat), sebagaimana kebiasaan para rasul murid Yesus, yang diteruskan kaum Nasrani Timur. Waktu waktu shalat kaum Nasrani didasari kronologis penyaliban Yesus. Kebiasaan shalat seperti ini masih dilestarikan misalnya di beberapa gereja koptik Mesir, atau gereja gereja Timur di Syria, Lebanon, dsb. Kata Arab Shalat identik dengan kata "tselota" bahasa Aram. Perbedaan dengan shalat lima waktu yang kini diadopsi oleh Islam adalah adanya shalat wajib jam 09.00 pagi (Duha), dan shalat tengah malam (Tahajjud).
Kaum Nasrani Timur juga membaca Injil dengan cara dilantunkan secara tartil, atau dikenal dengan Mulahan Injil yang dalam Islam dikenal dengan Tilawat Al Quran. Kaum Nasrani Timur juga melakukan ibadah puasa selama 40 hari, yang disebut sebagai Shaum al-Kabir (Puasa Besar) yang dilakukan sebelum perayaan Paskah.
Dalam sejarah Islam, terdapat dua orang Nasrani yang dikenal sangat dekat dengan Muhammad, mereka adalah Pendeta Bahira dan Pendeta Waraqah. Pendeta Waraqah dan Muhammad setidaknya hidup dalam waktu yang sama lebih dari 15 tahun. Tidak terdapat rujukan kuat mengenai Kristen apa yang dianut oleh Pendeta Waraqah, apakah dia seorang Kristen Sekte (gnostik) atau Kristen Ortodox. Namun beberapa orang beranggapan bahwa Pendeta Waraqah adalah penganut Nasrani sekte Ebonit atau Nestorian melihat pengaruhnya pada Muhammad dan Al Quran. Mengenai hubungan Pendeta Waraqah dan Muhammad anda dapat melihatnya di artikel Belajar dari Waraqah.
KAUM SHABIIN (SABEAN)
A. Pengertian dan hubungan Muhammad dengan kaum Shabiin
Terdapat banyak informasi dari para sejarawan Islam perihal kepercayaan Shabiin yang pengertiannya sering tercampur dengan masyarakat Saba di Yaman, berikut beberapa diantaranya;
1. Kutipan dari tafsir Ibn Kathir terhadap QS Al Baqarah 62.
Ada perbedaan pendapat tentang identitas dari orang-orang Shabiin. Sufyan Ath-Thawri berkata bahwa Layth bin Abu Sulaym berkata bahwa Mujahid berkata : “Orang-orang Shabiin adalah antara Majus, Yahudi dan Kristen. Mereka tidak memiliki agama yang tertentu.” Hal yang sama juga dilaporkan oleh Ibn abi Najih. Pernyataan yang sama juga dinisbatkan kepada Ata dan Said bin Jubayr. Mereka berkata bahwa Shabiin adalah sekte dari ahli Kitab yang biasa membaca Zabur (Mazmur), yang lain berkata bahwa mereka adalah penyembah malaikat dan bintang-bintang. Tampaknya pendapat yang paling benar, hanya Allah yang tahu, adalah pendapat Mujahid …….. Itulah sebabnya penyembah berhala menyebut orang yang memeluk Islam sebagai Sabi, yang berarti dia telah meninggalkan semua agama yang ada didunia. Beberapa pakar menyatakan bahwa Shabiin adalah mereka yang tidak pernah menerima wahyu dari nabi manapun. Dan Allah-lah yang maha mengetahui.
2. Imam Bukhari
Sumber :
Sahih Al-Bukhari, Volume 1, Book 7, Number 340
..… Kemudian Rasulullah meneruskan perjalanan dan orang-orang mengeluh kehausan. Kemudian dia turun dan memanggil seseorang dan Ali dan memerintahkan mereka pergi dan mengambil air …. Mereka meminta si wanita untuk mengikutinya. Dia bertanya, “Kemana?” Mereka menjawab, “Kepada Rasulullah.” Si wanita berkata, “Apakah maksudmu adalah orang yang disebut SABI, (dengan agama barunya)” Mereka menjawab, “Ya, orang yang sama. Ayo ikut bersama kami” Mereka membawanya kepada Rasulullah dan menceritakan segalanya …….. Abu Abdullah berkata : “Kata Saba’a berarti “Orang yang telah meninggalkan agama lamanya dan memeluk agama baru.” Abul aliya berkata, “Orang Sabis adalah sekte dari ahli kitab yang membaca kitab Mazmur (Zabur)”
Sumber :
Sahih Al-Bukhari, Volume 5, Book 59, Number 658
… maka ketika dia datang ke Mekah, seseorang berkata kepadanya, “Engkau telah menjadi seorang Shabiin?” Thumama menjawab, “Tidak! Demi allah, aku telah memeluk Islam dengan Muhammad, Rasulullah, Demi Allah …….
3. Abd al-Rahman ‘ibn ‘Zayd (meninggal 798 AD)
Sumber :
The Knowledge of Life
Sinasi Gunduz
Journal of Semitic Studies, Oxford University Press, Oct 1994, halaman 18
Penyembah berhala biasa menyatakan bahwa Rasulullah dan sahabat-sahabatnya; “mereka adalah Shabiin”, membandingkan mereka kepada kaum Shabiin, sebab kaum Shabiin yang hidup di Jaziartal-Mawsil (sekarang dikenal sebagai Irak) biasa berkata “Tidak ada tuhan selain Allah”.
Sinusi Gunduz sendiri adalah seorang profesor dari Departemen Filosofi dan Agama, Universitas Ondokuz, Turkey.
4. Ibn Jurayi (meninggal 767 M)
Sumber :
Ibid, halaman 18
“Aku melihat Rasulullah saat aku masih seorang penyembah berhala. Dia berkata kepada orang-orang, “Jika engkau mau menyelamatkan dirimu, terimalah “tiada tuhan selain Allah”. Saat itulah aku melihat seorang dibelakangnya berkata, “dia adalah seorang Sabi”. Ketika aku bertanya siapa dia (orang yang dibelakang Muhammad), seseorang berkata bahwa dia adalah “Abu Lahab, pamannya”. Tentang hubungan antara Shabiin yang hidup di Sawad (di Iraq) dan Muhammad dikatakan bahwa kaum polyteis di Mekah berkata tentang Muhammad bahwa “Muhammad telah menjadi kaum Shabiin”
5. Abd al-Rahman ibn Zayd (meninggal 798 M)
Sumber :
Ibid, halaman 18
Rasulullah dan sahabat-sahabatnya dijuluki sebagai “mereka adalah kaum Shabiin”, yang membandingkan Rasulullah dengan kaum Shabiin. Dari informasi Ibn Jurayi dan Abdul al-Zanad diatas diperoleh inforamsi bahwa kaum Shabiin berasal dari Irak (Mesopotamia).
B. Kepercayaan Kaum Shabiin
Dan apa kepercayaan orang Shabiin ini. Kutipan berikut diambil dari.
Sumber :
The Knowledge of Life
Sinasi Gunduz
Journal of Semitic Studies, Oxford University Press Oct 1994, halaman 23 dan 25
Abd Allah ibn al-Abbas (hidup sekitar 650 M) menulis :
Agama Shabiin adalah sekte dalam agama Kristen
Ziyad ibn Abihi (meninggal 672 AD) yang adalah gubernur Irak pada masa Muawiyah khalifah pertama dinasti Umayad menulis “Orang-orang Shabiin percaya kepada nabi-nabi dan berdoa lima kali sehari”
Mujahid ibn Jarir (meninggal 722 M) menulis :Orang-orang Shabiin tidak memiliki agama tertentu dan berada antara Yudaisme dan Magianisme
Hasan al-Basri (meninggal 728 M) menulis : Mereka membaca Mazmur dan berdoa menghadap kiblat.
Wahb ibn Munabbih (meninggal 728 / 732 M) yang berasal dari Irak menulis : Orang Shabiin percaya “Tidak Ada Tuhan Selain Allah” dan mereka tidak memiliki kitab suci.
Qatadah ibn Diamah (meninggal 736 M) menulis :
Orang Shabiin menyembah malaikat-malaikat, membaca Mazmur, berdoa lima kali sehari.
Abdul al-Zanad (meninggal 747 M) menulis :
Orang Shabiin berasal dari “Kutha” di Iraq, mereka percaya nabi-nabi, berpuasa 30 hari dalam satu tahun dan berdoa 5 kali sehari menghadap kiblat
Malik ibn Anas (meninggal 795 M) menulis :
Orang Shabiin berada antara Yudaisme dan Kristen dan mereka tidak memiliki kitab suci.
Jadi dari beberapa sumber kepercayaan orang-orang Shabiin adalah :
1. Syahadat “Tidak Ada Tuhan Selain Allah”.
2. Sekte Kristen, berada antara Yudaisme (Yahudi) dan Kristen.
3. Sholat 5 kali dalam satu hari
4. Berdoa menghadap ke kiblat
5. Berpuasa 30 hari dalam satu tahun
6. Percaya akan nabi-nabi
7. Membaca Mazmur namun tidak memiliki kitab suci sendiri, sama seperti kaum Arab pra Islam
KAUM HANIFIYYAH ( HANIF )
Kata Hanif dapat diartikan sebagai “lurus”. Dalam Al Quran akar H-N-F (ḥa-nun-fa) disebut sebanyak 12 kali, kata yang secara harafiah dapat diartikan lurus tercantum dalam QS 2:135, 3:67, 3:95, 4:125, 10:105, 16:120, 16:123, 22:31, 30:30, dan 98:5. Sedangkan yang dapat dikonotasikan dengan sikap cenderung kepada monotheisme terdapat pada QS 6:79 dan 6:161. Ayat ayat Al Quran sama sekali tidak menunjukkan bahwa Hanif sebagai suatu sistem agama (dien).
Dalam Sirat Rasul dikisahkan bahwa Abdul Muttalib dan Zaid bin Amr adalah beberapa orang hanif, sebelumnya mereka adalah penganut paganisme. Abdul Muttalib, kakek Muhammad dianggap salah satu dari mereka yang menolak budaya berhala di jaman jahilyah, meskipun sebelumnya ia pernah meminta petunjuk Dewa Hubal untuk menyembelih Abdullah anaknya. Banyak bukti menunjukkan bahwa Abdul Muttalib akhirnya condong kepada monotheis, yaitu pemuja satu Tuhan, ciri khas agama Kristen dan Yahudi di kawasan2 berbahasa Arab. Kedekatan kakek Muhammad kepada monotheisme juga terlihat karena seringnya ia berkumpul dengan rabbi dan pendeta. Sering disebutkan tentang pertemuan Abdul Muttalib dan diskusinya dengan para monotheis lainnya yang sering mengunjungi kawasan Arabia pusat ini.
Al-Siuti mengatakan; “Satu hari, Abdul Muttalib berada dirumah dalam diskusi serius dengan seorang uskup”. Al-Abbas menambahkan, Abdul Muttalib melaporkan bahwa ia pernah berada di Yemen dan berdiri didekat seorang rabbi yang membaca Kitab Zabur (Mazmur).
Ibn al-Jawzi mencatat, Muhammad ketika berusia 7 tahun, menderita penyakit mata serius bernama “conjunctivitis”. Kakeknya membawanya ke Ukaz untuk bertanya kepada seroang pendeta yang bisa mengobati penyakit mata.
Biografi Halabiyya melaporkan bahwa ‘‘Abdul Mutallib sering pergi ke Isa, seorang pendeta dari Syria, kepada orang dimana Tuhan memberikan pengetahauan besar dan orang tersebut tidak pernah meninggalkan tempat semedinya itu.’
Lalu apakah agama orang tua Muhamad? Yahudi, Shabiin, Nasrani, ataukah penyembah berhala? Tidak banyak diketahui tentang Abdullah dan Aminah. Mereka keduanya mati muda saat Muhammad masih kecil sehingga peran mereka tidak berdampak besar terhadap pendidikan Muhammad. Namun melihat Muhammad tidak mau mendoakan orang tuanya, maka kemungkinan orang tuanya juga penganut polytheis. Mereka tidak meninggalkannya banyak harta, kecuali seorang wanita pengasuh asal Habasyah (Ethiopia) bernama Barakat. Ia dikenal dengan nama Umm Ayman (atau ibunya Ayman), dan iapun seorang Nasrani. Muhammad sendiri nampak mencintainya. “Kau adalah ibu kedua saya.” Malah dikatakannya pula, “Siapaun yang ingin menikahi wanita dari surga, ia harus memilih Umm Ayman.”
Dalam Muruj al-Zahab, al-Massudi melaporkan; bahwa Hanzalah bin Safwan … al-Qiss Waraqah … dsb … semuanya adalah Hanif (lurus) seperti juga Nasrani.
Waraqah Ibn nawfal bergabung dengan 2 pendeta lainya, Ibnu Saida dan Usman al-Huwayrith, sebagai bagian dari kelompok orang-orang Hanif. Mereka diidentifikasi sebagai Arab yang memeluk agama Nasrani. Dalam hadis lain, Muhammad berbicara tentang pendeta Ibnu Saidah sebagai lelaki dari Ayad. Ia menjadi Hanif dalam era Jahiliyyah.
Jadi kata Hanafiyyah adalah atribut positif bagi golongan Arab Nasrani dan kepada pengikut satu Tuhan pra Islam, bukan sebuah agama yang berdiri sendiri.
KESIMPULAN
Apakah Islam agama baru? Jawaban dari pertanyaan ini kembali kepada perspektif masing-masing kita. Runtutan artikel di situs ini membuktikan bahwa ritual-ritual keagamaan yang diadopsi dalam Islam adalah sinkretisme atau pencampuran dari berbagai ajaran yang telah ada sebelumnya, baik itu polytheis, Yahudi, Nasrani ataupun Shabiin, karenanya Al Quran memakai istilah menyempurnakan untuk proses sinkretisme ini.
Islam meyakini jika Muhammad adalah penyempurna risalah yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya. Hal ini adalah wajar, jika nabi atau agama yang datang belakangan acap kali menyebut diri sebagai penyempurna agama sebelumnya. Misalnya Bahai sebagai salah satu agama kekinian, seringkali disebut sebagai agama damai, humanis dan tidak mufti tafsir seperti Islam yang banyak melahirkan teroris-teroris agama.
John of Damascus, uskup Suriah yang hidup pada abad ke 7, pada masa Kekhalifahan Umayyah, telah menyatakan bahwa Islam hanyalah sebuah aliran radikal sesat dari Kristen, yang diciptakan oleh nabi palsu bernama Muhammad, yang memiliki kesalahpahaman tentang ketuhanan Yesus. Beberapa pakar modern juga menyatakan hal yang sama, Islam hanyalah sebuah sekte atau aliran sesat dalam Kristen, yang sedikit banyak serupa dengan agama Mormon, sebuah sekte Kristen yang memiliki pandangan berbeda mengenai ketuhanan Yesus, namun mengeluarkan kitabnya sendiri “Book of Mormon”, dan juga memiliki nabinya sendiri Joseph Smith, orang-orang Barat bahkan menyebutnya “The Modern Muhammad”, Muhammad masa kini.
.