KABAH MEKAH DAN PASUKAN GAJAH ABRAHAH
Jauh sebelum kelahiran Muhammad, terdapat banyak agama yang berkembang di dalam masyarakat Arab, antara lain; Paganisme, Yahudi, Nasrani, Majusi, Shabiin, dan yang lainnya. Namun yang banyak diikuti oleh orang Arab, khususnya Mekah (tempat Muhammad lahir), adalah al-watsaniyah atau polytheisme pagan. Saat itu Agama al-watsaniyah menempati jumlah mayoritas (dina al-aktsariyah). Jadi, Islam sebagai agama yang datang kemudian lahir dan berkembang di dalam masyarakat yang mayoritas menyembah dewa dewi. Paganisme Arab pra Islam memiliki kepercayaan beragam terhadap dewa dewi, ada dewa yang diyakini sebagai Tuhan Pencipta Alam Semesta, dewa sebagai media (wasilah) menuju Tuhan utama, dan yang lainnya.
Dalam beragama, masyarakat Arab dipengaruhi oleh watak kesukuannya, yakni tidak mau bercampur dengan suku lain, terlebih jika sukunya memiliki status sosial yang tinggi dibanding suku lainnya. Hal ini menjalar ke dalam sikap mereka terhadap rumah ibadah. Hampir setiap suku memiliki rumah ibadah sendiri, demikian juga dengan nama dewa yang disembahnya. Walaupun demikian, masing-masing suku secara umum tetap saling mengakui ketuhanan berhala milik suku lainnya. Paganisme Arab pra Islam yang paling populer adalah al-Ilah (Allah), al-Lata (Allat), al-‘Uzza, dan Manah. Empat dewa dewi ini disebut dalam QS. An-Najm 19-20.
Allat, Uzza, dan Manah, dewi-dewi pagan tersebut memiliki rumah ibadahnya masing masing di sekitar Mekah, jadi Kabah di Mekah yang saat itu dikuasai kaum Quraisy bukanlah satu satunya rumah ibadah pagan. Rumah ibadah ketiga dewi itu juga memiliki ritual yang sama dengan Kabah Mekah, seperti penyembelihan binatang, haji, dsb. Masyarakat Arab sebelum lahirnya Muhammad, telah mengenal beberapa istilah rumah ibadah, yaitu al-ma’bad (tempat ibadah), masjid (tempat sujud), baitullah (rumah Tuhan), ka’bah (kubus), dan yang lainnya. Namun kuil-kuil pagan ini nantinya dihancurkan oleh Muhammad dan pasukannya, menyisakan Kabah Mekah yang merupakan tempat ibadah suku Muhammad, kuil kebanggaan kaum Quraish.
Dalam artikel sebelumnya telah dijelaskan bahwa ibadah kaum polytheis Quraish masa lalu telah mengalami spiritisme Islam sehingga menjadi tata cara ibadah Islam masa kini. Banyak sejarah palsu yang disisipkan sehingga kita dapat menemukan banyak kisah-kisah kontradiktif dalam sejarah Islam. Misalnya sejarah Ismail yang membangun Kabah di Mekah. Tidak ada satupun bukti arkeologis atau dokumen sejarah sekuler yang berbicara mengenai Ismail pernah ke Mekah dan mendirikan Kabah. Keberadaan Mekah sebagai sebuah tempat bahkan tidak pernah disebut sebelum abad ke 4.
Beberapa literatur Islam menyebut bahwa Kabah dan Mekah telah ada jauh sebelum abad ke 4 masehi, dasarnya misalnya tulisan sejarawan Yunani Diodorus Siculus pada tahun 30SM. Kenyataannya Diodorus sama sekali tidak menyebut mengenai Mekah ataupun Kabah, ia menulis mengenai sebuah kuil di Arabia yang dikunjungi masyarakat Arab, dan itu bersifat umum, bisa jadi Mada'in Saleh, Tayma, Dumat Al-Jandal atau tempat lain, karena memang begitu banyaknya kuil polytheis dijaman tersebut. Rafat Amari dalam bukunya ”Islam in light of History” membahas detail mengenai sejarah Mekah pra Islam yang juga akan dibahas dalam artikel lain disitus ini.
Lalu bagaimana keturunan Ismail dapat menyembah polytheisme, ini juga menjadi masalah. Sejarawan Islam seperti Al-Azraqi mencatat bahwa Amr ibn Luhayy sebagai orang yang pertama kali membawa paganisme ke Kabah. Bertentangan dengan itu syair-syair Arab Kuno sebelum Islam menyebut mengenai Adnan sebagai kakek moyang kaum Quraish yang menyembah dewa dewi.
Jika benar Ibrahim adalah kakek moyang kaum Quraish, bagaimana mungkin tauhid Ibrahim dari generasi Ismail dapat berganti menjadi polytheisme di generasi Adnan? Dalam tauhid Ibrahim menyekutukan Tuhan dianggap sebagai kejahatan terbesar, apakah mungkin Allah Ibrahim mau berbagi tempat dengan 360 tuhan-tuhan lain, bahkan dikisahkan Ia melindungi 360 patung patung itu dari serangan pasukan gajah? Bagaimana Adnan ataupun Amr ibn Luhayy dengan mudahnya mengganti monotheisme Ibrahim menjadi polytheisme tanpa ada orang yang melawan, bahkan Allah Ibrahim juga tidak bertindak apapun, tidak seperti saat ia mengirim burung Ababil untuk menghancurkan pasukan Abrahah. Jadi kisah Ibrahim dan Ismail di Mekah adalah kisah yang diciptakan belakangan, seperti halnya silsilah Adnan sampai ke Ismail adalah silsilah palsu, karena memang sejarawan Islam tidak memiliki dasar apapun sebagai referensi selain sebatas menghubung-hubungkan.
Kisah pasukan gajah yang hendak menghancurkan kekafiran di Kabah juga perlu mendapatkan perhatian, karena kisah inilah yang melatari kelahiran Muhammad bin Abdullah. Ibn Ishaq menulis bahwa Abrahah mendirikan Gereja besar di Sanaa, Abrahah menginginkan agar masyarakat polytheis meninggalkan kepercayaan pagan mereka dan menjadi pengikut Allah Ibrahim dengan berhaji ke Gereja Sanaa. Abrahah kemudian mengirim Muhammad bin Khuza'i dan saudaranya Qays untuk berdakwah kepada masyarakat pagan di Hijaz. Namun setibanya di tanah Bani Kinanah, Muhammad bin Khuza'i tewas terpanah oleh seseorang dari Bani Hudhail. Belum lagi ditambah cerita bahwa seorang Quraish telah buang air besar di Gereja Sanaa. Hal ini membuat marah Abrahah dan ia berjanji akan menghancurkan paganisme di Arabia.
Dalam kisah Ibn Ishaq, secara singkat, Abrahah tiba di Taif, dimana disana terdapat pusat paganisme lain yaitu Kabah Allat, namun Abrahah tidak menghancurkannya, karena orang-orang Taif bersedia menjadi penunjuk jalan ke Mekah. Abrahah kemudian mengutus seseorang untuk menanyakan siapakah pemimpin di Mekah, dan untuk memberitahukan bahwa maksud kedatangan Abrahah bukan untuk berperang namun hanya ingin menghancurkan Kabah. Abdul Muttalib, kakek Muhammad sebagai juru kunci Kabah menjawab bahwa kuil itu adalah milik Allah, dan kuil tersebut didirikan oleh Ibrahim, sehingga Allah akan menjaganya. Pada akhirnya negosiasi gagal, dan Abrahah dan pasukannya bersiap menghancurkan kekafiran di Kabah beserta 360 berhalanya. Namun ajaibnya Allah menghancurkan Abrahah dan pasukannya dengan mengirim burung-burung yang melempari pasukan tersebut dengan batu batu panas. Yang kisahnya dimuat dalam Al Quran;
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka'bah) itu sia-sia? dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat). (Al-Fiil:1-5)
Bukankah ini aneh? Pertama, Kabah Mekah menurut Abrahah dan orang-orang Arab saat itu adalah satu dari sekian banyak kuil kafir di Hijaz, tidak ada yang mengetahui bahwa Kabah dengan 360 patung dewa dewi adalah bangunan yang didirikan Ibrahim kecuali Abdul Muttalib seorang. Jika Abrahah yakin bahwa Kabah adalah bangunan yang didirikan Ibrahim, tentu ia akan melestarikan bangunan tersebut dengan membersihkan 360 patung disekitarnya. Kedua, jika Abdul Muttalib adalah seorang hanif dan yakin bahwa Kabah adalah rumah Allah yang suci, mengapa ia hanya terdiam saat Kabah menjadi pusat kemusyrikan dan justru turut serta meminta pertanda dari Hubal saat ia hendak mengorbankan Abdullah. Bukankah seharusnya ia mendukung rencana Abrahah untuk membersihkan kekafiran di Kabah Mekah?
Ketiga, Abrahah adalah Gubernur Nasrani dari Yaman, wakil dari Kerajaan Habasyah. Menurut kisah Ibn Ishaq, Abrahah merasa iri dengan kemasyuran Kabah sehingga ia hendak mengajak umat polytheisme Mekah untuk berhaji di Gereja Sanaa. Namun benarkah Abrahah cemburu dengan kemegahan Kabah? Hal ini tentu bukan masalah iri atau cemburu, jika benar kisah ini nyata, dalam pandangan Abrahah ini adalah suatu kemusyrikan, karenanya ia ingin menghancurkan 360 patung tersebut. Lagipula untuk apa Abrahah memaksa masyarakat Mekah berhaji ke Gereja Sanaa, sedangkan umat Nasrani Najran yang lebih dekat saja tidak berhaji ke Sanaa.
Keempat, mungkinkah Allah Ibrahim versi Abdul Muttalib ini bersekutu dengan 360 patung dewa dewi di Kabah dengan menjaga mereka? Bukankah pasukan Habasyah adalah orang-orang Nasrani yang menurut ajaran Islam menyembah Allah Ibrahim juga? Dimana nantinya negara Habasyah ini justru menjadi tempat hijrah dan berlindung saat kaum muslim hijrah untuk pertama kali. Apakah bangunan kuil Kabah dan patung-patungnya lebih berharga daripada nyawa manusia? Sejarah Islam mencatat sebanyak 60.000 pasukan luluh lantak karena serangan burung Ababil ini.
Kelima, terlepas benar atau tidaknya kisah di tahun 570 masehi mengenai burung Ababil yang bisa membawa batu terbakar dan membunuh gajah-gajah di padang pasir, adalah kejanggalan yang amat sangat jika Allah Ibrahim justru bertindak membunuh pasukan yang akan menghancurkan kekafiran di Kabah, namun justru hanya berdiam diri, tidak melakukan tindakan apapun saat Adnan ataupun Amr ibn Luhayy membawa kekafiran di Mekah untuk pertama kali.
Kejanggalan dan ketiadaan bukti arkeologis serta historis mengenai monotheisme Ismail di Mekah inilah yang akhirnya mendorong beberapa orang mencari pembenaran dari Bible. Misalnya dalam Mazmur 84 menyebut Baka, yang kemudian dikait-kaitkan dengan Mekah. Atau dalam Kejadian 21 yang menyebut padang gurun Paran sebagai tempat tinggal Ismail yang kemudian dianggap sama dengan Mekah. Namun jelas, detai-detail geografis dalam Bible mengenai Baka ataupun padang gurun Paran bukanlah menunjuk suatu tempat di Arabia.
Mengapa banyak bangsa yang dikait-kaitkan sebagai keturunan Ibrahim? Orang Arab percaya bahwa orang Romawi dan Yunani juga keturunan Ibrahim. Dijaman Muhammad, sudah biasa sekelompok orang atau satu bangsa mengaku keturunan dari Ibrahim. Al-Masudi, sejarawan Arab abad 9 menyatakan terdapat sekelompok orang Yunani yang mengaku keturunan Ibrahim lewat Ishak. Al Masudi menulis, “Orang Yunani, seperti juga orang Romawi, adalah keturunan Ishak.” [1]
Sejarawan Islam juga mendukung pernyataan bahwa orang Yunani keturunan Ishak. Para sejarawan Islam juga menyusun silsilah bagi Iskandar Dzulkarnain, yang membuatnya menjadi keturunan dari Ishak [2]. Ide Yunani berasal dari Ishak juga lazim dijaman Muhammad. Bukan hanya didukung al-Masudi, tapi juga oleh sejarawan muslim lainnya, al-Tabari, yang lahir tahun 844M. Al-Tabari menyambut ide yang disebarkan kepada orang-orang Arab sebelumnya, bahwa Iskandar Dzulkarnain adalah keturunan Ishak. Al-Tabari juga menyatakan bahwa Iskandar Dzulkarnain telah sampai ke tempat dimana menurut Al-Quran, matahari terbenam dan muncul dari lumpur hitam[3]. Kisah Al-Quran mengenai Iskandar Dzulkarnain dan Ya'juj dan Makjuj pada dasarnya menyadur dongeng “The Romance of Alexander” yang terbit pada abad 3M, yang beredar luas pada masa tersebut. [4]
Apakah benar bangsa Romawi dan bangsa Arab adalah keturunan Ibrahim? Lagi-lagi klaim seperti ini sangat kecil nilai kebenarannya. Klaim bangsa Romawi dan bangsa Arab adalah keturunan Ibrahim baru muncul setelah abad ke 6. Ibrahim adalah figur penting dalam kepercayaan samawi, ia disebut Khalilullah (sahabat Allah), bapak monotheisme samawi. Bagi orang Arab, kakek moyang itu sangatlahlah penting. Suku-suku Arab memuliakan diri mereka jika mereka bisa menelusuri silsilah mereka sampai pada figur terkenal dalam sejarah, itu sebabnya setelah meluasnya Nasrani dan berkembangnya Islam, mereka mengaku Ibrahim sebagai kakek moyang mereka. Dengan begitu klaim ini juga akan menciptakan ketersambungan ajaran Ibrahim yang dibawa Muhammad. Lalu muncullah kisah-kisah mengenai Ibrahim yang seringkali menjenguk Ismail dari Palestina. Karena begitu jauh jaraknya, dan ketiadaan detail jalur yang dilewatinya, maka diciptakan kisah bahwa Ibrahim menunggang kuda bersayap (buraq) untuk sampai ke Mekah, hewan yang sama yang dipakai Muhammad saat peristiwa Isra Miraj.
Karena orang Arab percaya bahwa bangsa Romawi, Yunani dan Persia adalah keturunan Ibrahim, maka orang Arab tidak ingin kalah dan merasa rendah diri dibanding mereka, jadi mereka menciptakan silsilah palsu versi mereka sendiri. Ibn Ishaq misalnya menulis silsilah dari Muhammad sampai kepada Ibrahim, yang justru menjadi ejekan oleh sebagian ahli tarikh lain di masanya, karena ia tidak memiliki referensi apapun sebagai dasar silsilah tersebut. Silsilah dari Adnan sampai kepada Ismail adalah silsilah kosong. Dan faktanya, tidak ada bukti sejarah bagi bangsa Arab, baik itu penemuan arkeologis ataupun syair-syair pra Islam, yang dapat menghubungkan mereka dengan monotheisme Ibrahim. [5]
Jadi benar bahwa ibadah-ibadah polytheis Mekah telah mengalami spiritisme monotheisme sehingga menjadi tata cara ibadah Islam masa kini. Dalam polytheisme Arab, benda benda langit dianggap sakral. Contohnya adalah hajar aswad di kuil Mekah, yang menurut beberapa orientalis adalah batu meteorid. Batu hitam ini adalah batu penjuru saat berhaji dan setiap jamaah diwajibkan menciumnya dan mengucap nama Allah dihadapan batu tersebut. Untuk menghilangkan unsur musriknya diciptakanlah kisah bahwa batu tersebut awalnya adalah batu yang ditemukan Ismail yang jatuh dari surga. Sebuah batu yang terangnya menyinari seluruh jazirah Arab, sebuah kawasan yang bahkan lebih luas dari pulau Kalimantan, yang akhirnya karena dosa orang-orang yang berhaji sinarnya semakin redup dan menjadi hitam.
Namun cerita seperti ini tidak serta merta dipercayai, buktinya golongan Islam Qaramithah tidak menganggap ibadah haji sebagai hal sakral, mereka membunuh para jamaah haji dan membuangnya ke sumur zamzam, mereka juga mencongkel Hajar Aswad dan membawanya. Namun atas tekanan politik, akhirnya mereka mengembalikan Hajar Aswad meski dalam keadaan terpecah belah seperti sekarang ini. Keanehan lain di kuil Kabah adalah adanya maqam Ibrahim, yaitu sebuah batu yang dikatakan sebagai jejak kaki Ibrahim, dimana jejak kaki serupa banyak ditemukan di kuil kuil Hindu. Apakah ini hanya kebetulan semata? Walahuallam.
Dari lingkungan polytheis inilah nenek moyang dan keluarga Muhammad berasal. Sang kakek, Abdul Mutallib, adalah pemimpin klan Hasyim, yang merupakan juru kunci Kabah. Ibn Ishaq menulis bahwa Abdul Mutallib adalah orang yang menemukan dan menggali sumur zamzam, dimana 3 abad yang lalu sumur tersebut ditutup oleh suku Jurhum saat perang. Suku Jurhum yang kalah perang mengambil 2 patung rusa emas dan hajar aswad dari Kabah, kemudian memasukkannya dalam sumur zamzam dan menguruknya. Ini juga adalah kisah yang aneh, bagaimana mungkin suku Kinana dan Khuza’a yang memerangi Jurhum tidak curiga melihat hilangnya hajar aswad dan sumur zamzam yang diurug, dan kemudian tidak berusaha mencari batu hitam dan menggalinya, padahal air adalah barang yang sangat berharga di gurun pasir. Walahuallam.
Referensi
[1] Al-Masudi, Muruj al-Thahab, Beirut-Lebanon, 1991, I, page 294
[2] Al-Masudi, Muruj al-Thahab, Beirut-Lebanon, 1991, I, page 297
[3] Tarikh al-Tabari, Abi Jaafar Bin Jarir al-Tabari, Dar al-Kutub al-Ilmiyeh, (Beirut-Lebanon, 1991), I, page 339
[4] https://en.wikipedia.org/wiki/Alexander_romance
[5] Lutfi Abdel Wahab al-Husseini, Al-Arab Fi al-‘Usur al-Khadimah, Dar al-Nahthah al-Arabiah, Beirut-1978, pages 84-85; citing Saad Zaglul Abel Hamid, Fi Tarikh al-Arab Khabl al-Islam, Beirut, 1975, page 84; citing Ibn Khaldun, 2, page 47 and footnote 3 of the same page